Menengok Rencana Pengembangan Jalan di Jatim: Tol Mojokerto Hingga JLS Pacitan

oleh -110 Dilihat
Jalur Pansela yang dulunya adalah JLS. (Foto: Dok Pacitanku.com)
JLS Pacitan
JLS Pacitan

Pacitanku.com, SURABAYA – Rencana pembangunan seksi 4 jalan tol Mojokerto- Jombang sedang dalam pengerjaan fisik. Proses pengurukan dan pemadatan tanah di badan jalan tol sepanjang sekitar 1 kilometer (KM) dengan melibatkan sejumlah alat berat terus berlangsung. Sekitar 5 bulan ke depan seksi 4 ruas tol Mojokerto-Jombang tuntas.

Berdasar planning PT MHI, diperkirakan pada bulan Februari 2017 mendatang, seksi 4 ruas tol Mojokerto-Jombang pembangunan fisiknya selesai. Sehingga ruas tol ini nantinya tersambung dengan jalan tol Solo-Kertosono (Soker) yang kini juga dalam pengerjaan fisik.

Kehadiran jalan tol Mojokerto-Jombang memperkuat formasi jalan arteri primer yang ada di Jatim. Dalam peta jalan arteri primer di provinsi berpenduduk 38 juta jiwa ini, setidaknya ada 3 jalur arteri primer.

Pertama, jalur Pantura yang dibangun sejak era Kolonial Belanda merujuk pada gagasan Gubernur Jenderal Maarschalk Herman Willem Daendels (Belanda). Jalur ini disebut Jalan Pos, yang dibangun sepanjang 1.000 KM dari Anyer (Banten) sampai Panarukan (Situbondo, Jatim).

Dalam sejarah, jalur Pantura sesungguhnya didasari proyek raksasa Gubernur Jenderal Daendels bernama “Jalan Raya Pos” (Groote Postweg, The Great Post Road) di tahun 1808. Sejarah Jalan ini dibangun untuk kemudahan mobilisasi ekonomi dan osial budaya dalam kerangka kekuasaan kaum penjajah di masa itu.




Jalan raya pos semacam garis bantu sketsa yang mendorong perkembangan seluruh cerita infrastruktur transportasi di Pulau Jawa dalam empat dekade terakhir. Usaha pembangunan jalan ini adalah suatu karya spektakuler pada masanya.

Untuk kedua, jalan arteri primer Surabaya-Madiun-Magetan-Ngawi-Ponorogo-Pacitan. Lintasan ini dikenal sebagai jalur Tengah Jatim. Banyak kota-kota di Jatim dilintasi jalan arteri primer ini, seperti Sidoarjo, Mojokerto, Nganjuk, Jombang, Madiun, Ponorogo, Magetan, Ngawi, Pacitan, Kediri, Tulungagung, Trenggalek, dan Blitar. Dibandingkan dengan jalur Pantura, tingkat kepadatan arus lalu lintas untuk mobilitas orang di jalur Tengah jauh lebih tinggi.

Bukti riil tingginya volume arus lali lintas di jalur Tengah Jatim adalah di momentum mudik Lebaran tiap tahun, khususnya ruas Nganjuk-Madiun. Jalan raya Caruban yang menghubungkan Kabupaten Madiun-Kabupaten Nganjuk adalah titik rawan kemacetan terpanjang tiap mudik Lebaran di Jatim.

“Kami imbau khususnya kepada pemudik yang nanti mengarah ke Jateng, seperti Solo, Klaten, atau DI Yogyakarta, untuk tidak melewati jalur lintas Tengah karena rawan macet parah,” ujar Kadishub dan LLAJ Jatim Wahid Wahyudi, baru-baru ini.

Kemacetan karena beberapa faktor, seperti perlintasan KA, jalan yang berkelok-kelok, dan badan jalan menyempit. “Lintas Tengah merupakan jalur utama yang belum ada jalan alternatifnya,” tambah Wahid.

Ketiga, jalur Pantai Selatan (Pansela) Jatim. Panjangnya sekitar 673,872 KM, yang dibangun dari Kabupaten Pacitan sampai Kabupaten Banyuwangi. Kabupaten/kota yang dilintasi antara lain Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Malang, Lumajang, Jember, dan Banyuwangi.

