Ujian Terbuka di Tepi Pantai Srau, Dosen Unnes ini Raih Nilai A

oleh -1 Dilihat
Anak-anak bermain di Sungai dalam program Pacitanian Education of Art. (Foto: Sulthan Shalahuddin)
Lina saat ujian doktoral terbuka di Pantai Srau, Sabtu (21/1). (Foto: Sulthan Salahuddin)

Pacitanku.com, PRINGKUKU – Deasylina da Ary, Dosen Seni jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Semarang (Unnes) akhirnya resmi menyandang gelar Doktor di bidang seni setelah merampungkan program doktoralnya di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta pada Sabtu (21/1/2017) di tepi Pantai Srau, Desa Candi, Kecamatan Pringkuku, Pacitan.

Dalam ujian terbuka yang disaksikan masyarakat tersebut, Lina, sapaan akrab Deasylina da Ary meraih nilai karya seni 3,89 (A) dan nilai ujian terbuka 3,79 (A). Atas prestasi ini, Lina menjadi doktor ke 22 ISI Surakarta.

Ujian terbuka tersebut diapresiasi oleh para promotor yang menilai langsung tema tugas akhir Lina yang bertajuk ‘Pacitanian, Education of Arts’ atau model pendidikan seni berbasis lingkungan.

Lina saat ujian doktoral terbuka di Pantai Srau, Sabtu (21/1). (Foto: Sulthan Salahuddin)

“Sistem ini sangat munkin untuk dipakai dalam pendidikan kita.  Ini kan sifatnya lokal masih lokal, prosesnya panjang kalo di luaskan. Tapi saya kira tidak terlalu sulit untuk memulainya, toh sekolah sekolah di sini sudah ada yg memakainya,  saya kira pacitan justru bisa jadi pelopornya ini,” kata Hilman Farid, Ph.D, Direktur Jenderal Kebudayaan RI yang menjadi salah satu penguji dalam ujian tersebut.




Lebih lanjut, Hilman menyampaikan bahwa konsep tersebut bisa dipraktekkan dalam lingkup terbatas dan bekerja sama dengan Dinas Pendidikan setempat.

“Tapi nggak usah terlalu ambisius,  bisa mempraktekkan dalam lingkup terbatas ini sudah bagus, yang paling penting konsistensi dan mau diskusi dengan dinas pendidikan,  nggak mungkin kan jalan sendiri. Kemudian ada rekaman buat evaluasi. Saya sih berharap bisa berjalan dengan bagus,”katanya lagi.                    

Lina saat ujian doktoral terbuka di Pantai Srau, Sabtu (21/1). (Foto: Sulthan Salahuddin)

Para penguji dalam penilaian doktoral terbuka ini sendiri mengapresiasi karya ini, bahkan Hilman mengacungkan dua jempol dan apresiasi dari Dirjen Pendidikan pusat.

“Pacitanian ini mengedepankan pendidikan yang mengharuskan anak bersinggungan dengan alam, dipilihnya sungai janglot, goa tabuhan, serta pantai srau karena memiliki nilai sejarah yang baik. Selain itu keindahan alam di pacitan secara garis besar ada tiga,  yaitu sungai, goa dan pantai,”kata Lina menjelaskan karyanya.

Salah sat penguji dalam penelitian ini bahkan merasa iri dan ingin kembali kecil karena merasa masa kecilnya tidak seseru apa yang dilakukan oleh anak anak pada Pacitanian ini. “Kami meminta akan adanya regenerasi dan keberlangsungan program ini,”kata Prof Dr Sri Rochana W. S.Kar, M.Hum, Rektor ISI Surakarta.

Sebagaimana diketahui, dengan mengusung tajuk ‘Pacitanian, Education of Arts’ atau model pendidikan seni berbasis lingkungan, Lina mengatakan bahwa isi dari karya ini adalah pelaksanaan pendidikan yang menimbulkan rasa ketertarikan terhadap teknologi dan memahami lingkungan Pacitan.

“Hasilnya adalah teknologi yang membawa kebaruan di Pacitan, jika secara sadar dimasukkan ke dalam pendidikan seni akan memperkaya imajinasi anak, sehingga input imajinasi anak langsung dari lingkungan hidupnya,”katanya.

Menurut Lina, karya seni “Pacitanian” adalah sebuah persilangan antara seni, pendidikan dan ilmu pengetahuan. “Karya ini mengangkat potensi yang dimiliki Pacitan, bukan hanya potensi keindahan alamnya, akan tetapi juga potensi prasejarah yang dimilikinya dalam bentuk karya seni pertunjukan,”kata perempuan yang belajar menari sejak usia lima tahun ini.

Ujian ini sendiri digelar di tepi Pantai Srau dan diuji oleh sembilan pakar sekaligus, yakni Hilman Farid, P.Hd (Dirjen Kebudayaan RI), Dr Harry Widianto (Direktur Cagar Budaya dan Permuseuman), Prof Dr Sri Rochana W. S.Kar, M.Hum, (Rektor ISI Surakarta).

Kemudian juga Prof Dr Rahayu Supanggah, S. Kar (Promotor dan Guru Besar ISI Surakarta), Prof Sardono W Kusumo (Co-Promotor dan Guru Besar Institut Kesenian Jakarta), Prof Dr Nanik Sri Prihatini, S.Kar (Guru Besar ISI Surakarta).

Selanjutnya adalah Prof Dr Muhammad Jazuli, M.Hum (Guru Besar Universitas Negeri Semarang), Dr FX Widaryanto, SS, MA (Guru Besar Universitas Padjajaran) dan Dr Anton Rustandi Mulyana, S.Kar, M (Direktur Pascasarjana ISI Surakarta). (RAPP002)

Pewarta/Foto: Sulthan Salahudin