Filosofi “Rubuh Siji Tuwuh Siji” Bawa Sudimoro Tampil Oke di Festival Ronthek Pacitan 2025

oleh -133 Dilihat
Desa Gunungrejo tampil memukau di Festival Rontek Pacitan 2025, membawa filosofi "Rubuh Siji Tuwuh Siji" yang mengajak menjaga kelestarian alam. Aksi ini didukung properti semut sebagai simbol kerja sama, menyebarkan pesan penting bagi keberlanjutan lingkungan. (Foto: Sulthan Shalahuddin/Pacitanku)

Pacitanku.com, PACITANFestival Ronthek Pacitan 2025 kembali menyuguhkan pertunjukan sarat makna.

Dan tahun ini, Desa Gunungrejo, Kecamatan Sudimoro, tampil memukau dengan mengangkat kearifan lokal “Sopo sing Negor siji wajib nandur siji” atau dikenal juga sebagai “rubuh siji tuwuh siji”.

Filosofi ini mengandung pesan mendalam tentang tanggung jawab manusia terhadap kelestarian alam, di mana setiap individu yang menebang satu pohon diwajibkan menanam kembali satu pohon.

Ali, konseptor dari tim kesenian Desa Gunungrejo, menjelaskan bahwa tema pelestarian alam ini diangkat karena wilayah Gunungrejo yang terletak di tapal batas timur Kabupaten Pacitan masih terjaga keasrian dan kesuburannya.

“Memang begitu dari kearifan lokal itu kemudian kami mengangkat suatu tema pelestarian alam. Kebetulan Gunungrejo ini letaknya di tapal batas sebelah timur Kabupaten Pacitan, dan alhamdulillah sampai saat ini masih terjaga keasriannya dan kesuburannya,” ungkapnya.

Keunikan lain dari penampilan Desa Gunungrejo adalah properti semut yang digunakan sebagai simbol kerja sama dan ketekunan.

Desa Gunungrejo tampil memukau di Festival Rontek Pacitan 2025, membawa filosofi “Rubuh Siji Tuwuh Siji” yang mengajak menjaga kelestarian alam. Aksi ini didukung properti semut sebagai simbol kerja sama, menyebarkan pesan penting bagi keberlanjutan lingkungan. (Foto: Sulthan Shalahuddin/Pacitanku)

“Kita membuat properti semut ini melambangkan hewan yang berkoloni. Meskipun kecil, tapi konsep kerjasamanya luar biasa. Jadi meskipun kecil, kalau bekerja sama bisa menciptakan rumah yang damai dan tentram untuk semua makhluk melanjutkan hidup dan kehidupannya,”jelasnya.

Persiapan penampilan ini telah dilakukan selama dua bulan terakhir, meskipun tak lepas dari kendala, terutama dalam hal penyelarasan ide dan pelaksanaannya di lapangan.

“Kendalanya banyak, ya. Kalau saya sebagai penggarap, tantangannya menggerakkan sekitar 60 orang lebih, kadang apa yang ada di pikiran saya sebagai konseptor tidak selalu mudah dieksekusi sesuai sumber daya yang ada,” tutur Ali.

Meski demikian, semangat melestarikan alam melalui seni tetap menjadi motivasi utama tim Gunungrejo. Harapannya, pesan kearifan lokal “Rubuh Siji Tuwuh Siji” ini dapat menggugah kesadaran masyarakat luas untuk mencintai dan menjaga lingkungan demi keberlanjutan generasi mendatang.

Pesan ini terangkum dalam narasi penampilan mereka: “Ronthek Gaung Gunung Kecamatan Sudimoro ‘Siji’” yang menggambarkan keindahan alam Pacitan dan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem dari kerusakan akibat keserakahan manusia, demi terwujudnya bumi yang lestari dan damai.

Video LIVE! Festival Ronthek Pacitan 2025: Kemeriahan Budaya di Depan Kantor Bupati

Lihat juga berita-berita Pacitanku di Google News, klik disini.

No More Posts Available.

No more pages to load.