Oleh: Dwi Purnawan*
MESKI dalam kondisi pandemi global coronavirus disease 2019 (COVID-19), Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Pacitan tahun 2020 bisa jadi menjadi salah satu kontestasi Pilkada paling semarak sepanjang perhelatan Pilbup Pacitan. Bukan tanpa alasan, sejak awal tahapan Pilkada dimulai, sudah banyak dinamika muncul ke permukaan.
Diawali dari meriahnya penjaringan Cabup-Cawabup lewat internal partai Demokrat yang menyedot perhatian, hingga Gagarin yang notabene dari Partai Golkar dan digadang-gadang maju menjadi Cabup, secara mengejutkan berkoalisi dengan Partai Demokrat dan menjadi Cawabup.
Sejak KPU Pacitan menetapkan secara resmi 2 paslon yang bertarung di Pilbup Pacitan, kemeriahan pesta demokrasi yang terjadi di Pacitan semakin menarik untuk dicermati. Paslon nomor 1 Indrata Nur Bayuaji-Gagarin (Nyawiji-Sumrambah) resmi berhadapan dengan paslon nomor urut 2 Yudi Sumbogo-Isyah Ansori (Mbois).
Berbagai dinamika tersebut, diantaranya, misalnya munculnya isu Gagarin yang dianggap mengkhianati ulama dan sudah diklarifikasi langsung oleh yang bersangkutan. Kemudian juga munculnya deklarasi Golkar Mbois, atau secara mengejutkan adalah munculnya dukungan dari Ormas Projo yang mendukung Nyawiji-Sumrambah. Juga berbagai dinamika lain.
Peluang besar Indrata-Gagarin
Melihat peta politik yang ada, peluang Paslon nomor urut 1 Indrata-Gagarin jadi Bupati-Wakil Bupati Pacitan sangatlah besar. Bukan tanpa alasan, kekuatan 7 partai pengusung dengan total 34 kursi ditambah kekuatan 6 parpol pendukung menjadi modal kuat Aji dan Gagarin di Pilbup Pacitan.
Selain itu, faktor keduanya yang diprediksi mulus melenggang ke pendopo adalah faktor SBY dan Indartato. Bagaimanapun, kecintaan masyarakat Pacitan terhadap Presiden ke 6 RI itu sangat tinggi, sehingga ungkapan “Manut ngendikane Pak SBY” menjadi hal yang sepertinya bisa menjadi faktor kunci kemenangan Aji-Gagarin.
Yang kedua adalah faktor Pak In —sapaan akrab Indartato— yang saat ini menjabat sebagai Bupati Pacitan juga menjadi kunci. Sosok Pak In, mau tidak mau menjadi key person kemenangan Aji-Gagarin di Pilbup Pacitan. Kelihaian Pak In dalam dunia politik bukan tanpa bukti, keterpilihan Pak In dalam Pilbup Pacitan di dua periode adalah buktinya.
Tak hanya itu, keterpilihan Mas Eko Prasetyo Wahyudiarto, putra sulung Pak In, sebagai Anggota DPRD Provinsi Jawa Timur, juga bisa jadi karena salah satunya peran-peran sentral Pak In, yang saat ini juga tercatat sebagai Ketua DPC Partai Demokrat Pacitan.
Faktor lain yang juga diprediksi menjadi modal kuat adalah dari diri dua calon tersebut. Dimana Aji dan Gagarin adalah duet legislator yang sama-sama meraih suara signifikan dalam Pileg 2019 yang lalu. Bahkan Gagarin menempatkan diri sebagai dewan dengan perolehan suara tertinggi saat itu. Pun secara elektabilitas, keduanya adalah paslon dengan elektabilitas tertinggi, setidaknya dari beberapa Lembaga survey yang pernah merilis.
