Nasi Thiwul Pacitan, Kuliner Bergizi yang Jarang Dikonsumsi

oleh -1 Dilihat
Nasi Thiwul
Nasi Thiwul
Nasi Thiwul
Nasi Thiwul

Pacitanku.com, PACITAN—Nasi Thiwul yang menjadi makanan Khas Pacitan dan masyarakat daerah pegunungan sewu sepertinya dalam beberapa waktu ke depan akan kembali popular. Hal itu seiring tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk mulai melirik sumber  makanan alternatif pengganti beras. Maka Nasi Thiwul adalah solusi yang tepat.

Tiwul bisa kita temui nyaris di seluruh pelosok pedesaan yang ada di Jawa. Tetapi tahukah kita, bahwa nasi Tiwul ini ternyata sudah sejak lama menjadi salah satu makanan pokok yang dikonsumsi oleh masyarakat Jawa Timur dan Jawa Tengah, termasuk juga masyarakat Pacitan. Mungkin kita sama sekali tidak menyangka apabila Tiwul yang di masyarakat perkotaan dianggap sebagai salah satu jenis jajanan pasar ini, ternyata memiliki kalori dan gizi yang memenuhi standar untuk dijadikan makanan pengganti beras.

Sebenarnya, nasi yang sudah jarang sekali dinikmati oleh masyarakat Pacitan ini merupakan masakan khas daerah pacitan sejak dulu, akan tetapi karena beberapa faktor, nasi thiwul kini sudah jarang dijumpai di daerah pacitan. Hal tersebut terjadi karena persepsi negatif masyarakat terhadap nasi thiwul yang di persepsikan adalah makanan kampung, sehingga mereka terkesan minder ketika harus makan thiwul.

Harus kita ketahui Tiwul dibuat dengan bahan dasar Singkong, Singkong merupakan salah satu sumber kalori potensial non-padi yang ternyata memiliki keunggulan dibanding dengan Padi. Singkong memiliki banyak kandungan Lemak, Kalsium, Zat Besi, Vitamin A dan C. Singkong dikuliti, lalu dibelah, dan selanjutnya dijemur hingga mongering. Jika sudah mengering, singkong kering itu disebut gaplek.

Gaplek ini biasanya didapatkan oleh para petani setelah mengeringkan singkong, setelah sebelumnya saat musim kemarau, berbondong-bondong petani Pacitan menanam singkong, hal ini dikarenakan tanah mereka sulit untuk mendapatkan air disaat musim tersebut.

Nasi Tiwul adalah hasil olahan dari tepung ubi kayu (cassava) melalui proses tradisional, yaitu tepung cassava ditambahkan air hingga basah dan dibentuk butiran-butiran yang seragam dengan ukuran sebesar biji kacang hijau dan dikukus selama 20-30 menit.

Namun keberadaa nasi thiwul di Pacitan akhir – akhir ini seperti hidup segan mati tak mau. Jarang yang mengkonsumsinya, padahal seperti diketahui nasi thiwul ini memiliki gizi yang tak bisa dianggap remeh.

Redaktur : Dwi Purnawan

Foto : Spesial