Bupati: Banjir Batu Karangrejo adalah Bencana Besar

oleh -0 Dilihat
Bupati Indartato saat meninjau lokasi bencana alam banjir batu di Arjosari. (Foto: Doc Info Pacitan)
Bupati Indartato saat meninjau lokasi bencana alam banjir batu di Arjosari. (Foto: Doc Info Pacitan)

Pacitanku.com, ARJOSARI– Banjir batu di Dusun Wonosari, Desa Karangrejo, Kecamatan Arjosari, dinilai Bupati Pacitan Indartato merupakan bencana besar. Melihat jalan dan jembatan kabupaten di lokasi yang tertimbun bongkahan bebatuan, Indartato menyebut bencana tersebut butuh penanganan menyeluruh.

Langkah itu agar warga setempat tidak terkena dampak lebih parah lagi. ‘’Ini bencana yang luar biasa besar. Penanganan yang dilakukan sebisa mungkin harus menyeluruh, karena sulit ditanggulangi,’’ ujar Indartato, saat mengunjungi lokasi banjir batu di dusun Wonosari, Karangrejo, kemarin (11/1).

Menurut bupati, banjir batu yang melanda Dusun Wonsoari masih berbahaya. Kendati jalan sudah bisa dilalui, namun potensi terjadinya banjir batu susulan tetap ada. Langkah pertama, masyarakat dua desa (Karangrejo dan Karanggede) harus lebih waspada.

Koordinasi antara warga, perangkat desa, aparat TNI dan Polri, serta BPBD harus lebih ditingkatkan. ‘’Yang harus diutamakan adalah keselamatan warga. Karena terjadi tanpa mengenal waktu, upaya pencegahan agar tidak timbul korban jiwa wajib dilakukan,’’ ujarnya.

Prioritas kedua setelah keselamatan warga setempat adalah infrastruktur. Jalan dan jembatan penghubung Karangrejo-Karanggede, serta jembatan penghubung RT 6/ RW6 Dusun Wonosari, sebisa mungkin diselamatkan.

Indartato ingin agar sejumlah infrastruktur tersebut dapat difungsikan normal oleh masyarakat. Meski, APBD yang dimiliki tidak sebanyak yang diharapkan untuk perbaikan infrastruktur tersebut.

Sebab, hal itu sangat berdampak pada mobilitas warga Karangrejo dan Karanggede. Sendi kehidupan mulai dari sekolah hingga pertanian jadi terhambat. ‘’Akan kami upayakan bagaimanapun caranya agar jalan dan jembatan nantinya tetap bisa dilalui,’’ katanya.




Indartato mengapresiasi upaya yang dilakukan PT Brantas Abipraya serta Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo. Keduanya, pemerindah dan masyarakat sanggup menjalin kerjasama yang baik dalam merespon banjir batu yang terjadi.

Evakuasi material banjir batu terus dilakukan agar akses dua desa tidak terputus. ‘’Kami mengapresasi kerja mereka (PT Brantas Abipraya dan BBWS Bengawan Solo) dalam berupaya menanggulangi bencana ini,’’ ujarnya.

Satu hal lain yang harus segera dilakukan, Indartato menegaskan butuh penelitian mendalam di bukit Parangan. Paling lambat pekan depan, tim ahli harus sudah turun mendatangi lokasi banjr batu.

Tim ahli bisa didatangkan dari perguruan tinggi yang punya kajian khusus di bidang geologi seperti Universitas Gadjah Mada (UGM). Atau, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung.

Mereka dibutuhkan untuk mencari tahu penyebab dan potensi bencana yang mungkin saja akan terjadi kembali di dusun Wonosari, Karangrejo. ‘’Ini tidak bisa jika tidak ditangani dengan penelitian yang mendalam. Selamanya akan terus terjadi jika penyebabnya tidak diketahui,’’ terang Indartato.

Di daerah yang merupakan perbatasan Karangrejo-Karanggede, Arjosari, tersebut kembali bisa dilalui. Sepeda motor, mobil, dan kendaraan berat seperti truk bisa melewati jalan dan jembatan di lokasi banjir batu di Dusun Wonosari, Karangrejo. Pasalnya, tiga ekskavator dikerahkan PT Brantas Abipraya untuk proses evakuai material banjir batu, sejak terjadi Senin (9/1) lalu.

Namun, tidak ada jaminan jalan akan kembali tertutup jika sewaktu-waktu terjadi banjir batu susulan. ‘’Proses evakuasi seperti ini selalu dilakukan. Tetapi sampai sekarang belum ada tanda banjir batu bakal berhenti,’’ ujar staf teknisi PT Brantas Abipraya, Dul Rosyid, kemarin (11/1).

Rosyid mengatakan, ada puluhan staf PT Brantas Abipraya yang turun ke titik banjir batu di dusun Wonosari, Karangrejo, dari lokasi pembangunan waduk Tukul di Karanggede sejak Senin lalu. Awalnya, hanya satu ekskavator yang dikerahkan untuk mengevakuasi material banjir batu.

Namun, satu ekskavator rupanya masih kurang mampu membuat jalan kembali bisa dilalui. Sebab, tidak hanya warga setempat yang dirugikan oleh tertutupnya akses jalan. Proyek waduk Tukul pun diakuinya ikut terimbas. ‘’Kendaraan proyek sering lalu lalang membawa pekerja, alat, atau kebutuhan proyek lainnya. Satu-satunya jalan ya lewat sini,’’ ungkapnya.

Karena itu, upaya evakuasi pun ditambah dengan dua ekskavator. Dua ekskavator tersebut didatangkan dari Pacitan. Menurut Rosyid, evakuasi dilakukan mulai pagi hinga malam. Asal cuaca mendukung, terus dilakukan. Bahkan hingga larut malam. Kecuali jika gerimis, apalagi turun hujan. Sebab, suara gemuruh dari arah bukit Parangan di utara masih kerap terdengar menghantui. Bebatuan juga beberapa kali turun meski dalam skala lebih kecil.

Rosyid menyebut, material banjir batu yang menimbun jalan dan jembatan di dusun Wonosari, Karangrejo, sudah kelewat parah. Menurutnya, kedalaman sungai di bawah jembatan normalnya adalah sepuluh meter.

Namun kini, aliran airdan batu dari bukit Parangan bahkan sudah lewat di atas jembatan. Bukan tanpa sebab. Menurut pengakuan Rosyid, sebuah batu terbesar yang pernah dievakuasi bahkan volumenya mencapai empat meter kubik. ‘’Di bawah-bawah timbunan ini bebatuan besar semua. Tertutupi bebatuan yang lebih kecil dan pasir,’’ terangnya.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Pacitan, Budiyanto, menuturkan pihaknya kerap berkoordinasi dengan PT Brantas Abipraya terkat evakuasi material banjir batu dari jalan dan jembatan yang sebenarnya adalah kuasanya.

Mengingat potensi terjadinya banjir batu susulan masih ada, dia menyebut proses evakuasi harus terus dilakukan. Namun, dengan tidak mengabaikan keselamatan. ‘’Selain karena untuk kepentingan warga dua desa, juga untuk kepentingan mereka sendiri (PT Brantas Abipraya),’’ ujarnya.(mg4/rif/RAPP002)

Sumber: Radar Madiun