Pembelajaran Secara Daring, Guru Diwajibkan Lebih Dekat dengan Murid

oleh -0 Dilihat
Foto Ilustrasi: Siswa sekolah di Kecamatan Bandar, Pacitan sebelum masa pandemi. (Foto: Dwi Purnawan/Pacitanku.com)

Pacitanku.com, PACITAN – Metodologi pembelajaran dalam jaringan (daring), saat ini masih diberlakukan pemerintah ditengah wabah coronavirus disease 2019 (COVID-19). Hal tersebut sebagai upaya meminimalisir terjadinya transmisi penularan penyakit.

Namun disisi lain, bagi siswa didik dari kalangan kurang beruntung dari sisi ekonomi dan letak geografis sekolah yang jauh dari jangkauan jaringan data internet, tentu akan menjadi kendala tersendiri. Bahkan tak sedikit dari siswa didik yang akhirnya saling jor-joran perangkat digital.

Bagi mereka yang dari kalangan keluarga berada, tentu persoalan tersebut bukan suatu kendala. Akan tetapi bagi mereka yang dari keluarga miskin, tentu akan berbuntut persoalan psikologi bagi anak. Mereka akan minder, lantaran tak mampu membeli perangkat digital seperti yang dipunya teman sebayanya.

Menyikapi persoalan tersebut, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan, Daryono menegaskan, metode pembelajaran dalam jaringan, sebenarnya masih bisa disikapi dengan melakukan home visit (kunjungan kerumah). Sekalipun cara ini juga riskan menjadi transmisi penyebaran coronavirus.

Home visit ini merupakan penugasan terstruktur. Jadi metode ini, bisa diterapkan selama kegiatan belajar mengajar (KBM), selama masa pandemi COVID-19,”ujarnya, Rabu (10/6/2020).

Selain home visit, lanjut Daryono, modul pembelajaran juga bisa disampaikan melalui kurir. Apakah tetangga dekat, RT atau RW, maupun rekan siswa yang rumahnya berdekatan.

“Jadi sebenarnya banyak cara untuk menyikapi KBM dalam jaringan ini. Guru memang dituntut lebih aktif dan inovatif,” jelas mantan Inspektur Pembantu Inspektorat Kabupaten Pacitan ini.

Terkait kendala pembiayaan, misalnya untuk pembelian paket data internet atau pemasangan jaringan koneksi nirkabel (WiFi), masing-masing sekolah bisa memanfaatkan anggaran bantuan operasional sekolah (BOS).

“Dana BOS bisa dimanfaatkan untuk pembiayaan data internet atau pemasangan jaringan nirkabel, sekaligus abonemennya,”tukas Daryono.

Karena itu, ia meminta agar kekurangan-kekurangan tersebut, tidak menjadi suatu kendala dalam proses KBM secara daring. Sebab pada prinsipnya, guru harus tetap dekat dengan siswa didiknya.

“Kalau ada kendala perangkat, jaringan, sebaiknya para guru bisa melaksanakan home visit. Ini mutlak harus diperhatikan oleh semua guru,” tandasnya.

Penulis: Yuniardi Sutondo
Editor: Dwi Purnawan