Jokowi Sindir Pemerintahan SBY

oleh -0 Dilihat
Presiden Jokowi mengunjungi Surabaya, Jumat malam. (Foto: Antara/Gulalives)
Presiden Jokowi mengunjungi Surabaya, Jumat malam. (Foto: Antara/Gulalives)
Presiden Jokowi mengunjungi Surabaya, Jumat malam. (Foto: Antara/Gulalives)
Presiden Jokowi mengunjungi Surabaya, Jumat malam. (Foto: Antara/Gulalives)

Pacitanku.com, SURABAYA – Ketidakstabilan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia membuat Presiden Joko Widodo menyampaikan uneg-unegnya. Bahkan Jokowi dengan halus menyindir bahwa pemerintahan sebelumnya, yang dipimpin Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) takut kehilangan popularitas.

Jokowi menilai pemerintah sebelumnya takut hilang popularitas sehingga tidak segera mengalihkan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) ke subsidi yang lebih bersifat produktif. Hal disampaikan  Jokowi di hadapan sekitar 2.000 anggota Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang sedang merayakan Hari Lahir ke-55 dan Muktamar Pergerakan di Masjid Nasional Al-Akbar Kota Surabaya, Jawa Timur, Jumat (17/4/2015) malam WIB. “Kenapa yang dulu-dulu tidak berani melakukan ini, karena masalah popularitas,” katanya.

Menurut Jokowi, pemerintah yang dipimpinnya bertekad akan terus melakukan pengalihan subsidi BBM. Ia mengatakan, pemerintahannya mengalihkan subsidi BBM senilai Rp300 triliun per tahun yang konsumtif ke subsidi yang produktif.

Jokowi memberikan contoh, bahwa untuk membangun jalur kereta api dari Aceh sampai Papua hanya perlu Rp360 triliun tapi sampai saat ini Indonesia tidak bisa membangunnya karena dana justru banyak dihabiskan untuk subsidi BBM. Presiden yang akan segera melangsungkan pernikahan anak pertamanya ini  mengaku sudah banyak diingatkan jika menerapkan kebijakan pengalihan subsidi BBM dari konsumtif ke produktif maka popularitasnya akan jatuh.”Tapi, saya sampaikan bahwa itu risiko sebuah keputusan,” tegasnya.

Alasan Jokowi adalah dirinya menyadari Indonesia sedang dalam kondisi ekonomi yang sulit akibat tekanan ekonomi global. Presiden menegaskan hal itu tetap perlu dilakukan untuk membuat subsidi yang diberikan kepada rakyat tepat sasaran. “Karena Rp300 triliun setiap tahun subsidi BBM yang menikmati adalah mereka yang punya mobil. Subsidi ini apa tidak terbalik. Inilah proses untuk tepat sasaran,” pungkasnya. (Ant/Gulalives/RAPP002)