Ini Dia Tantangan Transportasi di Pacitan

oleh -18 Dilihat
Terminal di Pacitan yang baru selesai dibangun. (Foto : Dok.Pacitanku)
Terminal di Pacitan yang baru selesai dibangun. (Foto : Dok.Pacitanku)
Terminal di Pacitan yang baru selesai dibangun. (Foto : Dok.Pacitanku)
Terminal di Pacitan yang baru selesai dibangun. (Foto : Dok.Pacitanku)

Pacitanku.com, PACITAN – Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, infrastuktur  jalan menjadi salah satu perhatian pemerintah daerah (pemda) Pacitan dalam fungsunya untuk mendorong laju pertumbuhan di Pacitan.

Seperti diketahui, sejak akhir Agustus 2013, Kabupaten Pacitan telah memiliki Jalan Lintas Selatan (JLS) yang menghubungkan Pacitan-Sidomulyo. Dengan total jarak JLS sepanjang 30,91 kilometer (km) yang dilengkapi sembilan jembatan sepanjang 510 km, JLS ini menelan anggaran Rp380,99 miliar. Namun demikian, disisi lain dengan adanya JLS tersebut, aksesibilitas semakin mudah dan waktu tempuh dapat dihemat lebih dari setengahnya.

Menurut Bupati Pacitan, Indartoto, prasarana jalan di Pacitan sekarang sudah jauh lebih baik. Jalan Provinsi di Pacitan sudah mencapai 102 km, panjang jalan nasional sekitar 98 km, jalan kabupaten mencapai 798 km. Tetapi, sekarang sekitar 60% jalan kabupaten mengalami kerusakan.

“Kini, pembenahan infrastruktur jalan memang terus dilakukan Pemda Pacitan, termasuk jalan yang melewati sejumlah lokasi wisata, seperti Pantai Klayar, Pantai Soge, Gua Tabuan, hingga Gua Gong,” kata Indartato, sepperti dilansir dari laman transportasi-indonesia.com, Selasa (30/4/2014).

Kendati demikian, transportasi umum, khususnya di dalam kabupaten Pacitan tergolong minim. Selain itu, membangun sistem transportasi yang saling terkoneksi satu sama lain menjadi tantangan besar yang dihadapi daerah yang merupakan asal dari Presiden SBY ini.

“Sementara disisi lain, sepeda motor semakin banyak, dan banyak orang Pacitan yang sukses. Itu yang membuat transportasi tidak berkembang. Tetapi (transportasi) jarak jauh tetap lancer, karena itu para pengusaha bus merasa tidak mengalami masalah, “ tandas Bupati Pacitan, Indartoto.

Dengan kondisi seperti itu, angkutan umum dalam kota kabupaten menjadi kurang berkembang. Banyak warga Pacitan yang lebih suka memakai kendaraan pribadi, bahkan dokar yang dulu banyak di Pacitan, kini sudah tidak ada.

Untuk jalur bus kota, menurut Indartoto, rute paling banyak peminat adalah rute Pacitan menuju Jakarta. “Jalur lain yang diminati adalah jalur baru Pacitan-Surabaya, dan Pacitan-Solo, sementara, untuk rute Pacitan-Ponorogo dan sebaliknya yang jarak tempuhnya sekitar 80 km, sudah tidak berkembang karena semakin minim penumpang,” kata pria yang baru saja mendapatkan penghargaan Satya Lencana Karya Bakti Prada Nugraha dari Pemerintah pusat ini.

Sementara itu, untuk bus angkutan anak sekolah yang kini masih belum tersedia, pihak Direktorat Jenderal Perhubungan Darat berjanji untuk mengupayakan agar pada medio tahun ini ada bantuan dari Kementerian Perhubungan.

Soal kerusakan jalan, para pebisnis transportasi darat di Pacitan mengakui bahwa jalanan yang rusak menjadi tantangan besar bagi mereka. Salah satunya, jalur Pacitan-Solo yang rusak terkena akibat hujan.

Proyek Bandara di Pacitan

Di lain sisi, kendati transportasi umum massal masih minim, tetapi Pemda Pacitan memiliki rencana ambisius, yakni mengembangkan angkutan udara. Diharapkan dengan adanya angkutan udara, masyarakat Pacitan memiliki alternatif transportasi jarak jauh.

Awalnya, rencana tersebut seolah sulit direalisiasikan mengingat sulitnya memilih lokasi yang memadai untuk membangun sebuah bandara. Namun, pertemuan sang Bupati dengan Susi Pudjiastuti, pemilik PT. ASI Pudjiastuti Aviation atau dikenal dengan Susi Air, membuka kemungkinan merealisasikan rencana tersebut. Diperkirakan nilai investasi pembebas-an lahan mencapai Rp40 miliar.

Diketahui, sejauh ini, rencana tersebut telah mendapat persetujuan dari Gubernur Jawa Timur, dengan catatan izin dari Kementerian Perhubungan sudah dikantongi. Kini beberapa lokasi tengah dibidik sebagai lahan untuk pembangunan bandara di Kabupaten Pacitan.

Redaktur : Robby Agustav