Cegah Pagebluk, Warga Nitikan Gelar Upacara Tetek Melek

oleh -14 Dilihat
Pemuda Sukoharjo menggelar latihan Tetek Melek. (Foto: Julian Tondo)

Pacitanku.com, PACITAN –  Bencana alam, wabah penyakit, seolah tak henti hentinya melanda negeri ini. Tak terkecuali juga di kabupaten Pacitan.

Seolah berturut-turut mulai bencana alam banjir longsor pada 2017- 2018 silam, wabah hepatitis A, dan terakhir pandemi COVID-19, seolah tiada henti menerpa masyarakat.

Berangkat dari peristiwa tersebut, sekelompok penggiat budaya dari padepokan Song Meri Pacitan , mencoba merunut persoalan melalui akar tradisi, mereka mencoba kembali melakukan serangkaian upacara adat yang berakar pada muatan lokal.

Karena diakui atau tidak, muatan lokal yang bersumber pada kearifan masyarakat dapat dijadikan pertanda atau peringatan dini tentang akan munculnya kejadian tidak terduga atau bencana.

“Bicara bencana alam sama dengan bicara kebiasaan masyarakat atau kearifan lokal. Ngilmu titen atau mengingat tanda alam saat ini sudah lama kita tinggalkan,”kata Mustakin, tetua padepokan Song meri, Sabtu (13/8/2022).

Menanggapi segala kejadian itu, kemudian padepokan Song Meri bersama warga masyarakat desa Sukoharjo sepakat melakukan kembali upacara adat usir pagebluk yang selama ini sedikit terabaikan yaitu upacara Tetek Melek.

Rencananya kegiatan upacara Tetek Melek akan dilaksanakan pada 30 Agustus 2022 mendatang. Namun rangkaian acaranya berlangsung sejak 28 Agustus hingga 30 Agustus.

“Bersama pemuda dan sesepuh kami persiapan tetek melek. Jangan diartikan macam macam. Ini untuk usir pagebluk. Yang telah menjadi keyakinan warga,”jelas Aminudin, budayawan Nitikan désa Sukoharjo.

Persiapan upacara yang diikuti oleh pemuda desa ini bisa dikatakan cukup meriah, pasalnya mereka dengan sadar melakukannya semata demi menjaga kampung agar tetap aman, terhindar dari bencana.

“Tetek melek selain sebagai upacara usir pagebluk adalah juga sebagai sarana silahturahmi. Utamanya generasi muda yang hari ini keblinger gadget. Maka ketika berkumpul untuk persiapan. Mau tidak mau mereka akan saling berinteraksi langsung,”ungkap Yudho Trikuncoro,warga desa Sukoharjo.

Meriahnya latihan, cerianya masyakarat dan pemuda seolah menjadi obat lupa bahwa selama ini kita telah dalam kondisi pandemi.

“Saya cukup senang, bisa ikut menjaga tradisi. Dan bisa kumpul ramai ramai dengan teman teman,”pungkas Dirgan Galaputra, siswa Sanggar kelompok bersama kelas 9, pada pewarta.

No More Posts Available.

No more pages to load.