Penjurian FLS3N Pacitan Dituding Tidak Objektif, DKP Desak Evaluasi Total

oleh -1114 Dilihat
FLS3N. Sejumlah pihak di Pacitan menyoroti dugaan ketidakobjektifan dan konflik kepentingan dalam penjurian lomba menggambar ekspresi FLS3N tingkat SD se-Kecamatan Pacitan, setelah salah satu juri disebut-sebut adalah kepala sekolah dari pemenang juara pertama. Dewan Kesenian Pacitan (DKP) dan Komunitas Perupa Pacitan menerima banyak aduan dari orang tua peserta (Sumber Foto: Istimewa)

Pacitanku.com, PACITAN – Pelaksanaan seleksi Festival Lomba Seni dan Sastra Siswa Nasional (FLS3N) tingkat Sekolah Dasar (SD) se-Kecamatan Pacitan, khususnya pada cabang lomba menggambar ekspresi, tengah menjadi sorotan tajam.

Dugaan ketidakobjektifan dan konflik kepentingan dalam proses penjurian mencuat, setelah salah satu juri diketahui merupakan kepala sekolah dari SD Negeri 2 Sirnoboyo, tempat siswa juara pertama berasal.

Persoalan ini bergulir setelah Dewan Kesenian Pacitan (DKP) dan Komunitas Perupa Pacitan menerima banyak aduan dari para orang tua peserta lomba.

Mereka merasa hasil penjurian tidak mencerminkan kualitas karya siswa, baik dari segi teknis maupun kesesuaian dengan petunjuk teknis (juknis) lomba.

“Saya dan beberapa pengurus DKP menerima banyak aduan dari orang tua siswa yang merasa tidak puas dengan hasil penjurian yang dinilai kurang objektif,”ungkap Setiyono B Sampurno, salah satu pengurus DKP dan tokoh perupa Pacitan, Rabu (21/5/2025).

Setiyono menambahkan, berdasarkan pengamatan praktisi seni rupa dan pengamat awam, karya pemenang juara satu secara kualitas justru terlihat di bawah beberapa karya lain yang hanya menempati peringkat bawah.

Setiyono B Sampurno, salah satu pengurus DKP dan tokoh perupa Pacitan

“Karya juara satu, baik secara teknik maupun pemahaman tema, terlihat kurang memenuhi kriteria juknis. Patut dicurigai adanya konflik kepentingan karena salah satu juri ternyata adalah kepala sekolah dari SDN 2 Sirnoboyo, tempat siswa juara satu berasal,” tegasnya.

Kecurigaan ini semakin kuat dengan ditemukannya tanda tangan kepala sekolah SDN 2 Sirnoboyo pada lembar penilaian juri, sebuah praktik yang dinilai menyalahi prinsip independensi dalam penjurian.

“Idealnya, juri dalam lomba seni rupa diambil dari kalangan yang berkompeten dan independen, bukan dari internal guru atau MKKS yang berpotensi membuka ruang konflik kepentingan,”imbuhnya.

Setiyono juga menyoroti bahwa penilaian seni tidak bisa hanya bersembunyi di balik jargon “selera tidak bisa diperdebatkan”.

Dia menilai hal itu sebagai pelecehan terhadap seni yang merupakan sebuah ilmu dengan kaidah jelas.

“Menilai karya seni, apalagi dalam konteks pendidikan, harus berdasarkan pemahaman elemen visual, teknik, komposisi, dan relevansi tema. Penjurian asal-asalan hanya akan menciderai makna pendidikan itu sendiri,” kata Setiyono.

Dewan Kesenian Pacitan berharap insiden ini menjadi pelajaran berharga bagi panitia penyelenggara FLS3N di semua jenjang, baik SD, SMP, SMA, SMK, maupun MA.

Mereka menilai seleksi yang tidak profesional dan membuka ruang kecurangan berpotensi merusak semangat serta proses pendidikan seni di kalangan pelajar.

“Momentum ini seharusnya menjadi pembelajaran bersama. Seleksi perlu dilakukan dengan cara yang lebih profesional, objektif, dan adil. Kedaulatan dan marwah pendidikan seharusnya dimulai dari hal-hal mendasar seperti ini,”tutup Setiyono.

Ketua MKKS Akui Ada Kesalahan Teknis

Menanggapi polemik ini, Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) tingkat SD Kecamatan Pacitan, Sujarno, memberikan klarifikasi. Ia menjelaskan bahwa terjadi kekeliruan teknis dalam proses penjurian.

“Sebenarnya juri hanya satu orang, dibantu oleh dua panitia yang kebetulan juga kepala sekolah. Kemarin memang ada kesalahan teknis. Seharusnya yang kepala sekolah tidak ikut juri dan tidak menandatangani lembar penilaian, tapi kemarin ikut tanda tangan. Kebetulan kemudian siswanya menang,” jelas Sujarno.

Namun, saat ditanya mengenai ketidakpuasan orang tua dan dugaan ketidakobjektifan hasil, Sujarno menegaskan bahwa keputusan sudah final.

“Keputusan itu sudah final, dan hari ini siswa yang mendapat juara 1 sudah mendaftar untuk mengikuti kegiatan di tingkat selanjutnya. Kalau ada yang masih keberatan atau ingin mengadu, bisa langsung datang ke saya,”pungkasnya.

Lihat juga berita-berita Pacitanku di Google News, klik disini.

No More Posts Available.

No more pages to load.