Pacitanku.com, PACITAN – Banyak cara yang bisa dilakukan dengan memanfaatkan kearifan lokal untuk mengembangkan potensi desanya. Hal itu seperti yang dilakukan oleh Pemerintah Desa (Pemdes) Kembang, Kecamatan Pacitan yang mulai menapaki tangga kesuksesan mengoptimalkan potensi wisata desanya.
Berbekal kearifan lokal daerah pesisir dan hilir sungai Grindulu, Pemdes Kembang berhasil menyulap salah satu area di Dusun Kiteran, Desa Kembang menjadi desa wisata Mangrove dengan nama Watumejo Mangrove Park.
“Dulu kita memang untuk wisata mangrove ini kita rintis dari 2013, dan harapan kami berkelanjutan, kita kerjasama dengan masyarakat karena swadaya masyarakat luar biasa, kita kembangkan untuk wisata mangrove,”kata Kades Kembang Sahudi saat berbincang dengan awak media di sela penanaman mangrove oleh Kodim 0801/Pacitan pada Jumat (4/3/2022).
Agar potensi wisata lebih maksimal, Sahudi menuturkan konsep mangrove tersebut dipadukan dengan wisata perahu, sehingga pada akhirnya terbentuk nama Watumejo Mangrove Park.
“Harapan kami ini salah satu untuk meningkatkan perekonomian rakyat, yang intinya untuk ikon Desa Kembang, salah satunya wisata mangrove park yang kali ini dilaksanakan oleh Kelompok Masyarakat (Pokmas) Jangkar Segoro Kidul, alhamdulillah kita sudah terbentuk semacam ini,”ujarnya.
Tak hanya berkolaborasi dengan masyarakat, Pemdes Kembang juga bekerja sama dengan Lembaga sosial Rumah Zakat untuk mendampingi pengembangan Watumejo Mangrove Park tersebut.
“Dan alhamdulillah kita kerja sama dengan rumah zakat, untuk pendampingan rumah zakat dari tahun 2021 sampai tahun 2024,”tandasnya.
Hingga saat ini, Sahudi mengakui ada sekitar 20 ribu batang tanaman mangrove yang sudah ditanam untuk kelestarian lingkungan hidup dan pengoptimalan potensi wisata di Kawasan itu.
Namun demikian, Sahudi mengatakan perjalanan mengembangkan Kawasan wisata ini bukan tanpa halangan. Salah satunya adalah menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk menanam mangrove.
“Namun dengan kesadaran masyarakat di Dusun Kiteran ini alhamdulillah semenjak satu tahun ini pemeliharaan mangrove sangat luar biasa,”ujarnya.
Selain itu, Sahudi menuturkan kendala lain yang dihadapi adalah tingkat kehidupan mangrove sejak ditanam hingga tumbuh besar itu hanya pada kisaran 20 persen saja.
“Karena ketika gelombang naik, batang-batang kayu akan menggilas tanaman mangrove ini, sehingga harus ada pemeliharaan terus, seumpama yang dibibr sungai ada tahanan bambu-bamu biar sampah itu tidak terlalu mudah masuk,”jelas Sahudi.
Kendala lain yang juga dihadapi, kata Sahudi, adalah menumpuknya sampah rumah tangga di kawasan itu.
“Karena Desa Kembang itu salah satu hilir tumpukan air ketika musim penghujan kita itu menampung air 3 atau 4 kecamatan, salah satu penghambat mangrove itu adalah, sampah rumah tangga sampah sungai dari hulu ke hilir tumpukannya disini,”ujar dia.
Mengantisipasi penumpukan sampah, Sahudi mengatakan pengelola Watumejo Mangrove Park menggelar kegiatan bakti sosial pembersihan sampah pada setiap pekannya.
Untuk akses menuju Kawasan wisata Watumejo Mangrove Park, Sahudi menuturkan sementara hanya bisa lewat darat.
“Karena lokasi jalan darat yang menuju ke Pelabuhan itu belum jadi, kita lewat jalan permukiman dusun karang jatirogo, kalau memang mau naik perahu, kita harus benar tau kondisi pasang air laut, kalau pas pasang air laut kita tidak bisa masuk ke lokasi mangrove karena dangkal,”pungkasnya.