Pacitanku.com, SURABAYA – Banjir, tanah longsor, dan angin kencang menerjang berbagai wilayah di Indonesia. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, menjelaskan bahwa cuaca ekstrem ini dipicu oleh fenomena La Nina Lemah yang meningkatkan intensitas curah hujan hingga 40 persen.
“Kondisi ini berbeda dengan tahun lalu saat El Nino menyebabkan kemarau panjang,” ungkap Dwikorita dalam Rapat Koordinasi (Rakor) Siaga Darurat Bencana Hidrometeorologi di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, baru-baru ini.
Rakor yang dihadiri Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) RI Pratikno, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto, Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Timur Adhy Karyono, dan Bupati/Walikota se-Jawa Timur ini fokus pada upaya mitigasi dan penanganan bencana hidrometeorologi.
Dwikorita mengungkapkan bahwa La Nina Lemah menyebabkan peningkatan curah hujan di hampir seluruh wilayah Indonesia. “Fenomena ini menjadi pemicu pertumbuhan awan hujan, sehingga intensitas dan volume hujan meningkat signifikan,” jelasnya.
Selain La Nina, posisi geografis Indonesia yang terletak di antara dua benua dan dua samudra membuat negeri ini dikepung bibit siklon. Kondisi ini memicu angin kencang, gelombang tinggi, dan cuaca ekstrem.
“Ditambah lagi dengan dinamika atmosfer seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) dan potensi Cold Surge dari Siberia, risiko hujan lebat semakin meningkat, terutama di wilayah barat, selatan, dan tengah Indonesia,” papar Dwikorita.
BMKG terus mengeluarkan peringatan dini dan berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk meningkatkan kewaspadaan. “Kami juga mengimbau masyarakat untuk aktif mengecek prakiraan cuaca melalui aplikasi InfoBMKG,” imbuhnya.
Jawa Timur Siaga
Dwikorita menyoroti Jawa Timur yang telah memasuki puncak musim hujan.
“Prakiraan curah hujan Desember 2024 – Januari 2025 berada pada kategori menengah hingga sangat tinggi. Selain banjir, potensi longsor, gelombang tinggi, dan banjir rob juga mengancam,” jelasnya.
Pj Gubernur Jawa Timur, Adhy Karyono, menegaskan kesiapan Pemprov Jatim dalam menghadapi bencana hidrometeorologi.
“Kami telah menetapkan status siaga darurat, mengaktifkan posko siaga, melakukan pengecekan Early Warning System (EWS), serta mendistribusikan logistik dan peralatan ke kabupaten/kota,” paparnya.
Adhy menambahkan bahwa mitigasi bencana di Jatim dikelompokkan menjadi delapan klaster berdasarkan wilayah dan Daerah Aliran Sungai (DAS) untuk memaksimalkan upaya penanganan bencana.