Pacitanku.com, PACITAN – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pacitan melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menyiapkan konsep penanganan bencana yang kolaboratif. Hal itu disampaikan oleh Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Pacitan Erwin Andriatmoko usai apel kebencanaan pada Selasa (25/10/2022) di Pacitan.
“Jadi begini, sejak minggu kemarin ketika Pak Bupati memerintahkan kepada kami untuk bagaimana membuat konsep penanganan bencana yang kolaboratif, jadi saat itu kita langsung memetakkan,”kata Erwin.
Lebih lanjut, Erwin mengatakan pihaknya menilai ada hal yang kurang sesuai di penanganan bencana Pacitan salah satunya adalah fungsi Tim Reaksi Cepat (TRC).
“Sering saya sampaikan, bahwa TRC di Pacitan itu hanya sebatas fungsi operasi SAR (Opsar), padahal kalau kita mengacu pada Peraturan Kepala (Perka) BNPB tidak seperti itu, disitu ada deteksi dini, ada penanganan cepat seperti apa, sehinga apa di penanganan itu ketika mengacu ke Perka BNP disitu harus kolaboratif,”jelasnya.
Sebagai implementasi penanganan bencana kolaboratif, Erwin mengatakan jajarannya membuat sistem penanganan bencana di TRC itu dengan konsep klaster.
“Disitu mulai ada klaster pencarian dan orang hilang, ada klaster pemulihan ekonomi, ada klaster kesehatan, klaster Pendidikan, ada klaster sarana prasarana, kemudian kita bagi lagi berdasarkan jenis bencana, ketika ada tanah longsor, berarti yang bertanggung jawab siapa? mungkin koordinatornya PU bina marga yang mempunyai alat berat disitu ada LH bagian kawasan, ada dari kami ada realawan ada forkopimcam, ada lain-lain,”jelasnya.
Termasuk juga, kata Erwin, pihaknya menngusulkan adanya klaster Pendidikan. Hal itu dilandaskan pada pengalaman banjir kota yang terjadi di bulan Oktober tahun ini.
“Contoh saja banjir besar kemarin bagaimana keselamatan anak-anak sekolah, kita tahu SMP 2 ada yang masuk jam 1 siang sementara mendekati jam 11 kondisi air masih seperti itu dan disitu kan kita enak nanti,”paparnya.
Secara pola kerja, kata pria yang juga mantan Camat Tegalombo ini, ada info bencana masuk ke Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD, kemudian dilakukan asesmen dan kemudian diarahkan masuk ke klaster terkait.
“Kangsung kita breakdown ke klaster-klaster itu untuk penanganan, sehingga bagaimana cara pandang masyarakat Pacitan disini kita bentuk, bahwa bencana itu bukan melulu domainnya BPBD, jadi disitu semua instansi juga terlibat di penanganan bencana itu, juga termasuk bagaimana kami melibatkan tema-teman relawan bagaimana masuk desa,”ujar dia.
Sehingga kalau konsep tersebut disetujui, Erwin mengatakan penanganan bencan tahun 2023 tidak terlalu berat.
“Khusus Pusdalops, betapa pentingnya fungsi Pusdalops karena disitu pintu masuk segala informasi, saya yakin teman-teman belum tahu kontak person BPBD itu berapa di Pusdalops itu, sehingga ketika ada informasi bencana akan menyampaikan ke nomor berapa,”tandasnya.
Dengan adanya nomor Pusdalops, Erwin meyakini pusat informasi bencana bisa diakses secara realtime.
“Kemungkinan besar kalau pusdalops berfungsi sebagaimana mestinya (kebingunan kontak person kebencanaan) itu tidak akan terjadi, termasuk Pak Bupati atau siapapun yang secara real time ingin informasi bencana langsung kontak Pusdalops sudah bisa ketika fungsinya sudah berjalan,”pungkasnya.