Nelayan Andon di Pantai Watukarung Hentikan Aktivitas Melaut

oleh -0 Dilihat
Perahu Nelayan berjejer di Pelabuhan Tamperan (Dok.Pacitanku)
Perahu Nelayan berjejer di Pelabuhan Tamperan (Dok.Pacitanku)
Perahu Nelayan berjejer di Pelabuhan Tamperan (Dok.Pacitanku)
Perahu Nelayan berjejer di Pelabuhan Tamperan (Dok.Pacitanku)

Pacitanku.com, PACITAN – Paraa nelayan andon (pendatang) di sekitar Pantai Watukarung, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur menghentikan seluruh aktivitas melaut selama sepekan terakhir dampak cuaca buruk yang memicu ombak tinggi.
    
Syarif (50), nelayan andon asal Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jumat mengatakan, kondisi cuaca buruk diperkirakan masih akan terjadi hingga sepekan ke depan sehingga membuat mereka nyaris tak mendapat penghasilan.
    
“Mau bertahan juga menganggur. Kalau kondisi masih tidak menentu ya terpaksa pulang dulu. Lebih baik kumpul keluarga daripada di sini tapi tidak melakukan apa-apa,” kata Syarif.
    
Sebagai buruh nelayan, Syarif mengaku sebenarnya tidak terlalu merugi karena penginapan dan biaya hidup mereka selama tinggal di Pacitan telah ditanggung majikannya yang pemilik kapal.
    
Bahkan ketika tidak melaut akibat cuaca buruk seperti sekarang, kata dia, makan-minum serta kebutuhan dasar sehari-hari tetap dijamin oleh majikannya itu.
    
“Tapi kalau tidak kerja ya tidak enak juga. Rugi secara waktu karena meski hidup ditanggung tapi tidak mendapat hasil (upah),” katanya.
    
Keluhan serupa diungkapkan Wahyu, nelayan andon lain dari Jawa Barat yang memilih jalan-jalan ke kawasan wisata Pantai Watukarung yang menjadi destinasi wisata unggulan Kabupaten Pacitan.
    
Menurut dia, ketinggian ombak saat ini bisa mencapai antara 2-3 meter dan itu sangat membahayakan nelayan andon maupun lokal yang rata-rata hanya menggunakan jenis kapal pancing berukuran panjang enam meter dan lebar kurang dari satu meter.
    
“Ombak yang ideal untuk melaut itu ya rata-rata satu meter ke bawah. Di atas itu sudah berisiko karena air akan terus masuk dan gulungan ombak bisa membuat kapal terbalik,” katanya.
    
Jumlah nelayan andon yang menjadi buruh kapal seperti Syarif di Pacitan cukup banyak.
    
Di Pelabuhan Watukarung saja, kata Syarif, jumlahnya ada sekitar 100 nelayan lebih. Mereka sebagian besar berasal dari wilayah Jawa Barat, Cilacap, serta luar Jawa terutama Sulawesi.
    
“Di Pelabuhan Tamperan jumlahnya lebih banyak lagi. Paling bisa sampai 600 hingga 1.000 an,” kata Syarif.
    
Bekerja sebagai buruh nelayan seperti Syarif dan Wahyu cukup menjanjikan.
    
Sebagaimana pengakuan keduanya, saat musim ikan layur seperti beberapa pekan sebelum cuaca buruk terjadi, satu hari melaut setiap buruh kapal pancing bisa memperoleh upah atau pembagian hasil sebesar Rp1 juta.
    
Namun saat musim ikan belum tinggi, kata dia, bagi hasil penjualan tangkapan ikan bisa hanya beberapa ratus ribu saja.
    
“Saat musim bagus seperti selama bulan Ramadhan lalu dengan 15 hari kerja (melaut) saya bisa membawa pulang uang sekitar Rp25 juta. Pendapatan tidak tentu, bisa fluktuatif cuma Rp2 juta atau Rp3 juta saja sebulan. Semua tergantung musim ikan dan cuaca,” katanya. (RAPP002/ant)