11 Kecamatan Rawan Bencana, BPBD Pacitan Minta Masyarakat Ekstrawaspada

oleh -0 Dilihat
LONGSOR. Jembatan Kaliwawang ambrol akibat tergerus air. (Foto: IST)
LONGSOR. Jembatan Kaliwawang ambrol akibat tergerus air. (Foto: IST)
LONGSOR. Jembatan Kaliwawang ambrol akibat tergerus air. (Foto: IST)

Pacitanku.com, PACITAN – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pacitan meminta kepada seluruh masyarakat Pacitan untuk ekstrawaspada terkait kemungkinan terjadinya bencana alam di musim hujan yang diprediksi mencapai puncaknya pada Desember mendatang.

Setidaknya dalam enam hari terakhir, terjadi tiga bencana alam di Pacitan, yakni putusnya jembatan Kaliwawang yang menghubungkan empat desa di Dusun Krajan, Desa Wonoanti, Kecamatan Tulakan, Jumat (21/10/2016). Kejadian kedua adalah longsor di Dusun Krajan, Desa Wonoanti dihantam material longsor. Longsor di kawasan padat penduduk itu terjadi Kamis (20/10/2016) sekitar pukul 21.00 WIB. Kejadian ketiga adalah angin kencang yang mengakibatkan ratusan pohon tumbang dan menimpa rumah warga, Sabtu (22/10/2016) di Desa Cangkring, Kecamatan Ngadirojo.

Atas kondisi itu, Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Pacitan Pujono mengatakan, sesuai prediksi BMKG musim hujan diperkirakan bakal terjadi hingga akhir tahun nanti. Pada Oktober ini masih sekadar permulaan. Itu terbukti bahwa titik hujan hanya terjadi di wilayah kecamatan tertentu. ‘’Sementara, puncak hujan diperkirakan bakal terjadi pada pertengahan Desember mendatang,’’ katanya, baru-baru ini.




Menurut Pujono, hampir semua wilayah kecamatan di Pacitan berpotensi terjadi longsor. Terkecuali, Kecamatan Donorojo yang intensitas terjadinya bencana tanah longsor sangat kecil mengingat kondisi alamnya berupa bebatuan. ‘’Sedangkan, wilayah yang dianggap paling rawan terjadi tanah longsor adalah Kecamatan Tulakan dan Kebonagung,’’ tandasnya.

Selain itu untuk titik rawan banjir terdapat di Kecamatan Arjosari, Ngadirojo, Pacitan dan Kebonagung. Pujono meminta kepada masyarakat untuk esktrawaspada terkait kondisi cuaca dalam beberapa hari ke depan.

Agus Riyono Kepala Desa Wonoanti mengatakan  bahwa penyebab ambrolnya jembatan Kaliwawang adalah air sungai yang meluap dan menggenangi badan jalan sekitar pukul 19.00. Arus sungai yang deras akhirnya membuat jembatan ambrol. Beruntung saat itu tidak ada warga yang lewat. Akibat kondisi tersebut, akses lalu lintas untuk sementara dialihkan. ‘’Warga yang biasanya melintasi jalur ini untuk sementara dialihkan lewat Ngunut-Wonoanti,’’ katanya.

Jembatan itu merupakan penyangga jalur alternatif yang menghubungkan antara empat desa di Kecamatan Tulakan. Yaitu, Desa Wonoanti, Jatigunung, Nglaran dan Jetak. Warga terpaksa harus memutar sejauh lima kilometer sebelum jembatan itu selesai diperbaiki. Demi keamanan saat ini jalur Wonoanti-Jetak itu ditutup. Penutupan jalan dimulai dari pintu masuk Desa Jetak dan Wonoanti. ‘’Sementara oleh warga jalannya ditutup demi keselamatan,’’ terangnya.

Terpisah, Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan Pacitan Budiyanto mengatakan, perbaikan jalan Pentung-Jetak tersebut sebenarnya sudah dialokasikan dana Rp 2 miliar pada perubahan anggaran keuangan (PAK). Bahkan, sebelum jembatan itu ambrol pihaknya sudah mengantisipasinya dengan memasang plat beton..

Sementara ini, lanjut Budiyanto, penanganan darurat akan dilakukan dengan cara memasang balok kayu di sekitar jembatan ambrol tersebut. Sehingga kendaraan roda dua masih bisa melintas dengan aman. Langkah penanganan juga telah dikoordinasikan dengan pihak desa. ‘’Kami sudah berikan sedikit bantuan untuk dibelikan material supaya aksesnya tidak tertutup total. Minimal kendaraan roda dua bisa melintas,’’ jelasnya.

Sehari sebelumnya, sedikitnya tiga rumah di Dusun Krajan, Desa Wonoanti dihantam material longsor. Longsor di kawasan padat penduduk itu terjadi sekitar pukul 21.00. Material longsor masing-masing menghantam rumah milik Suwarni dan Kadiman yang berada di RT 06 RW 03 dan satu rumah warga di RT 07 RW 03 milik Tukimin. (her/yup/RAPP002)

Sumber: Radar Madiun