BPBD: 11 Kejadian Bencana Berpotensi Terjadi di Pacitan

oleh -5 Dilihat
Bencana tanah longsor meratakan rumah warga di Kebonagung. (Foto: Guntur)
Bencana tanah longsor meratakan rumah warga di Kebonagung. (Foto: Guntur)
Bencana tanah longsor meratakan rumah warga di Kebonagung. (Foto: Guntur)

Pacitanku.com, PACITAN – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pacitan menyebut bahwa 11 kejadian bencana alam berpotensi terjadi di Pacitan. Hal itu dimungkinkan karena salah satu penyebabnya adalah secara geografis berdekatan dengan lempeng Indo Australia. ‎

Ratna Budion, Kasi Kesiapsiagaan Bencana, BPBD Pacitan dalam keterangannya kepada wartawan, Minggu (30/10/2016) mengatakan bahwa berdasarkan kajian lapangan oleh beberapa lembaga seperti Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), BPBD, dan perguruan tunggi, menempatkan Pacitan dengan status tinggi bencana.

Hal ini dibuktikan dengan hasil kajian bahwa Pacitan memiliki 11 ancaman bencana dan semuanya berstatus tinggi.”11 potensi becana memang mengancam Pacitan, namun bukan berarti akan hancur. Justru ketika kita kenal dan tahu potensi, apa yang harus dilakukan untuk meminimalisirnya. Bukan dihindari tapi diminimkan,” katanya.

Adapun, Ratna menyebut bahwa menurut hasil kajian lapangan, 11 ancaman becana di Pacitan meliputi tsunami, gempa bumi, banjir bandang, kekeringan, cuaca ekstrim, longsor, kegagalan teknologi, endemi penyakit, kebakaran, gelombang ekstrim dan konflik sosial.

Secara nasional, menguatnya La Nina dengan intensitas lemah, Dipole Mode negatif dan hangatnya suhu muka air laut di perairan wilayah Indonesia telah memberikan dampak meningkatnya bencana hidrometeorologi. Sejak Januari hingga Oktober 2016, data sementara bencana di Indonesia telah terjadi 1.853 kejadian bencana.

Data ini adalah data sementara yang dihimpun Pusat Pengendali dan Operasi Penanggulangan Bencana BNPB. Belum semua data bencana di BNPB dikirimkan. Namun 1.853 kejadian kejadian bencana ini cukup besar. Lebih banyak daripada kejadian bencana sebelumnya seperti pada tahun 2012 ada 1.811 bencana, tahun 2013 ada 1.674 bencana dan tahun 2015 ada 1.732 bencana.

Sedangkan tahun 2014 terdapat 1.967 bencana. Diperkirakan jumlah bencana selama 2016 akan lebih banyak dibandingkan dengan tahun 2014.




Hingga Oktober 2016 dari 1.853 kejadian bencana sekitar 89 persen adalah bencana hidrometeorologi yaitu bencana yang dipengaruhi oleh cuaca seperti banjir, longsor, puting beliung dan gelombang pasang. Sisanya 9 persen adalah kebakaran hutan dan lahan, dan 2 persen bencana geologi yaitu gempabumi dan erupsi gunungapi.

Dampak bencana hingga Oktober 2016 terdapat 351 jiwa tewas. Longsor adalah bencana yang paling mematikan yang telah menyebabkan 149 jiwa tewas. Kemudian banjir menyebabkan 130 jiwa tewas dan kombinasi banjir dan longsor menyebabkan 45 tewas. Selain itu bencana telah menyebabkan 2,4 juta jiwa menderita dan mengungsi, 5.221 rumah rusak berat, 6.073 rumah rusak sedang, 18.441 rumah rusak ringan dan ratusan ribu rumah terendam banjir.

Dari sebaran kejadian bencana, Provinsi Jawa Tengah paling banyak kejadian yaitu 456 kejadian, kemudian Jawa Timur 298, Jawa Barat 256, Kalimantan Timur 174, Aceh 70, Sumatera Barat 69 dan lainnya. Hampir semua provinsi di Indonesia mengalami bencana selama 2016.

Seiring meningkatnya curah hujan maka bencana akan meningkat pula. Puncak hujan diperkirakan berlangsung antara Desember 2016 hingga Februari 2017 nanti. Daerah-daerah rawan banjir, longsor dan puting beliung berpotensi tinggi mengalami bencana. Risikonya tinggi karena kerentanan juga masih tinggi sementara itu kapasitas masih terbatas.




Cuaca ekstrem yang bersifat lokal seperti yang telah terjadi di Garut dan Bandung dapat terjadi dimana saja. Terlebih lagi pasokan uap air dari selatan Jawa masih berlimpah karena hangatnya suhu muka air laut Samudera Hindia di selatan Jawa.

Banjir bandang dapat terjadi dimana saja saat muncul hujan ekstrem. Kritisnya daerah aliran sungai, minimnya kawasan resapan air, tingginya degradasi lingkungan dan banyaknya permukiman yang berkembang di daerah rawan bencana menyebabkan daerah makin rentan menghadapi bencana.

Masyarakat dihimbau untuk meningkatkan kesiapsiagaannya. Cermati peringatan dini cuaca dari BMKG. Perhatikan kondisi lingkungan di sekitar yang dapat berpotensi menimbulkan bencana. Bencana terjadi saat kita tidak siap. (RAPP002)