Beberapa waktu lalu, Ketua Bappeda Jatim, Ir Fattah Yasin, mengatakan, model pembangunan jalan di Jalur Pantai Selatan Jawa (Pansela) Jatim tak menunggu proses pembebasan lahan tuntas 100 persen diselesaikan. Konstruksi badan jalan direalisasikan di lahan yang menjadi ruas jalan badan yang telah dibebaskan.

“Kalau menunggu proses pembebasan secara keseluruhan di tiap kabupaten/kota, ya terlalu lama. Prinsipnya, di lahan yang telah dibebaskan, langsung kita bangun konstruksi badan jalan,” ujarnya.

Di tahun anggaran 2015, diperkirakan ada tambahan panjang badan jalan di jalur Pansela sekitar 45 KM. Hal itu didasarkan pada nilai anggaran yang potensial terserap. Di mana dari Rp 650 miliar anggaran yang dialokasikan, dari ABPD Pemprov Jatim Rp 500 miliar dan APBN Rp 150 miliar, anggaran dari APBD Jatim terserap sekitar Rp 300 miliar dan APBN seluruhnya terserap. Menurutnya, kebutuhan anggaran untuk pembangunan konstruksi badan jalan sepanjang 1 KM sebesar Rp 10 miliar.

Pada awal 2016, jalur Pansela di Jatim yang panjangnya mencapai 673,872 KM, di mana 553,274 KM lahan sudah dibuka dan dibersihkan. Dari lahan yang telah dibebaskan itu, 334,490 KM sudah diaspal, dan 33,225 KM lainnya dimatangkan dengan cara dicor dengan semen atau rigid. Sedang 363,990 KM lainnya kondisi jalannya sudah berstatus lapis pond dan dapat dilewati kendaraan. Selain itu, dibangun 77 buah jembatan dengan panjang 4,346 KM.

Jalur Pansela yang dicanangkan sejak 2002, selama 14 tahun hingga 2015, pemerintah telah mengucurkan anggaran Rp 2,423 triliun untuk pembangunan infrastruktur jalan. Rinciannya, APBN sebesar Rp 1,698 triliun, APBD Jatim mencapai Rp 625 miliar, dan APBD kabupaten/kota Rp 100 miliar.

Pada 2019 mendatang, ditargetkan ruas jalur Pansela antara Kabupaten Pacitan sampai Kabupaten Malang tersambung. Jika ruas ini terwujud. Secara faktual, sejak anggaran tahun lalu (2014) dan sekarang (2015), pembangunan konstruksi badan jalan JLS telah masuk ruas di wilayah Kabupaten Trenggalek dan Tulungagung. Sedang konstruksi badan jalan di Kabupaten Pacitan telah rampung.

Konklusi bahwa jalur Tengah Jatim volumenya sangat tinggi, terutama di ruas Surabaya-Trosobo (Sidoarjo)-Mojokerto- Jombang-Nganjuk, merupakan realitas yang sulit dibantah. Plt Kepala Dinas Bina Marga Jatim, Gatot Sulistyo Hadi mengatakan, ruas jalan tol Mojokerto-Jombang dipastikan mengurangi beban kendaraan di jalur arteri primer antara Mojokerto dan Jombang.

Selain itu, ruas jalan tol ini bisa menampung limpahan kendaraan dari wilayah Kediri, Madiun, Bojonegoro, Tuban, dan Lamongan. “Kendaraan dari Surabaya dan Gresik tak harus lewat Surabaya. Mereka bisa melewati jalur Gresik-Lamongan- Babat-Ploso dan lantas masuk tol Mojokerto-Jombang di gate Tembelang Jombang,” jelas Gatot.

“Atau masuk ke tol Surabaya-Mojokerto di Legundi Gresik langsung ke Mojokerto. Sangat terasa dampaknya jika pembangunan jalan tol Surabaya-Mojokerto (Sumo) rampung secara keseluruhan,” tutupnya. (RAPP002)