Sempat Kontroversi, Penulis Buku Tabah Membawa Berkah Akhirnya Meminta Maaf

oleh -6 Dilihat
Bedah Buku Tabah Membawa Berkah. (Foto : DPPP001)
Bedah Buku Tabah Membawa Berkah. (Foto : DPPP001)
Bedah Buku Tabah Membawa Berkah. (Foto : DPPP001)
Bedah Buku Tabah Membawa Berkah. (Foto : DPPP001)

Pacitanku.com, PACITAN – Penulis buku Tabah Membawa Berkah, Gandung Mudjono, akhirnya meminta maaf kepada keluarga almarhum Wakil Bupati Prayitno pasca munculnya kontroversi dalam buku tersebut. Ditemani Bupati Pacitan, Drs. H Indartato, MM, Gandung yang juga mantan tim Pemenangan Indartato di Pilbup Pacitan beberapa tahun lalu ini menyambangi rumah keluarga almarhum Prayitno, Rabu (25/2/2015) malam WIB.

Sebelumnya, sebagaimana diketahui, gelombang protes terus terjadi terkait beredarnya buku berjudul Tabah Membawa Berkah, karya Gandung Mudjono. Setelah sempat sebelumnya keluarga almarhum Prayitno merasa keberatan atas diterbitkannya buku tersebut dan minta untuk secepatnya dilakukan penarikan, permintaan serupa juga diutarakan Munir, Ketua Badan Pengawas DPC Partai Demokrat Pacitan.

Meskipun yang terkandung dalam isi tulisan tersebut merupakan perkataan dari para relawan, dan oleh sang penulis dianggap merupakan sebuah fakta namun tak seharusnya ditulis. Apalagi mantan kepala SMAN 1 Pacitan itu sudah meninggal dunia.

‘’Ada kalanya fakta itu bisa ditulis dan tidak, jadi, yang dianggap etis saja ditulis. Agar, ke depannya tidak menimbulkan opini publik yang menyesatkan,’’ kata Munir beberapa waktu lalu.

Diketahui, dalam buku yang peredarannya ditarik karena banyak revisi, pada Senin (18/2/2015) lalu itu memang muncul kontroversi, yakni pada halaman 31 dan halaman 48. Pada halaman 31, Gandung secara jelas menceritakan ada beberapa pihak yang dianggap tak mendukung Indartato, padahal masih ada darah dan merupakan tetangga di Kelurahan Bangunsari.

Kontroversi lainnya muncul di halaman 48 yang isinya menuding almarhum Prayitno tidak memberikan andil saat pilkada Pacitan tahun 2010 lalu. Tapi justru mendapatkan rekomendasi dari DPP Partai Demokrat. Dalam bab yang diberi judul thenguk thenguk nemu gethuk itu, Gandung menceritakan bahwa tidak bekerja tapi mendapat kenikmatan dan kedudukan, tidak berjuang tapi malah mendapat rekomendasi.

Yang maksudnya, saat itu almarhum Prayitno diam tidak berbuat apa-apa, hanya berpangku tangan dan tidak bekerja tetapi mendapat kenikmatan dan kedudukan setelah diberi rekomendasi dari DPP Partai Demokrat terkait pencalonannya menjadi calon wakil bupati.

Gandung juga menceritakan dalam buku itu, dan memang benar selama proses pencalonan hampir selama dua tahun itulah yang dipersoalkan oleh para relawan. Kata kata tersebut kini ditutup dengan kata kata “Kalau tidak mau memuji janganlah mencaci, kalau tidak bisa membantu janganlah merecoki, kalau tidak bisa menghargai jangan menodai“.

Kata-kata itulah yang menjadi polemik dalam penerbitan buku karangan Gandung Mudjono, dalam buku tersebut hingga akhirnya berujung permintaan maaf dari penulis kepada keluarga almarhum Prayitno. (RAPP002)