Pacitanku.com, PACITAN—Produksi kedelai di Kabupaten Pacitan diprediksi menurun seiring tidak tercapainya target luasan lahan tanaman yang dipatok pemerintah daerah yakni 1.500 hektare per musim namun realisasi hanya 300 hektare per musim.
“Sejauh ini memang belum ada data produksi secara pasti yang menyebut adanya penurunan (produksi), namun jika mengacu luasan lahan yang hanya 300 hektare, tentu hasilnya juga ikut turun,” terang Kasi Tanaman Pangan Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan (Distanak) Kabupaten Pacitan, Gatut Winarso, Rabu, (3/10) di Pacitan.
Menurut Gatut, mengacu pada data produksi tahun sebelumnya (2012), luas lahan pertanian kedelai di Kabupaten Pacitan tercatat mencapai 4.308 hektare (setahun atau tiga musim tanam) dengan total produksi mencapai 4.428 ton, atau tingkat produktivitas per hektare mencapai 1,1 ton.
Tingginya produktivitas kedelai tahun 2012 memotivasi pemerintah daerah melalui dinas tanaman pangan dan peternakan setempat untuk menggenjot lagi kapasitas produksi pertanian kedelai, yakni menjadi 1,3 ton per hektare pada tahun 2015.
Namun fakta lapangan mengindikasikan sebaliknya. Sampai bulan September tahun 2013luasan lahan justru menyusut, yakni dari seharusnya 1.500 hektare menjadi 300 hektare.
Gatut mencontohkan kasus di Kecamatan Pacitan dimana tahun 2012 luas lahan kedelai mencapai 400-an hektare, namun pada musim kemarau ini tinggal 95 hektare.
Selain Kecamatan Pacitan, sentra penghasil kedelai di Kabupaten Pacitan lainnya adalah Kecamatan Arjosari dan Ngadirojo. “Semua mengalami penurunan,” ujarnya.
Dijelaskan, ada dua jenis kedelai yang lazim ditanam petani di Kabupaten Pacitan, yaitu varietas wilis dan gepak kuning.
Dua varietas kedelai itu menurut Gatut memiliki pangsa pasar berbeda. Wilis, misalnya, disukai para pembuat tempe atau tahu karena bijinya lebih besar. Sedangkan untuk jenis gepak kuning dipilih para pembuat kecambah.
Menurut Gatut, sebelumnya pihaknya telah mengingatkan para petani untuk mewaspadai cuaca. Namun karena sekitar bulan Juni lalu hujan masih turun, petani akhirnya memutuskan untuk menanam padi.
“Masalah muncul setelah selang sebulan intensitas hujan terus menurun, sehingga kini padi yang telah terlanjur ditanam kesulitan air, bahkan sebagian di antaranya mengalami gagal panen,”pungkasnya.
Redaktur : @Robbyagustav
Sumber: Antara Jatim
Foto : Kemendag