Suka Duka Penjual Makanan Alun-alun Pacitan, Rela Begadang Demi Dapatkan Rupiah

oleh -7 Dilihat
Penjual Gorengan di alun-alun Pacitan. (Foto : Dok.Pacitanku)
Penjual Gorengan di alun-alun Pacitan. (Foto : Dok.Pacitanku)
Penjual Gorengan di alun-alun Pacitan. (Foto : Dok.Pacitanku)
Penjual Gorengan di alun-alun Pacitan. (Foto : Dok.Pacitanku)

Pacitanku.com, PACITAN – Adalah Teguh dan Sularmi, pasangan suami istri asal Slagi, Kota Pacitan yang rela menghabiskan hari – hari di warung Pedagang Kaki Lima (PKL) Alun – alun Pacitan. Teguh bersama 27 pedagang lainnya memang menempati kios yang merupakan bantuan CSR Bank Jatim ini.

Setiap hari, Teguh dan Larmi bersemangat untuk menjajaki aneka makanan khas Pacitan, seperti jadah bakar, aneka gorengan, kopi hitam, aneka makanan ringan hingga makanan berat seperti sayur opor ayam kampung dan sayur terong.

“Kalau pagi kayak gini kita menyediakan sarapan opor ayam, kalau jadah bakar biasanya sore sampai malam mas, kita jualan 24 jam nonstop mas, kadang yang jaga giliran bapak, kadang saya, kadang anak saya, jadi seperti sudah jadi rumah sendiri,” papar Larmi kepada Portal Pacitanku, baru – baru ini.

Momentum peringatan HUT Pacitan ke 270 pekan lalu, imbuh Larmi, membuat warungnya juga ramai dikunjungi penikmat kuliner ringan.  Larmi pun sudah mengantisipasi melonjaknya kunjungan ke warungnya dengan menyediakan puluhan tikar.

“Selain momentum kemarin, memang kita selalu sediakan tikar untuk digelar di sepanjang trotoar di jalan dekat alun – alun sini mas, biasanya kalau malam minggu para pemuda dan pengunjung memanfaatkan waktu untuk nongkrong lama disini,” jelasnya.

Yang cukup dikenal oleh wisatawan dan penikmat kuliner, imbuh Larmi, memang adalah jadah bakar, terutama saat malam hari, dimana jadah bakar yang cukup dikenal adalah jadah bakar mbah geger.

“Kalau mbah geger di ujung mas, kios di puluhan pertama, namun secara umum 27 PKL di alun – alun sini memang mayoritas dari warga Pacitan asli, dengan berbagai jualannya, sehingga bagi kami walaupun sama – sama menjual jadah bakar, tak menjadi persoalan, toh sama – sama punya rezeki masing – masing,” ungkapnya.

Senada dengan Larmi, teguh, sang suami pun mengatakan bahwa prospek PKL alun – alun di Pacitan memang punya kelebihan dibanding pedagang yang terletak di gang – gang di Pacitan. “Kelebihan kita ya karena kita berdagang di alun –alun dan pusat kota, sehingga para wisatawan cenderung lebih banyak sering ke alun – alun, dan menikmati kuliner disini, artinya tak punya pelanggan tetap,” jelasnya.

Selain itu, Teguh juga menyampaikan bahwa adanya PKL di alun – alun Pacitan juga bisa membantu pihak satpol PP yang selama ini getol melakukan razia muda – mudi. “Kebetulan sebelah kita taman alun-alun mas, jadi memang fenomena pacaran itu sudah biasa disini, ada yang berduaan duduk dibawah pohon, dekat batu taman, dan sebagainya, sehingga dengan adanya PKL kita bisa membantu mengawasi hal negatif tersebut,” pungkasnya. (DPPP001)