Pacitan-UNESA Galang Kerjasama Tangani Anak Berkebutuhan Khusus

oleh -0 Dilihat
Bupati Pacitan saat berkunjung ke tempat pendidikan untuk ABK di UNESA, Senin (17/7/2017) kemarin. (Foto: Humas Pacitan)
Bupati Pacitan saat berkunjung ke tempat pendidikan untuk ABK di UNESA, Senin (17/7/2017) kemarin. (Foto: Humas Pacitan)

Pacitanku.com, SURABAYA – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pacitan menggalang kerjasama dengan Universitas Negeri Surabaya (UNESA) dalam upaya menyelesaikan permasalahan dalam penanganan anak berkebutuhan khusus (ABK).

Kerjasama tersebut digelar dalam bentuk penandatanganan kesepakatan kerjasama penanganan anak berkebututhan khusus dan pelayanan khusus dengan rektor UNESA Warsono, Senin (17/7/2017) di Kampus UNESA Jalan Ketintang Baru XII nomor 34, Ketintang, Gayungan, Kota Surabaya.

Sebagaimana diketahui, Pemkab sendiri berkomitmen mewujudkan layanan pendidikan, termasuk bagi ABK. Berbagai problematika memang menjadi salah satu kendala bagi ABK, seperti masih banyak anak usia sekolah namun berkebutuhan khusus, tidak dapat mengenyam pendidikan yang layak.

Dalam sosialisasi grand design pendidikan inklusi 2013-2017 beberapa waktu lalu, Bupati Indartato mengatakan bahwa pihaknya sangat serius dalam mewujudkan layanan pendidikan bagi ABK. Keseriusan pemerintah ini lanjut Bupati, tertuang dalam peraturan bupati yang isinya mengatur pendidikan inklusi.

Sosialisasi grand design pendidikan inklusi ini merupakan salah satu upaya untuk memperjuangkan anak berkebutuhan khusus mendapatkan pendidikan layak. Dengan rumusan yang baik maka diharapkan anak berkebutuhan khusus dapat mengembangkan diri dan produktif layaknya anak normal lainya.

“Harapannya, dengan sarana dan prasarana yang baik serta didukung tenaga pendidik yang ahli dibidangnya, anak-anak ABK dapat menempuh pendidikan layak. Sehingga program sekolah untuk semua dapat terpenuhi,” katanya.




Menurut Indartato, tantangan terberat yang harus dihadapi adalah masih terbatasnya sarana dan prasarana serta tenaga guru inklusi. Belum lagi fakta masih kurangnya pemahaman masyarakat dalam menyikapi kondisi putra putrinya yang berkebutuhan khusus. Tak jarang, karena berbagai alasan, orang tua memilih mendidik sendiri anaknya dirumah.

Permasalahan lain yang kerap menjadi dilema bagi orang tua ABK adalah fakta bahwa orang tua dengan ABK mengaku sangat membutuhkan lembaga pendidikan khusus untuk anak-anak mereka bersekolah formal.

Selain itu mereka juga mengeluhkan belum adanya pusat rehabilitasi khusus bagi penyandang autis di Pacitan yang memadai. Seperti diketahui, di Pacitan sendiri terdata 100 lebih anak penderita autis. Saat ini, lembaga pendidikan inklusi di Pacitan, dari 12 kecamatan, baru ada 3 lembaga pendidikan khusus untuk ABK.

Terkait keluhan tersebut, bupati berjanji akan mengusahakan ke pemerintah pusat. Terutama, masalah pendidikan. Sedangkan untuk layanan kesehatan, Pemkab akan memaksimalkan RSUD agar memiliki tenaga  terapi dan peralatan khusus untuk penyandang autis.

Meski demikian pemerintah juga telah  memfasilitasi pengobatan bagi orang tua tidak mampu untuk dapat berobat ke luar. Yakni, dengan menggunakan BPJS atau Jaminan kesehatan melalui program grindulu mapan. (Humas Pacitan/RAPP002)