Maka wajar, Lembaga sindikasi survey Indonesia (SSI) Pada Ahad 1 November lalu merilis Aji-Gagarin unggul di survey yang mengambil 500 sampel responden itu. Namun yang mengagetkan adalah, Aji-Gagarin unggul secara cukup telak atas Mbogo-Isyah di survey tersebut, dengan tingkat keterpilihan mencapai 61,6 persen, sementara Paslon Mbois dibawah 10 persen. Jika mengacu pada survey SSI itu, maka bisa dikatakan Pilbup sudah usai untuk kemenangan Aji-Gagarin.
Peluang Mbois membalikkan prediksi
Namun berbicara politik, dalam hal ini Pilbup, adalah bukan hitungan matematis belaka. Aji-Gagarin bukan tanpa tantangan. Paslon nomor urut 2 Yudi Sumbogo-Isyah Ansori juga memiliki modal kuat untuk bisa jadi tampil secara mengejutkan mengungguli Aji-Gagarin. Meski diatas kertas, keduanya hanya bermodalkan 11 kursi, gabungan PDIP dan PKB, namun jangan pernah menganggap enteng lawan.
Kekuatan ulama, yang berafiliasi secara politik ke PKB di Pacitan cukup besar. Juga PDIP dengan kekuatan jaringannya yang cukup besar hingga tingkat nasional tidak bisa dianggap remeh. Ditambah, jaringan dari para bakal calon Partai Demokrat yang gagal mendapatkan rekomendasi dan berbalik mendukung Mbois di Pilbup Pacitan menjadi modal kekuatan yang tidak bisa dipandang sebelah mata.
Jika Mbois dan segenap elemennya mampu meramu dengan baik berbagai unsur itu, bukan tidak mungkin keduanya bisa membalikkan prediksi mengalahkan Demokrat di kandang sendiri. Tentu, hal itu, sekali lagi dengan catatan, jika Paslon Mbois mampu meramu.
Debat publik menjadi kunci
Pada debat edisi perdana pada 27 Oktober lalu, kedua paslon sudah menunjukkan ide, program dan gagasannya untuk menarik simpati masyarakat. Yang cukup menarik dari kedua paslon, yang tergambar di debat perdana itu adalah, prioritas program pembangunan kawasan perbatasan dari Aji-Gagarin dan komitmen pendampingan tambang rakyat di Sungai Grindulu dari Mbogo-Isyah. Kedua program itu, menarik untuk ditunggu realisasinya, siapapun yang nanti akan memimpin Pacitan.
Pada debat edisi kedua pekan depan, saya berharap kedua paslon lebih mampu mengelaborasi gagasan-gagasan, visi-misi, program riil untuk masyarakat Pacitan. Persoalan infrastruktur harus disampaikan secara detail ke masyarakat, karena ini menyangkut hajat hidup orang banyak.
Salah satu poin infrastruktur itu adalah jalan kabupaten di Pacitan yang membutuhkan perhatian lebih. Karena, sesuai Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) tahun 2019, baru sekitar 63,82 persen jalan di Pacitan dalam kondisi baik, rata-rata mengalami peningkatan sebesar 2 persen per tahun.
Kemudian Paslon saya kira juga perlu menyampaikan secara detil, bukan awang-awang, tentang konsep pemberdayaan masyarakat Pacitan, apalagi kita sedang dalam ujian pandemi, harus mampu diejawantahkan oleh para paslon menjadi solusi persoalan ekonomi masyarakat di Pacitan.
Yang ditunggu lainnya adalah ide para paslon untuk mengembangkan sector agraris dan pariwisata di Pacitan. Dua sektor itu saya kira menjadi salah satu kunci kesuksesan pembangunan di Pacitan. Saya sepakat dengan Pak Ronny Wahyono di video ini, bahwa menjadi Bupati ibarat memimpin orkestra, bagaimana kita meramu semua potensi menjadi kekuatan untuk membangun Pacitan. Sehingga semangat kolaborasi itu harus ditunjukkan oleh para paslon tersebut. Misalnya dengan menggandeng pakar pertanian dengan segudang ide briliannya.
