Adaptasi atau Mati: Transformasi Industri Media dan Agensi di Era Digital

oleh -112 Dilihat
CEO Volare Advertising Network, Pradhana Harsaputera Sidharta. (Foto: Dok. LMC for Pacitanku)

Pacitanku.com, SURABAYA — CEO Volare Advertising Network, Pradhana Harsaputera Sidharta, memaparkan tantangan yang dihadapi agensi dan media massa, baik mainstream maupun lokal, di era digital saat ini.

Hal itu disampaikan Pradhana saat mengisi materi dalam Local Media Community (LMC) 2025, Selasa (4/2/2025) di Hote; Whiz Luxe Kota Surabaya.

Perubahan perilaku audiens dan klien menjadi faktor krusial dalam menentukan strategi pendapatan media massa dan komunitas.

Perilaku konsumen yang dinamis menuntut produk untuk terus beradaptasi, begitu pula dengan media massa, media sosial, dan media komunitas yang harus mengikuti selera audiensnya.

“Setiap hari konsumen kami berubah. Alasan klien beralih ke digital adalah karena perkembangan zaman, apalagi setiap era selalu mengalami perubahan,”ujar Pradhana, Selasa (4/2/2025).

Pradhana mencontohkan bagaimana sebuah konser musik dari grup band ternama, seperti Coldplay di Jakarta, dapat memicu perubahan signifikan dalam preferensi pasar agensi, terutama dalam konten media sosial.

Dahulu, agensi fokus pada penyebaran iklan seluas mungkin. Kini, mereka dituntut untuk lebih kreatif dan memahami audiens mereka. Setiap generasi, mulai dari Boomers, Milenial, Gen Z, hingga Gen Alpha, memiliki preferensi yang berbeda dalam mengonsumsi iklan.

“Audiens juga berubah. Kita terus menghadapi new advertising channel, salah satunya strategi shop commerce. Agensi membuat short video agency karena audiens hanya menonton itu. Semakin ke sini, brand besar mulai meninggalkan e-commerce player dan membangun platform mereka sendiri,” kata Pradhana.

Perubahan ini menuntut agensi untuk terus berinovasi dan beradaptasi. Pradhana mencontohkan bagaimana 40 persen Gen Z mencari informasi di TikTok.

“Tiap bulan agency me-refresh channel, tiap bulan mencari ide untuk beradaptasi dengan audiens. Agency juga membuat iklan sesingkat mungkin dengan beradaptasi dengan konsumen. Inilah yang membuat agency bekerja keras dan memutar otak,” imbuhnya.

Di tengah tantangan ini, media lokal memiliki peluang besar untuk berkembang dengan memperkuat komunitas lokal mereka. Informasi yang bersifat komunal masih relevan dan dicari oleh banyak brand.

“Semua informasi yang bersifat community membuat banyak brand yang masih mencari. ‘Mas Pradana, saya kalau misalkan pengen nyari ibu-ibu yang sukanya memasak gimana?’ Ya, perkuat lebih ke memasak di daerah Surabaya itu apa saja,” jelasnya.

Media massa online juga perlu memperkuat jejaring media sosial mereka untuk meningkatkan branding dan menjangkau audiens yang lebih luas.

“Mereka (produk) saat ini lebih mencari media-media yang cukup besar. Misalkan memang ada kesempatan dari media lokal membuat new distribution channel, membuat new channel untuk pengembangan media, untuk mendapatkan (perhatian), adalah memperkuat melalui sosial medianya masing-masing,” bebernya.

Lihat juga berita-berita Pacitanku di Google News, klik disini.

No More Posts Available.

No more pages to load.