Serunya Anak-anak Menari dan Bernyanyi di Goa Tabuhan dan Pantai Srau

oleh -1 Dilihat
Anak-anak bermain di Pantai Srau dalam program Pacitanian Education of Art. (Foto: Sulthan Shalahuddin)
Anak-anak bermain Goa Tabuhan dalam program Pacitanian Education of Art. (Foto: Sulthan Shalahuddin)

Pacitanku.com, PRINGKUKU – Apa jadinya saat puluhan anak-anak Pacitan menari dan bernyanyi obyek wisata? Tentu sangat seru. Demikianlah keseruan yang terjadi saat anak-anak yang menjadi subyek penelitian Deasylina da Ary, Dosen seni tari Universitas Negeri Semarang (Unnes) menari dan bernyanyi di sejumlah obyek wisata di Pacitan, Sabtu (21/1/2017).

Aksi anak-anak ini adalah bagian dari rangkaian dari program‘Pacitanian, Education of Art’ atau model pendidikan seni berbasis lingkungan, yang menjadi program tugas akhir doktoral Deasylinah da Ary di Program S3 Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta.”Capek sih, tapi senang belajar dengan seperti ini, bisa mengikuti dari awal sampai akhir,”kata Eka, salah satu anak-anak yang ikut dalam agenda tersebut, kepada Pacitanku.com.

Anak-anak bermain Goa Tabuhan dalam program Pacitanian Education of Art. (Foto: Sulthan Shalahuddin)Berawal dari Sungai Janglot, Dusun Janglot Desa Pelem, Kecamatan Pringkuku, sabtu pagi pada pukul 09.00 WIB, puluhan anaka-anak ini melakukan berbagai aktivitas, diantaranya adalah menyusuri pematang sawah, eksplorasi sungai, mandi bersama teman dan hewan peliharaan. Kemudian eksplorasi batu-batuan, rumah ranting dan diakhiri dengan berjalan beriringan.




“Latihan ketubuhan anak-anak mengeksplorasi lingkungan sungai Janglot untuk melatih kemampuan dan sensibilitas motorik anak. Sebagai hulu dari sungai Baksooka, sungai Janglot adalah sungai purba penopang kelangsungan hidup manusia purba saat itu,”kata Lina, sapaan akrab Deasylina da Ary, tentang pemilihan Sungai Janglot sebagai latar pertunjukan seni pertamanya hari ini.

Anak-anak bermain Goa Tabuhan dalam program Pacitanian Education of Art. (Foto: Sulthan Shalahuddin)




Menurut Lina, dengan memanfaatkan unsur-unsur yang ada di lingkungan sungai Janglot seperti kecipak air, berbagai jenis batuan fosil, hingga ranting-ranting pepohonan di sepanjang aliran sungai, sebagai bahan permainan yang memberikan input pengetahuan dan memori tentang kehidupan prasejarah yang masih tersimpan di sepanjang sungai ini.

Selanjutnya, pada agenda kedua, puluhan anak-anak ini melakukan aktivitas di Goa Tabuhan, Desa Wareng, Kecamatan Punung yang dimulai Sabtu siang pukul 12.15 WIB. DI Goa legendaris ini, aktivitas dimulai dengan merangkak di batuan mulut gua, masak-masakan, melakukan tari wayang purba. Kemudian dilanjutkan dengan permainan bunyi batu, permainan kodok, permainan suara saut-menyaut, permainan sriti, joringan dan diakhiri dengan lagu nenek moyang.

Anak-anak bermain Goa Tabuhan dalam program Pacitanian Education of Art. (Foto: Sulthan Shalahuddin)

“Reportase aktivitas anak-anak bermain-main dengan memanfaatkan lingkungan gua Tabuhan. Gua ini merupakan situs hunian gua tertua di Asia Tenggara dengan peninggalan berupa fauna dan artefak litik.  Gundukan batu, bunyi stalaktit, gema, hingga ruangan gua yang gelap dan dingin dengan berbagai lekukan ruang sebagai arena permainan yang memberikan rangsangan imajinasi kepada anak-anak tentang aktivitas dan pembagian ruang yang dilakukan oleh manusia prasejarah,”paparnya.

Selanjutnya, di bagianterakhir pertunjukan seni ini, anak-anak menaklukkan lingkungan pantai Srau, sehingga dapat menikmati perbedaan cakrawala langit di kala sunset dan sunrise dalam sehari sekaligus.

Anak-anak bermain di Pantai Srau dalam program Pacitanian Education of Art. (Foto: Sulthan Shalahuddin)

Di Pantai yang terletak di Dusun Srau, Desa Candi, Kecamatan Pringkuku ini, puluhan anak-anak ini melakukan berbagai aktivitas, yakni  arak-arakan warna, penancapan bambu pancing, kemudian membuat instalasi warna dari jas hujan, permainan keong, perayaan Sunset, bebakaran ikan dan diakhirir dengan api unggun.

Anak-anak bermain di Pantai Srau dalam program Pacitanian Education of Art. (Foto: Sulthan Shalahuddin)

“Daerah pesisir merupakan wilayah ekploitasi  area manusia prasejarah yang jejaknya terekam dalam penguburan gua yang tersebar di Asia Tenggara. Menjelajah bukit-bukit karang, berjalan di atas tebing laut dalam, aktivitas fisik di atas pasir pantai, membuat berbagai karya rupa berbahan biota laut, bebakaran ikan, dan berbagai permainan dalam kegembiraan api unggun melengkapi petualangan anak-anak di lingkungan Pacitan,”pungkas Lina.

Usai melaksanakan tiga agenda tersebut, Lina akan memaparkan presentasinya dalam ujian terbuka doktoral pada Sabtu (21/1/2017) pukul 19.30 WIB di tepi pantai Srau. (DP)

Pewarta/Foto: Sulthan Shalahuddin

Editor: Dwi Purnawan