Bupati Pacitan Prihatin Banyak Bencana Alam Terjadi

oleh -0 Dilihat
Warga kerja bakti bersihkan material longsor Sempu, nawangan. (Foto: Info Pacitan)
Warga kerja bakti bersihkan material longsor Sempu, nawangan. (Foto: Info Pacitan)

Pacitanku.com, BANDAR – Bencana yang terjadi di sejumlah wilayah Pacitan dalam beberapa hari terakhir menjadi duka bagi warga. Bupati Pacitan Indartato langsung bergerak cepat meninjau sejumlah titik terdampak bencana. Salah satunya, musibah tanah longsor di Desa Ngunut, Kecamatan Bandar.

Saat melihat langsung rumah warga yang rata dengan tanah di desa tersebut, bupati menyatakan prihatin atas dampak bencana yang terjadi. Dia pun minta warga yang tinggal di tenda darurat tetap tabah dan dapat menjaga keselamatan mereka sendiri. ‘’Mudah-mudahan tidak terjadi bencana alam lagi ke depan,’’ harap Indartato, kemarin (6/12).

Setelah itu, orang nomor satu di jajaran Pemkab Pacitan tersebut juga menyerahkan bantuan kepada korban tanah longsor. Mulai dari biaya pengobatan serta pendidikan. Selain itu, pemkab juga memberikan bantuan berupa material bangunan kepada korban bencana tanah longsor di Desa Ngunut supaya bisa segera membangun rumah baru. ‘’Saya berharap bantuan tersebut dapat meringankan beban mereka. Bantuan kami berikan sesuai kemampuan keuangan daerah,’’ katanya.




Sebelumnya, mantan kepala dinas kelautan dan perikanan itu juga sempat mengunjungi rumah warga yang terdampak tanah amblas di Dusun Dondong, Desa Gemaharjo, Kecamatan Tegalombo. Dalam kesempatan tersebut, Indartato juga menyempatkan diri meninjau kondisi jembatan bailey.

Bencana alam terus menghantui warga di wilayah Pacitan. Terbaru, empat rumah warga di RT 1 RW 2 Dusun Ngaluran, Desa Glinggangan, Kecamatan Pringkuku terancam longsor. Musim hujan membuat tanah di sekitar rumah mereka retak akibat pergerakan tanah. Dampaknya, tebing setinggi 40 meter di samping rumah milik Toimun ambrol sejak Minggu (4/12) lalu.

Toimun mengaku selain tempat tinggalnya, ada tiga rumah warga lain yang kondisinya terancam tertimbun material longsor. Di antaranya rumah milik Boningin, Dukut dan Painem. Mereka semuanya sudah mengungsi ke tempat aman sejak Senin (5/12) lalu. ‘’Rumah kami kosongkan semua,’’ ujarnya, kemarin (6/12).

Karena rumah tidak aman ditempati, tidak ada pilihan lain bagi Toimun selain mengungsi ke tempat saudara. Dia khawatir dan waswas apabila tetap nekat bertahan di rumahnya saat ini. Sebab, ketika hujan turun tanah di dekat rumahnya tersebut terus bergerak. ‘’Khawatir kalau tiba-tiba tanahnya longsor,’’ ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Desa Glinggangan Supriyanto mengatakan, pihaknya sudah melakukan langkah-langkah untuk menangani. Misalnya dengan mendatangi lokasi dan membahas penanganannya. Selain itu, juga menjaga kondisi psikologis warga. ‘’Untuk sementara mereka yang rumahnya terancam longsor kami sarankan mengungsi ke rumah saudaranya,’’ terangnya.

Dijelaskannya, pergerakan tanah di Dusun Ngaluran itu lebih disebabkan karena terdapat sumber air di dalam tanah. Sehingga, ketika hujan deras turun tanah menjadi labil. Terkait persoalan ini, Supriyanto mengaku sudah melapor ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk penanganan lebih lanjut. ‘’Pemerintah desa sudah berkoordinasi dengan BPBD untuk segera dilakukan kajian,’’ tuturnya.

Selain empat rumah warga, tanah gerak juga mengancam jalan desa yang menghubungkan antara Desa Pelem, Kecamatan Pringkuku dengan Desa Gondosari, Kecamatan Punung. Titik retakan berada di Dusun Krajan, Desa Pelem dengan panjang sekitar 200 meter. Selain itu, lahan persawahan milik warga juga mengalami retak-retak. (her/yup/RAPP002)

Sumber: Radar Madiun