Pacitanku.com, PACITAN – Bakal calon Bupati Pacitan, Profesor Sudijono Sastroatmodjo, semakin memantapkan langkah menuju panggung Pilbup serentak 2020.
Sebagai politikus berbasis insan pendidikan ini, ia meminta agar semua pihak bisa melaksanakan marwah politik yang santun dan beretika.
Di dunia ini, lanjut pria yang juga menjabat sebagai tenaga ahli Bupati Pacitan tersebut, saling berpasangan. Ada siang, tentu akan ada malam. Begitupun ketika ada yang kurus pun juga ada yang gemuk.
“Jangan sampai kita saling merendahkan kekurangan yang lain. Ada kelebihan pasti akan ada kekurangan. Yang gemuk, bagaimana bisa hormat kepada yang kurus dan saling membantu. Begitupun yang kurus, juga harus hormat dan menghargai kepada yang gemuk,”tutur mantan rektor Universitas Negeri Semarang (UNNES) ini, memberikan analogi.
Sudijono yang saat itu tengah melakukan tasyakuran pembukaan “Omah Sang Guru” di kawasan Kauman, Kelurahan Pacitan, Kecamatan/Kabupaten Pacitan ini meminta, jangan ada dikotomi ditengah perhelatan Pilbup serentak 2020.
Ia juga berharap, jangan ada permusuhan apalagi perpecahan ditengah masyarakat, hanya karena beda pilihan.
“Kerukunan harus lebih diutamakan. Siapapun nanti yang akan terpilih sebagai Bupati dan Wakil Bupati Pacitan, itulah yang harus sama-sama kita dukung. Masyarakat harus bersatu demi memajukan daerah,” harap bakal calon bupati asal Desa Cokrokembang, Kecamatan Ngadirojo ini.
Lebih lanjut, Prof Sudijono menegaskan, kenapa ia bersama relawannya mengistilahkan tempat berkumpulnya sebagai Omah Sang Guru, bukan sekretariat ataupun posko? Ada makna filosofis yang tersimpan dibalik pemberian nama tersebut.
Kalau sekretariat, lanjut Sudijono, diartikan begitu formal. Sebab yang namanya kesekretariatan pasti ada ketentuan jam kerja atau waktu berkunjung.
“Sedangkan posko, itu pasti ada sebuah komando. Namun kalau istilah omah, itu lebih familiar. Artinya siapapun, dan kapanpun bisa datang dan bersilaturahmi. Sehingga akan semakin tercipta jalinan kekerabatan yang lebih akrab,”pungkasnya.
Pewarta: Yuniardi Sutondo
Editor: Dwi Purnawan