
Pacitanku.com, PACITAN – Fluktuasi harga kedelai kuning lokal terus meroket menyebabkan petani di Pacitan beralih untuk menggarap kedelai hitam. Hal ini dilakukan oleh salah satu petani Kedelai Hitam asal Pacitan Tumaji, yang mengaku lebih menyukai bertani kedelai hitam dibandingkan dengan kedelai kuning. Pasalnya, fluktuasi harga kedelai hitam tidak setinggi kedelai kuning lokal yang banyak digunakan sebagai bahan baku produksi tahu.
“Kedelai hitam itu ga ada masalah, ga seperti kedelai kuning. Kedelai kuning itu petani banyak rugi,” kata Tumaji seperti dikutip dari merdeka.com, Ahad (4/5/2014).
Ia menyebut sempat bertani kedelai kuning, namun, ternyata saat menjual hasil panen sering mendapati kekecewaan. “Sebelum kedelai hitam itu juga tanam kedelai kuning, tapi rugi terus. Panen pertama harga Rp 6.000, besoknya Rp 5.800, besoknya lagi turun lagi Rp 5.600. Belom lagi diutang sama bos-bos tahu itu,” kata Tumaji.
Diketahui, Tumaji mengaku memiliki pembeli tetap dari kedelai hitamnya yakni PT Unilever Indonesia Tbk sebagai bahan baku pembuatan kecap. Tumaji menilai, bekerja sama dengan korporasi besar menjamin harga kedelai hitamnya tetap stabil.
“Kalau sama Unilever kita dibayar kontan dan sudah pasti dibeli. Kita juga ada tetapan harga. Misal tahun 2012 kemarin Rp 9.800 per kilo, 2014 bisa naik lagi, tergantung kesepakatan,” tutup Tumaji.
Program kemitraan dengan PT Unilever Indonesia Tbk ini, imbuhnya, tidak hanya berlaku di daerahnya. “Ada di Pacitan, Ponorogo, Ngawi, Madiun, Trenggalek, Nganjuk, Kulonprogo, sama Bantul,” pungkas pria berusia 46 tahun ini.
Redaktur : Robby Agustav