Pacitanku.com, PACITAN – Melalui pemilihan tertutup 45 anggota DPRD Pacitan, seorang pengusaha asal Desa Jatigunung, Kecamatan Tulakan, yang sudah lama bermukim di Kabupaten Gunung Kidul, DIY, Sutrisno terpilih menjadi Bupati pertama Pacitan di era reformasi.
Bupati Sutrisno terpilih dan menjalankan roda pemerintahan berpasangan dengan Wakil Bupati Abdul Mu’id Anwar.
Sosok Sutrisno sendiri adalah pengusaha sekaligus pendiri bus PO Maju Lancar dengan trayek awal Wonosari- Yogyakarta. Setelah berkembang, PO Maju Lancar terus membuka rute baru seperti Wonosari-Jakarta.
Sutrisno memimpin Pacitan selama lima tahun, yakni sejak tahun 2000 hingga 2005. Sebagai bupati pertama dari unsur masyarakat sipil, Sutrisno memulai pekerjaan sebagai bupati sedikit mengalami kekagetan birokratis.
Maklum, latar belakang Sutrisno adalah pedagang dan pengusaha bus dengan manajemen pengusaha, kini serba protokoler dan selalu terikat dengan sejumlah peraturan, sehingga perlu waktu untuk adaptasi.
Butuh waktu satu tahun lebih Pemkab Pacitan harus saling menyesuaikan antara pimpinan dan jajaran di bawahnya. Kepala Bappeda Pacitan saat itu, Indartato mengambil peran sangat vital dalam mengoordinasikan satuan kerja lain guna membantu pimpinan barunya.
Memasuki tahun kedua dan ketiga, tim kerja Pemkab sudah mampu menunjukkan hasil kinerja bupati. Pada tahun 2004 Pacitan meraih penghargaan kabupaten pelaksana partisipasi Publik Otonomi Award Jawa Pos. Penghargaan dari JPIP ini berdampak pada lahirnya kebijakan alokasi dana desa Rp11 juta per desa saat itu.
Saat ini ADD sudah menjadi sumber anggaran tetap di seluruh desa di Kabupaten Pacitan dengan nilai variatif masing-masing desa pemberian ADD didasarkan pada jumlah penduduk desa setempat.
Sejumlah pabrik berskala kecil berhasil dibuka di Pacitan. Antara lain pabrik rokok Mitra Sampoerna di Kecamatan Pacitan dan pabrik kayu lapis (DSUC) di Kecamatan Arjosari.
Kedua pabrik ini menyedot cukup banyak tenaga kerja lokal sehingga mereka tidak merantau ke daerah lain untuk mendapatkan penghasilan. Kembalinya pekerja pabrik asal Pacitan dari perantauan kemudian bergabung di pabrik kayu lapis tersebut berdampak pada peningkatan kesejahteraan buruh dan keluarganya. Pantaslah jika masyarakat menempatkan Sutrisno sebagai bapaknya para buruh Pacitan.
Di era Sutrisno juga dimulai pembangunan stadion Pacitan rintisan dan pemugaran Masjid Agung Darul Falah. Dimana kedua fasilitas tersebut kini sudah berdiri megah dan digunakan untuk aktivitas masyarakat Pacitan, baik aktivitas olahraga di stadion atau aktivitas spiritual di Masjid Agung Darul Falah.
Disadur dengan beberapa penyesuaian dari Buku Pendopo Kabupaten Pacitan (Rumah Rakyat yang Semakin Terbuka)