BPBD Sebut Penggundulan Hutan Jadi Salah Satu Penyebab Banjir Batu Arjosari

oleh -8 Dilihat
Kepala BPBD Pacitan bersama Bupati saat tinjau pusat bencana banjir batu arjosari. (Foto: Doc Info Pacitan)
Kepala BPBD Pacitan bersama Bupati saat tinjau pusat bencana banjir batu arjosari. (Foto: Doc Info Pacitan)

Pacitanku.com, ARJOSARI – Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pacitan, Tri Mujiharto mengatakan pihaknya telah menghubungi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) terkait bencana banjir batu yang terjadi di Desa Karangrejo, Kecamatan Arjosari.

Namun demikian Tri menyatakan bahwa salah satu penyebab banjir batu tersebut adalah minimnya pepohonan di kawasan sekitar bukit Parangan, Desa Karanggede.

Dia pun berharap dalam waktu dekat tim akan turun ke lokasi guna melakukan penelitian. “Nantinya rekomendasi PVMBG akan digunakan sebagai acuan dalam rangka rencana tindak lanjut,”katanya Selasa kemarin, saat meninjau kawasan bukit longsor di bukit Parangan, Desa Karanggede, Arjosari.

Harapan BPBD Pacitan masih belum ada jawaban atas permintaan pemkab untuk mendatangkan peneliti bumi dari Bandung. Akibatnya, BPBD mengaku sampai sekarang kesulitan memetakan potensi bencana yang dapat ditimbulkan dari bukit Parangan. ‘’Sudah kami hubungi, namun belum juga mendapat jawaban,’’ katanya lagi.

Dia menuturkan, pihaknya kali pertama menghubungi PVMBG Bandung tidak lama usai terjadi banjir batu yang menutup akses Karangrejo-Karanggede selama 24 jam, Senin (9/1) lalu. Kebetulan pula, saat itu, PVMBG Bandung tengah meninjau sejumlah lokasi longsor di daerah tetangga, Ponorogo.




Setelah itu, selama seminggu, usaha pernah sekali dilakukan. Namun lagi-lagi belum membuahkan hasil. ‘’Padahal, yang saat ini kami butuhkan adalah pendapat mereka terhadap fenomena ini,’’ ujarnya.

Dampaknya hingga kini dirasakan oleh BPBD. Tri mengaku pihaknya masih buta terhadap potensi bencana yang masih bisa timbul. Sejauh ini, hanya berdasarkan terkaan dari pengamatan langsung, potensi banjir batu susulan masih ada.

Pasalnya, rekahan di bukit Parangan lebarnya diperkirakan mencapai dua hektare. Dari rekahan seluas itu, material apapun yang ada berpotensi longsor mengarah ke jalan dan jembatan Karangrejo-Karanggede di Dusun Wonosari, Karangrejo. ‘’Namun itu ya hanya sebatas perkiraan kami, dari pengamatan secara langsung di lapangan,’’ terangnya.

Soal jenis material batuan apa saja yang berpotensi terbawa longsor, Tri tidak tahu menahu. Yang jelas, dari pengamatannya, penyebab munculnya fenomena tersebut diperkirakan karena penggundulan hutan.

Di kawasan sekitar rekahan, jumlah pepohonan sangat minim. Karena itu pula, menurut pendapat Tri, banjir batu masih terus terjadi. Sebab, tidak ada pohon yang mampu menahan laju tanah atau bebatuan ketika diguyur hujan.

Padahal, pepohonan dinilainya penting. Selain akarnya mampu menahan laju pergerakan tanah dan bebatuan, pohon juga berfungsi mempercepat serapan air hujan ke dalam tanah. ‘’Untuk itu, jangka panjangnya mungkin solusi yang bisa dilakukan adalah reboisasi di sekitar kawasan rekahan tanah ini. Kebun penting untuk ekonomi warga, namun keberadaan pohon juga tidak boleh dikesampingkan untuk kepentingan itu,’’ kata Tri. (mg4/rif/RAPP002)

Sumber: Radar Madiun