Perairan Pacitan Banyak Ikan, Nelayan Pelabuhanratu Banyak yang Hijrah ke Kampung SBY

oleh -0 Dilihat
Perahu Nelayan berjejer di Pelabuhan Tamperan (Dok.Pacitanku)
Perahu Nelayan berjejer di Pelabuhan Tamperan (Dok.Pacitanku)
Perahu Nelayan berjejer di Pelabuhan Tamperan (Dok.Pacitanku)
Perahu Nelayan berjejer di Pelabuhan Tamperan (Dok.Pacitanku)

Pacitanku.com, CIREBON – Kabar hijrahnya sejumlah nelayan tradisional Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi ke Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, ternyata bukan isapan jempol. Merosotnya hasil tangkapan menjadi alasa utama para nelayan pindah ke daerah lain di perairan selatan Indonesia, salah satunya Pacitan.

“Banyak yang pindah ke Pacitan di sana hasil tangkapannya stabil. Di sini ikan makin sulit didapat, kita terus merugi,” jelas salah seorang nelayan Palabuhanratu, Deden Rahmat (39) dilansir dari sukabumiupdate.com, Jumat (18/11).

Deden mengaku sejak beberapa bulan terakhir, tangkapan nelayan lokal berkurang hingga 50 persen. Tidak banyak yang bisa dilakukan nelayan karena perairan Selatan Sukabumi, termasuk Palabuhanratu saat ini dianggap tidak bersahabat.

“Di Pacitan juga cuacanya sama, kalau lagi badai bahaya tapi ikan tetap banyak. Nelayan kita sudah banyak yang hijah ke sana. Kalau nangkap di sana yang lebih enak di jual disana, bahkan ada yang sudah menetap di Pacitan,” lanjut Deden.


Faktor risiko yang tidak sebanding dengan hasil tangkapan membuat nelayan Palabuhanratu ramai ramai hijrah ke Pacitan. Deden mengaku tidak ada penolakan karena bagi nelayan dari manapun berasal, persaudaraannya kuat. Jadi nelayan Pacitan tidak pernah mempermasalahan nelayan datangan dari manapun, termasuk Sukabumi.

Hal ini dibenarkan oleh petugas Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pelelangan Ikan Palabuhanratu Andi Supardi. Andi mengakui hasil tangkapan nelayan lokal terus merosot, setiap tahunnya.

“Dampaknya pada pendapatan dari transaksi di pelelangan juga anjlok. Nelayan Palabuanratu banyak yang anggon ke Pacitan, bahkan dengan jumlah yang banyak jadi berdampak pada produksi dan PAD (pendapatan asli daerah-red,” pungkas Andi. (RAPP002)