Cerita Pegiat UMKM Sapu Ijuk dari Pegunungan Pacitan yang Mulai Kebanjiran Peminat Pasar Lokal

oleh -24 Dilihat
SAPU IJUK. Sagadah dan produk UMKM sapu ijuk yang mulai merambah pasar lokal Pacitan. (Foto: Nurromdhoni)

Pacitanku.com, TEGALOMBO – Ibarat pepatah jawa, ‘sopo sing tekun bakale tekan.’

Itulah sepertinya yang menjadi filosofi hidup sepasang suami istri, Jamil dan Sagadah.

Suami istri yang berdomisili di RT/RW 007/VI Dusun Glagahombo, Desa Kasihan, Kecamatan Tegalombo ini pelan-pelan mulai menuai hasil dari jerih payah yang dilakukannya.

Memulai usaha membuat sapu ijuk sejak lima tahun belakangan atau tepatnya tahun 2017, produk buatan Jamil dan Sagadah pelan-pelan mulai mampu menembus pasar lokal Pacitan.

Hal itu terjadi berkat jerih payah dan konsistensi yang dilakukan keduanya.

“Awalnya suami saya adalah sopir, setelah tidak jadi sopir, terus akhirnya usaha membuat sapu ijuk ini,”kata Sagadah, saat ditemui baru-baru ini di rumahnya di Desa Kasihan.

Selain ijuk, Jamil dan Sagadah juga memproduksi sapu dan alat bersih-bersih berbahan baku sabut kelapa dan lidi.

Dengan harga cukup terjangkau, produk-produk sapu milik Jamil dan Sagadah mulai merambah pasar lokal Pacitan.

“Kalau untuk harga sapu kelut (berbahan ijuk dan sabut kelapa) itu kita jual Rp 13 ribu, kemudian untuk produk sapu lidi itu harganya Rp12 ribu,”kata dia

Untuk pasar distribusi, Sagadah mengatakan produk yang dijualnya sudah sampai ke sejumlah Kecamatan di Pacitan.

“Kalau pasarnya ya Tegalombo, kemudian di Pacitan kota, kemudian di Ngadirojo, Bandar, Nawangan dan Arjosari, di Pacitan kota kita distribusikan ke Pasar Minulyo dan Pasar Arjowinangun, kalau di Arjosari juga kita distribusikan di toko,”katanya

“Kemudian kita distribusikan juga di Bandar, Nawangan, Montongan Tulakan, kemudian di Gemaharjo dan Tahunan di Kecamatan Tegalombo,”imbuh Sagadah.

Baca juga: Dukung Kebangkitan Ekonomi Desa, Komunitas Bangga Kasihan-Pemdes Kasihan Gelar Dialog UMKM

Produk yang ‘bukan kaleng-kaleng’ milik Jamil dan Sagadah terbukti disukai pasar. Hal itu dibuktikan dengan dirinya bisa memproduksi sampai 80 biji sapu.

“Kita ada 4 karyawan yang membantu, dan untuk sehari rata-rata kitab isa memproduksi 60 sampai 80 biji sapu, baik ijuk, sapu sabut kelapa atau sapu lidi,”jelasnya.

Seiring semakin banyaknya minat terhadap produk yang dijualnya, Sagadah mengaku permintaan sering sampai kekurangan, terutama dalam mencari bahan bakunya.

“Bahan baku dan peralatan itu kadang yang terkendala, gagangnya produksinya kurang, kadang ada, kadang tidak, kalau bahan baku lidi banyak, kalau sepet (sabut kelapa) yang kurang, sementara bahan baku ijuk yang banyak,”jelasnya.

Secara khusus, Sagadah pun berharap produk UMKM yang digeluti bersama suaminya juga terus berkembang dan mendapatkan perhatian dari pemerintah.

Video Dukung Kebangkitan Ekonomi Desa, Komunitas Bangga Kasihan-Pemdes Kasihan Gelar Dialog UMKM

No More Posts Available.

No more pages to load.