Potret Sekolah ‘Laskar Pelangi’ di Pacitan, Satu Ruangan Disekat untuk 2 Kelas, Siswa Ada yang Pakai Bangku ‘Tenis Meja’ untuk Belajar

oleh -7 Dilihat
BANGUNAN TIDAK LAYAK. Kondisi bangunan MIM Kasihan III, Dusun Kalimojo, Desa Kasihan, Kecamatan Tegalombo dinilai tidak layak karena mengalami kerusakan. (Foto: Dwi Purnawan/Pacitanku)

Pacitanku.com, TEGALOMBO – Kondisi salah satu sekolah di Kabupaten Pacitan ini terbilang masih memprihatinkan hingga kini. Bahkan kondisinya bisa dibilang hampir mirip kondisi sekolah di film laskar pelangi yang ditayangkan beberapa dekade silam.

Di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Kasihan III, aktivitas kegiatan belajar mengajar bagi para siswa terkendala minimnya sarana infrastruktur.

Masalah tersebut tercermin dari kondisi fisik MIM Kasihan III di yang terletak di Dusun Kalimojo, Desa Kasihan, Kecamatan Tegalombo atau berjarak sekitar 48 kilometer dari pusat Kabupaten Pacitan.

Saat Pacitanku.com melihat kondisi sekolah tersebut, puluhan siswanya sedang bermain bola voli karena memang masa pembelajaran sudah usai.

Saat melihat bangunan yang terdiri dari lima ruang tersebut, masing-masing tiga ruang untuk kelas, satu ruangan untuk kantor dan satu ruangan dimanfaatkan untuk gudang, kondisinya terbilang memprihatinkan.

Bahkan, satu ruangan, karena tidak ada meja untuk belajar, siswa menggunakan meja pingpong atau tenis meja untuk bangku belajar.

Pun demikian dengan tiga ruangan yang disekat tersebut, digunakan untuk pembelajaran enam kelas. Atau masing-masing ruang kelas digunakan untuk mengajar dua kelas.

“Jumlah siswanya ada 37 untuk 6 kelas, masing-masing ruang kita bagi menjadi dua kelas, sehingga saat pembelajaran berlangsung ya cukup bising,”kata Kepala MIM Kasihan III Tri Wiyoko saat ditemui Pacitanku.com, baru-baru ini.

MIM Kasihan III, imbuh Yoko, merupakan sekolah satu-satunya di wilayah tersebut, yakni di Dusun Kalimojo, Desa Kasihan, Kecamatan Tegalombo.

“Satu dusun memang cuma hanya satu sekolah ini, kenapa kok seperti itu, karena dulunya siswanya banyak, seiring berjalannya waktu kami kondisinya (infrastruktur rusak) seperti ini, mungkin orang tua punya pikiran sekolah lain yang jauh lebih bagus,”paparnya.

Untuk papan tulis, pria yang akrab disapa Yoko ini mengungkapkan, pihak sekolah masih menggunakan papan tulis lama dengan menggunakan kapur sebagai alat tulis.

Pada satu ruangan, bahkan ada satu papan tulis yang dibagi dua untuk kegiatan pembelajaran.

Sementara untuk kondisi bangunan fisiknya terbilang memprihatinkan. Kondisi dindingnya beberapa mengelupas. Sejumlah kaca ruangan sekolah juga pecah.

Yang paling miris adalah kondisi atap sekolah. Yoko mengungkapkan kondisi kayunya beberapa mengalami kerusakan, sehingga tentunya kondisi ini berbahaya jika terus menerus digunakan untuk pembelajaran.

“Sekarang kondisi seperti ini, bangunannya sudah tidak layak untuk ditempati anak-anak, karena membahayakan juga, ada juga kapnya sudah patah, kemudian temboknya juga belum layak untuk ditempati karena belum ada seluk besinya,”jelasnya.

Terakhir mendapatkan bantuan, Yoko mengungkapkan hal itu diberikan sekitar 13 tahun yang lalu.“Jadi sekolah ini berdiri tahun 1980, bangunan yang ada perkiraan dibangun tahun 1985 dan terakhir kami mendapatkan bantuan tahun 2009,”tandasnya.

Sementara untuk kondisi guru, Yoko mengungkapkan jumlah total gurunya ada 9 orang, dimana semuanya adalah guru honorer. Hanya dirinya yang menjadi Kepala Sekolah yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS).

“Untuk honor guru kita beri rata-rata Rp200 ribu per orang setiap bulannya, jadi per bulan rata-rata untuk honor guru kita mengeluarkan sekitar Rp2juta dibagi untuk 9 guru,”tukasnya.

Sekolahnya cukup prestatif

Prestatif. Kepala MIM Kasihan III Tri Wiyoko (batik) bersama siswa yang memiliki prestasi juara bidang studi Matematika. (Foto: Dwi Purnawan/Pacitanku)

Meski secara infrastruktur mengalami kendala keterbatasan, Yoko mengungkapkan secara pencapaian prestasi siswa terbilang cukup membanggakan.

Salah satu yang diraih oleh MIM Kasihan III adalah prestasi juara I tingkat Kabupaten untuk bidang studi matematika.

“Saya kira untuk pembelajaran, kami tidak kalah sebetulnya, cuma kami kalah hal fisik (Sekolah), yang terbaru kami ada siswa juara I tingkat kabupaten untuk bidang studi matematika terintegrasi untuk KSN,”jelas Yoko.

Selain matematika, MIM Kasihan III juga membiasakan untuk membekali anak didik dengan Pendidikan Agama yang baik.

“Dalam hal pelajaran agama juga seringkali kita mendapatkan prestasi dalam kejuaraan, hal itu juga tidak lepas dari pembiasaan pagi kami, dimana anak-anak sudah kita gerakkan untuk Sholat Dhuha hingga menghafal Al-Quran, beberapa anak Kelas 2 juga sudah hafal juz 30,”pungkasnya.

No More Posts Available.

No more pages to load.