Jembatan Penghubung Karangrejo-Karanggede tak Tahan Bencana

oleh -0 Dilihat
Banjir Batu di Sungai Grungu, Karangrejo, Arjosari. (Foto: Agoes Doyock/Info Pacitan)
Banjir Batu di Sungai Grungu, Karangrejo, Arjosari. (Foto: Agoes Doyock/Info Pacitan)

Pacitanku.com, ARJOSARI – Jembatan penghubung Karangrejo-Karanggede di Dusun Wonosari, Desa Karangrejo, Kecamatan Arjosari, rawan hancur. Ini jika terjadi banjir batu susulan, jembatan tak lagi kuat menahan beban. Akibatnya, ribuan jiwa penduduk dari dua desa, yaitu Karangrejo dan Karanggede, akan terisolasi lantaran terputus akses jalannya. Ancaman tersebut kini tengah dicarikan solusi oleh Pemkab Pacitan.

Selain itu, jembatan penghubung kedua desa tersebut ternyata juga tidak desain tahan bencana. ‘’Hanya, kami sudah pernah menyiasatinya,’’ ungkap Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Pacitan, Budiyanto, baru-baru ini.

Budiyanto menuturkan, pembangunan jembatan penghubung Karangrejo-Karanggede menghabiskan anggaran APBD senilai Rp 400 juta. Zona bebas dari jembatan ke aliran sungai mulanya tidak seberapa tinggi.

Jarak ketinggian sebelumnya tidak sampai lima meter. Jembatan kemudian didesain lebih tinggi dari aliran sungai. Zona bebasnya dinaikkan menjadi sepuluh meter. Pasalnya, saat itu, sudah sempat beberapa kali terjadi banjir batu. ‘’Karena itu dinaikkan agar bebatuan bisa lewat di bawah jembatan,’’ terangnya.




Yang terjadi kemudian diluar prediksi. Kini, zona bebas jembatan bahkan seolah tidak menyisakan celah. Pun, Senin lalu (9/1), seluruh badan jembatan bahkan sempat tertimbun material banjir batu.

Kalau banjir batu menerjang jembatan lagi selama lebih dari dua kali, dikhawatirkan jembatan bakal hancur. Sebab, idealnya desain jembatan hanya sanggup menahan beban di bawah 20 ton. Sementara, deposit batuan yang turun dari bukit Parangan turun dalam volume dan berat yang besar. ‘’Tonasenya bisa saja sampai lebih dari 20 ton kemarin itu. Karena sangat banyak timbunannya,’’ ujarnya.

Bukan berarti pula material banjir batu dengan tonase di bawah 20 ton tidak bisa menghancurkan jembatan. Budiyanto menyebut, lima ton pun sanggup karena ada pengaruh dari daya gravitasi. Kemiringan medan gelincir di bukit Parangan yang menyebabkan hal itu.

Jika terjadi, akan paling berdampak pada bentang jembatan. ‘’Desainnya kan menahan beban dari atas, bukan dari samping. Meskipun pilar-pilar pondasi sebenarnya juga sudah diperkuat strukturnya,’’ terang Budiyanto.

Budiyanto berharap hal itu tidak sampai terjadi. Sebab, jika jembatan tersebut hancur, warga dua desa bakal terdampak. Berbagai sendi kehidupan warga setempat pun dikhawatirkan terganggu. Sebab, jembatan tersebut merupakan penghubung utama Karangrejo-Karanggede.

Andai memutar melalui Nawangan, jarak yang ditempuh bertambah hingga belasan kilometer. Di samping itu, waktu yang dibutuhkan juga bisa sampai berjam-jam. ‘’Jangan sampai terjadi banjir batu lagi. Sebab, jika hancur, dampaknya besar bagi warga,’’ ujarnya. (mg4/rif/RAPP002)

Sumber: Radar Madiun