Selain Kurang Efektif, Pembelajaran Daring Dikhawatirkan Menimbulkan Lost Generation

oleh -0 Dilihat
PJJ Daring. Seorang peserta didik sedang mengikuti pembelajaran daring.(Foto: Dok. Pacitanku)

Pacitanku.com, PACITAN – Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI tengah mrencanakan mulai pelaksanaan pembelajaran dengan system sekolah tatap muka (STM). Hal itu disampaikan oleh Mendikbud RI Nadiem Makarim dalam rapat kerja dengan Komisi X DPR RI pada Kamis (18/3/2021) lalu.

Atas upaya tersebut, banyak pihak mendukung kembali dilakukannya pembelajaran STM. Hal itu mengingat sudah lebih dari satu tahun pandemi dan saat ini juga sedang digencarkan vaksinasi COVID-19.

Baca juga: Komnasdik Pacitan Sambut Gembira Rencana Sekolah Tatap Muka Pemerintah

Di Pacitan, dukungan kembali digelarnya pembelajaran STM juga dilontarkan oleh Komisi Nasional Pendidikan (Komnasdik). Ormas yang belum lama ini dikukuhkan tersebut menilai, implementasi pembelajaran PTM akan menyelesaikan banyak masalah yang selama ini dihadapi dalam sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) dalam jaringan (daring).

Tak hanya itu, Komnasdik menilai pembelajaran daring kurang efektif, utamanya dalam pembentukan karakter peserta didik.

“Kalau kita adakan polling, kita bisa memperkirakan diatas 90 persen orang tua mungkin menyatakan PJJ daring tidak efektif, bahkan mungkin juga tidak efisien tapi itulah yang terjadi dan bahkan sudah kita jalani satu tahun,”kata Ketua Komnasdik Pacitan Subiyanto Munir, saat dihubungi Pacitanku.com, Sabtu (20/3/2021).

Yang lebih miris lagi, kata pria yang akrab disapa Subi ini, pembelajaran daring yang terlalu lama dikhawatirkan akan menimbulkan lost generation.

“Saya melihat justru dari aspek kualitas intelektualitas anak kedepan, jadi tidak sekedar efektif atau tidak efektif pelaksanaannya, tapi efek yang ditimpakan, derivate dari keadaan ini kita akan terjadi lost generation, dalam artian terputusnya nilai-nilai akademik, nilai-nilai keilmuan di otak anak karena tidak terasah oleh skill dari ilmu yang didapatkan atau bahkan menerimanya pun juga tidak tuntas,”jelasnya.

Hal itu mungkin saja terjadi karena dalam pembelajaran daring, tidak ada tatap muka antara sang guru sebagai sumber ilmu dengan siswa sebagai pencari ilmu.

“Jadi tiga aspek pendidikan dalam konteks implementasi, misalkan pelajaran IPA atau Bahasa Indonesia yang memerlukan laboratorium untuk praktik-praktik belajar dari teori yang didapatkan hal ini kan tidak dapat dilaksanakan. Ini yang menjadikan saya punya sedikit tekanan bahwa pembelajaran daring apapun sarananya kurang efektif dan berdampak pada terjadinya lost generation dalam konteks keilmuan,”jelasnya.

Atas dasar itu, Subi menyambut baik jika pembelajaran daring dapat segera diakhiri dan pembelajaran tatap muka kembali dilaksanakan pada bulan Juli mendatang.

“Kami dari Komnasdik Pacitan sebagai bagian tak terpisahkan dari Komnasdik Jawa Timur, sangat menyambut gembira, seandainya Pemkab melalui Dindik benar-benar mengimplementasikan rencana pemerintah pusat pada bulan Juli 2021 mendatang ada sekolah dengan pembelajaran tatap muka,”pungkasnya.

Sebelumnya, Dinas Pendidikan (Dindik) Pacitan sendiri telah menyiapkan sejumlah langkah jika wacana STM yang dilontarkan Mendikbu Nadiem Anwar Makariem tersebut terealisasi.

“Secara umum untuk pelaksanaan belajar mengajar bagi siswa di sekolah itu diwacanakan pemerintah dalam hal ini kemendikbud di bulan Juli, tentunya kami menyikapi dan menyiapkan diri persiapan-persiapan diri dalam menyambut PTM 2021,”kata Kepala Dindik Pacitan Daryono saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (18/3/2021) di Pacitan.

Sejumlah persiapan tersebut, kata Daryono, adalah vaksinasi sudah dilakukan di sekolah-sekolah untuk guru dan tenaga kependidikan.

“Beberapa sekolah di Pacitan juga sudah memulai vaksinasi untuk siswa dan guru. Dan ini sudah proses, tidak serentak namun sudah di mulai bidang kesehatan,”imbuh dia.

Selain itu, Daryono mengungkapkan sekolah juga telah menyiapkan dalam pembelajaran tatap muka langsung bulan Juli nanti. “Nantinya di tahun ajaran baru kita juga sudah menyiapkan sekolah yang lengkap dengan protokol kesehatan,”jelasnya.

Sebagai informasi, sejak Selasa (17/3/2020) lalu, semua siswa didik mulai PAUD, TK, SD, SMP dan pendidikan luar sekolah di Pacitan melakukan sistem pembelajaran di rumah secara dalam jaringan (daring) akibat pandemi COVID-19.

Lebih dari 1 tahun pandemi, kemudian Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menargetkan semua sekolah sudah melakukan kegiatan pembelajaran tatap muka mulai Juli 2021. Menurut Nadiem, pembelajaran tatap muka rencananya dilakukan dengan sistem rotasi.

Sekitar 50 persen siswa akan masuk ke sekolah dan sisanya melakukan pembelajaran daring secara bergantian. Pembelajaran di sekolah juga harus dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

Rencana STM tetap berlanjut ketika Presiden Joko Widodo menargetkan vaksinasi kepada 5,7 juta guru di Indonesia. Jokowi mengatakan bahwa target STM akan dilakukan pada bulan Juli mendatang. Menurut Jokowi vaksinasi guru dan jajarannya menjadi prioritas utama dalam melakukan kegiatan ini.

Adapun standarisasi sekolah yang akan memulai kegiatan STM ialah, menyediakan sarana sanitasi dan kebersihan yang meliputi toilet bersih dan layak, sarana mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir, dan menyediakan cairan disinfektan.

Selain santasi untuk kebutuhan kebersihan diri, standarisasi selanjutnya adalah pihak sekolah harus memiliki akses fasilitas kesehatan yang mumpuni. Lebih lanjut, sekolah harus menetapkan aturan wajib masker dan memiliki Thermogun.

Hal terakhir yang harus dipersiapkan sekolah adalah memetakan warga terdampak COVID-19 yang berada dalam satuan pendidikan dan tentunya menerima persetujuan dari pihak Komite Sekolah atau Wali Murid. (red)