Pacitanku.com, SUDIMORO – Suasana berbeda terasa di Pasar Kambing Sudimoro, Kabupaten Pacitan, pada Selasa (3/6/2025), bertepatan dengan pasaran Legi.
Empat hari menjelang Hari Raya Idul Adha, pasar hewan yang rutin beroperasi setiap Legi dan Pon ini diserbu penjual dan pembeli.
Namun, ada fenomena menarik: harga kambing justru mengalami penurunan di tengah meningkatnya permintaan.
Pasar kambing yang lokasinya terpisah dari pasar tradisional Sudimoro, yakni di dekat Telaga Sudimoro, hari itu dipenuhi puluhan blantik (penjual kambing).
Mereka tak hanya datang dari penjuru Sudimoro, tetapi juga dari kecamatan tetangga seperti Tulakan, Ngadirojo, bahkan hingga Panggul, Kabupaten Trenggalek.
Kendati aktivitas jual beli terlihat semarak, sejumlah blantik mengakui kondisi pasar tahun ini tak seramai tahun sebelumnya. Keunikan justru terletak pada tren harga.
“Tahun ini stok kambing melimpah, mungkin karena banyak yang menjual. Sebaliknya, pembeli terasa berkurang. Masyarakat tampaknya lebih memprioritaskan kebutuhan pokok sebelum berkurban,” tutur Jumikan, salah seorang blantik di lokasi.
Beragam jenis kambing diperdagangkan, mulai dari Peranakan Etawa (PE), Jowo Randu, Senduro, hingga Rosbor.
Di antara semua jenis itu, kambing PE masih menjadi primadona dengan harga tertinggi. Untuk kualitas standar, kambing PE dibanderol antara Rp3 juta hingga Rp5 juta.
Namun, untuk kualitas kontes atau premium, harganya bisa meroket hingga ratusan juta rupiah.
Kambing PE memang dikenal memiliki postur tubuh gagah, telinga panjang menjuntai, bulu lebat di punggung, serta kemampuan adaptasi yang tinggi.
Tak heran, selain untuk kurban, jenis ini kerap diburu untuk dijadikan bibit unggul maupun diikutsertakan dalam kontes.
Salah seorang pembeli, Isnen, mengaku tujuannya datang ke pasar bukan untuk mencari hewan kurban.
“Saya mencari kambing betina dengan postur tegap, bulu bersih, dan kaki yang kokoh. Rencananya untuk indukan, sebab jika indukannya berkualitas, anakannya nanti juga bagus,” ujarnya.
Diperkirakan, Pasar Kambing Sudimoro akan terus ramai hingga mendekati hari H Idul Adha. Meskipun demikian, fluktuasi harga masih akan sangat bergantung pada ketersediaan pasokan dan daya beli masyarakat.
Menariknya, di sela-sela kesibukan pasar, tim Pacitanku.com berkesempatan berbincang dengan Suweno dari Pagerjo, salah satu tokoh penggagas kontes kambing pertama di Ngadirojo.
Dia menceritakan bagaimana ia bersama rekannya, Khoirul, dan beberapa orang lain merintis kontes kambing secara mandiri.
“Pencetusnya ya saya dan Pak Khoirul, dengan dukungan dokter hewan Pak Sigit. Setelah berjalan sekitar enam tahun, akhirnya kegiatan kami dilirik dan diajak bekerja sama dengan dinas terkait di Kabupaten Pacitan,”katanya.