Rela tak Lebaran di Pacitan Karena Harus Bekerja Jadi Infal

oleh -1 Dilihat

Pacitanku.com, TEGALOMBO – Sejumlah perempuan Pacitan memilih menjadi pekerja musiman saat Lebaran tiba. Mereka rela meninggalkan keluarga demi mendapatkan penghasilan, sementara keluarga yang lain memilih berkumpul merayakan Idul Fitri. Para pekerja infal tersebut bertugas menggantikan para pembantu rumah tangga (PRT) yang mudik ke kampung halaman.

Seperti yang dialami Siti Nurhidayah, 36, sebagai pekerja infal alias pengganti. Sebelum berangkat ke Jakarta, ibu dua anak tersebut mempersiapkan semua perlengkapan untuk tinggal sementara di ibu kota.

Warga Desa Kemuning, Kecamatan Tegalombo itu mengungkapkan, dia merelakan momentum berkumpul dengan keluarga saat lebaran lebih disebabkan karena kondisi ekonomi sulit. Iming-iming bayaran Rp 150 ribu per hari oleh majikan membuatnya tergiur memilih pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga (PRT) pengganti tersebut. ‘’Pendapatannya lumayan banyak bisa membantu ekonomi keluarga. Daripada di sini (Pacitan, Red) saya tidak bekerja,’’ kata Siti, salah seorang PRT musiman.

Siti tidak berangkat sendiri ke Jakarta. Perempuan tamatan SMP itu berangkat bersama dengan belasan PRT musiman yang diakomodasi oleh sebuah yayasan di Kecamatan Tegalombo dari Terminal Bus Pacitan. Biasanya mereka bekerja sebagai PRT musiman di Jakarta hanya dua pekan. Itu terhitung sebelum dan sesudah Lebaran. Selama itu, penghasilan yang mereka dapatkan sekitar Rp 2 jutaan. Nominal itu belum termasuk bonus dan ongkos pulang kampung. ‘’Pekerjaannya menjaga dan membersihkan rumah saat majikan mudik. Atau jadi pengasuh anak,’’ tuturnya.

Mak Jum, 56, penyalur jasa PRT musiman di Pacitan mengakui gaji pekerja infal lebih tinggi dibanding PRT biasa. Biasanya, dia hanya mematok gaji sekitar Rp 900 ribu – Rp 1,2 juta per bulan atau Rp 30-50 ribu per hari untuk jasa pembantu pada hari biasa. Namun untuk pembantu infal tarif tersebut melejit hingga Rp 125-150 ribu per hari. ‘’Seluruh uang itu menjadi hak para pembantu infal tanpa potongan. Mereka hanya dikenai biaya administrasi Rp 1 juta untuk komisi agen dan perusahaan,’’ ungkapnya.

Keberadaan pekerja infal asal Pacitan tidak luput dari pantauan Dinsosnakertrans Pacitan. Selama dua tahun terakhir tercatat sekitar seribu orang lebih asal Pacitan yang bekerja sebagai pekerja infal setiap Lebaran. Jumlah itu diprediksi naik hampir 50 persen pada saat Lebaran tahun ini. ‘’Pendapatan tinggi menjadi faktor utama jumlah pekerja infal meningkat tiap tahun,’’ kata Witjaksono Mahargo Kabid Penempatan Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dinsosnakertrans Pacitan. (her/yup)

Sumber: Radar Madiun