Kronologi Peristiwa Gadis Remaja yang Digilir 10 Pria di Sudimoro

oleh -55 Dilihat

Pacitanku.com, SUDIMORO – Seorang remaja putri berinisial EW, 14, warga Desa Karangmulyo, Kecamatan Sudimoro, Pacitan kini hamil dua bulan dari hubungan seksual diluar nikah. Parahnya, sejak September tahun lalu, tak kurang dari sepuluh orang telah menggilir gadis yang sekolah di salah satu MTs di Sudimoro.

Selain dihadapkan pada kemungkinan dikeluarkan dari sekolah, EW juga bakal menjalani sisa hidup dengan seorang pria tak dikenal yang dipilihkan untuk dinikahkan dengan dia. ‘’Tetapi, yang menikahinya bukan satu dari sepuluh orang pelaku itu,’’ ungkap Kades Karangmulyo, Suwarlan, kemarin.

Kisah biadab itu mulai terungkap Selasa (11/4) lalu. EW yang belakangan mengalami gangguan menstruasi itu dinyatakan hamil dua bulan oleh bidan desa setempat. Keluarganya pun terkejut. Setelah didesak, anak gadis itu mengaku telah berhubungan seksual dengan seorang pria berinisial WA.

Pemuda Desa Karangmulyo yang ditunjuk EW ini kemudian di-cross-check. Ia menolak mentah-mentah bahwa anak di kandungan EW merupakan buah cintanya. Sebab, ada pria-pria lain yang setahunya ikut mencicipi tubuh EW. Dari pengakuan WA itu, kemudian terungkaplah sembilan pria lain, yang ternyata sudah sejak September lalu bergantian bercinta dengan EW. ‘’Tiga, diantaranya, sudah berkeluarga,’’ terangnya.




Kemarin, Suwarlan dan perangkat desa setempat mengumpulkan keluarga EW, serta sepuluh pria yang telah menyetubuhi EW. Pihak keluarga dan para pelaku sepakat bahwa masalah diakhiri damai.

Sepuluh pria tersebut memberi keluarga EW masing-masing Rp 4 juta, untuk biaya persalinan dan pernikahan. Karena tidak ada yang mau bertanggungjawab, seorang pria tidak dikenal dari Kecamatan Panggul, Trenggalek, yang kemudian diminta untuk menikahi EW. ‘’Keluarga juga sepakat tidak melaporkan kejadian ini ke polisi,’’ ujarnya.

Suwarlan menyebut, seluruh pria yang menyetubuhi EW bekerja sebagai petani. Mereka di antaranya, WA, DV, BJ, BA, RU, RL, AG, dan AC. Tiga diantaranya sudah berkeluarga, dan tujuh lainnya sudah berusia di atas 17 tahun.

Menurut Suwarlan, dari yang diutarakan EW dan para pelaku, aksi biadab itu dilakukan di banyak tempat. Mulai dari rumah EW, rumah para pelaku, atau rumah kerabat. Aksi tersebut juga dilakukan setiap rumah dalam kondisi kosong atau sepi. ‘’Orang tuanya bekerja sebagai buruh di Surabaya. EW tinggal bersama ibu tiri dan tiga saudara tirinya,’’ katanya.

Menurut Suwarlan, keluarga EW hidup di bawah garis kemiskinan. Kehidupan EW sekeluarga hanya ditopang oleh sang kepala keluarga dengan inisial, Roi. Roi ini bekerja sebagai buruh bangunan di Surabaya. Suwarlan begitu menyayangkan aksi biadab yang dilakukan warganya.

Dia mengaku sudah berupaya semaksimal mungkin menengahi kasus yang bisa digolongkan pencabulan tersebut. ‘’Kami sangat menyayangkan kejadian yang menimpa EW. Pihak desa memfasilitasi mediasi diantara korban dan para pelaku itu. Tetapi sudah keputusan mereka untuk berdamai,’’ terangnya.

Saat ditelusuri oleh wartawan koran ini, baik EW, bapak, atau ibu tirinya tidak dapat ditemui. Begitu pula dengan kesepuluh pelaku. Pihak desa mengatakan EW dan keluarganya pulang ke rumahnya setelah pertemuan yang menghasilkan keputusan damai tersebut. Termasuk para pelakunya.

Tetapi setelah dicari ke rumahnya di Dusun Baras, Desa Karangmulyo, ternyata kosong. Hanya ada kakak tiri EW, sebut saja namanya SSA, yang menjaga rumah tersebut. SSA menangis sesenggukan menceritakan musibah yang menimpa adiknya itu.

Menurut kakak tirinya, EW ternyata juga cenderung ‘’membuka diri’’ terhadap para pelaku. ‘’Meskipun hanya bersaudara tiri, saya sayang kepada adik saya (EW). Saya sering menasehati soal pergaulannya, tetapi tidak digubris. Begitu juga ke bapak,’’ katanya sembari menutup wajah yang berlinang air mata.

Sejak menjadi kakak tirinya, SSA kerap memperhatikan pergaulan EW. Dia sering mendapati EW bersama seorang pria di suatu tempat. Selain di rumah, juga di tempat-tempat lain. Pria kenalan EW dari desa tersebut juga cukup banyak.

Meski begitu, di mata SSA, EW merupakan perempuan yang biasa saja. Dia selalu baik, dan tak ubahnya perempuan-perempuan lain seumurannya. ‘’Di sekolah juga biasa saja sebenarnya. Anaknya baik, tetapi kenalan lawan jenisnya memang banyak,’’ terangnya.

Namun sejak dua bulan terakhir, SSA merasa ada yang janggal dengan EW. EW lebih sering mengurung diri di dalam kamar. Dia yang biasanya ceria, belakangan menjadi murung. Tetapi, EW tidak pernah sekalipun bercerita soal kondisinya kepada SSA.

Puncaknya, EW sempat tidak pulang ke rumah selama dua hari. Tidak disangka-sangka, EW ditemukan SSA di rumah seorang paranormal desa setempat. Guru EW yang kemudian diminta membawa pulang EW.

Hari Selasa lalu, semakin terungkap jelas penyebab murungnya EW. Seluruh anggota keluarga EW merasa sedih. Begitu juga dengan sang bapak, Roi, yang menurut SSA, sempat memarahi EW habis-habisan. ‘’EW anak dari istri ketiga bapak. Dia sudah menikah empat kali. Terakhir menikahi ibu saya, sampai saat ini,’’ jelasnya.

Yang paling membuat SSA merasa terluka adalah, tidak ada satu orang pun yang bersedia menikahi EW. WA, yang awalnya dituduh menjadi bapak dari anak di kandungan EW, menolak karena banyak pria lain yang sudah berhubungan badan dengan EW.

Kakak tirinya tidak bisa berbuat banyak, dan hanya bisa pasrah aksi biadab yang menimpa adiknya berakhir damai. Dia tidak menuntut apapun. Sang kakak hanya ingin, adiknya itu menjalani sisa hidup dengan bahagia, bersama calon suami yang dipilihkan kepadanya.

‘’Soal keputusannya, saya tidak mau ikut campur. Saya hanya ingin adik saya bisa bahagia, dan akhirnya mau berubah menjadi lebih baik,’’ ujarnya sesenggukan sembari mengusap air mata.

Sumber: Radar Madiun