Di sektor pariwisata juga, para paslon harusnya perlu secara detil, matang dan terarah bagaimana membangun pariwisata di Pacitan lebih baik dan maju. Meski saat ini Pacitan menjadi salah satu jujugan orang berwisata di Jawa Timur, nomor 4, namun kita tidak boleh berpuas diri. Perlu terobosan-terobosan brilian membangun pariwisata di Pacitan. Karena eman-eman kalau sektor ini dibiarkan apa adanya. Ada 85 pantai di Pacitan dan baru sekitar 15 yang dikelola, ada banyak seni, tradisi dan budaya di Pacitan dan membutuhkan sentuhan tangan dingin para pemimpinnya.
Yang belum banyak dilakukan misalnya, adalah menggandeng lebih banyak pegiat media sosial atau bahasa kerennya influencer untuk pembangunan di Pacitan. Sebab, pembangunan kedepan, sektor apapun itu –baik pariwisata, pertanian, UMKM—arahnya adalah ke ranah digital. Sepertinya hal ini perlu dipikirkan secara masak-masak, oleh para calon pemimpin kita.
Sehingga, sekali lagi, dua debat publik kedepan menjadi salah satu kunci dari ketertarikan masyarakat untuk menjatuhkan pilihannya pada bulan depan. Kami masih menunggu dua debat Pilbup Pacitan di dua edisi kedepan jadi ajang pembuktian, keseriusan para paslon untuk mengangkat derajat Pacitan dan yang terkandung di dalamnya ke level yang lebih tinggi.
Selain itu masih ada, setidaknya 29 hari masa kampanye, sejak tulisan ini diterbitkan, bagi kedua paslon untuk meyakinkan masyarakat Pacitan. Maka, silahkan manfaatkan sebaik-baiknya waktu tersebut.
Kerja keras KPU
Pilbup Pacitan tahun ini juga menjadi tantangan bagi penyelenggara, yakni KPU untuk meningkatkan partisipasi masyarakat. Karena tantangannya adalah Pilbup yang masih dibayangi penularan corona. Kekhawatiran itu jelas terbayang di raut wajah Ketua KPU Pacitan, Mbak Rini, bisa disaksikan di video ini, saat saya berbincang dengan beliau, awal Oktober lalu.
Dengan beban target partisipasi masyarakat sekitar 77 persen, tentu bukan hal mudah bagi KPU, dan seluruh jajarannya. Namun jika melihat antusiasme masyarakat, setidaknya dalam beberapa kegiatan, misalnya nonton debat publik, angka tersebut, dari total 466.441 daftar pemilih tetap (DPT) di Pacitan, kemungkinan bisa dicapai, atau setidaknya mendekati.
Tinggal yang perlu dilakukan, adalah memberikan rasa aman secara protokol kesehatan kepada masyarakat untuk memilih calonnya, itu yang mesti diperhatikan KPU beserta jajarannya. Selain tentunya massif sosialisasi melalui berbagai kanal yang tersedia.
Lalu, dengan berbagai hal yang tertulis tersebut, kira-kira, siapa yang nantinya akan menggantikan kursi Indartato-Yudi Sumbogo di Pendopo Kabupaten Pacitan? Apakah Indrata-Gagarin yang pindah ngantor dari Gedung dewan ke Pendopo? Ataukah Yudi Sumbogo akan naik tingkat menjadi Bupati Pacitan? Rakyat Pacitan yang akan menentukan, pada Rabu Wage 9 Desember 2020 mendatang.
Pada akhirnya, Pilbup adalah tentang persoalan memilih pemimpin. Pilbup adalah persoalan kepedulian kita terhadap masa depan Pacitan. Maka Pilbup adalah saat-saat menentukan bagi pembangunan Pacitan kedepan. Maka jangan apatis, karena harga bawang, harga cabai, harga beras ditentukan lewat kebijakan politik. Jangan apatis, ayo memilih pilihan sesuai hati nuranimu.
*Penulis adalah Pemimpin Redaksi dan Founder Pacitanku.com
Video Aji-Gagarin Nomor Urut 1, Mbogo-Isyah Nomor Urut 2, Apa Kata Para Paslon?