BMKG: Waspadai Abrasi Pantai di Pesisir Selatan Jatim

oleh -0 Dilihat
Para pengunjung memadati kawasan wisata Pantai Klayar. (Foto: Wildan Nur Swi Harmoko/Pacitanku)
Para pengunjung memadati kawasan wisata Pantai Klayar. (Foto: Wildan Nur Swi Harmoko/Pacitanku)

Pacitanku.com, SURABAYA – Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Maritim Tanjung Perak Surabaya Eko Prasetyo mengimbau masyarakat di pesisir selatan Jatim mewaspadai terjadinya abrasi pantai dampak “swell”, yakni bangkitan gelombang tinggi dalam sepekan ke depan.

“Masyarakat harus waspada karena ada fenomena ‘swell’ di selatan Jatim. Sebab, ‘swell’ bisa menimbulkan hempasan air laut hingga jauh ke daratan,” katanya di Surabaya, Selasa, saat menjelaskan fenomena cuaca Jatim di awal musim kemarau.

Swell adalah bangkitan gelombang yang bersumber jauh hingga ratusan kilometer dari tempat terjadinya gelombang. Gelombang tersebut bisa menimbulkan hempasan hingga ke daratan dan menimbulkan pengikisan pantai.

Menurut Eko, perairan di selatan Jatim selama ini gelombangnya cukup tinggi, namun dengan munculnya fenomena “swell’ maka kondisi perairan di kawasan ini perlu lebih diwaspadai.

“Fenomena ‘swell’ ini durasinya cukup lama. Diperkirakan bisa sampai seminggu ke depan. Jadi, jangan sampai fenomena alam ini merugikan masyarakat,” ucapnya.

Sementara itu, gelombang perairan di selatan Jatim saat ini berkisar 2,5 – 3,5 meter dengan kecepatan angin sekitar 50 kilometer per jam, sedangkan di Laut Jawa atau di utara Jatim tinggi gelombang cukup kondusif berkisar 0,5 – 1,3 meter dengan kecepatan angin sekitar 36 kilometer per jam.




Menyinggung awal musim kemarau di Jatim, ia menjelaskan bahwa sebagian besar wilayah timur dari Pulau Jawa ini sudah masuk musim kemarau dan hanya sebagian kecil belum masuk musim kering.

Wilayah yang belum masuk musim kemarau di antaranya sebagian wilayah Pasuruan, Malang, Lumajang, Probolinggo, Bondowoso dan Banyuwangi. Selain itu, sebagian wilayah Bangkalan dan Sampang.

Sedangkan sebagian wilayah Surabaya, Magetan, Ponorogo dan Pacitan meskipun curah hujan tidak terlalu banyak, dalam dua dasarian kurang dari 50 mm, tapi belum masuk musim kemarau.

Ia menambahkan, curah hujan yang terkadang masih mengguyur sebagian wilayah Jatim adalah fenomena yang lumrah terjadi di daerah yang memiliki hutan dengan vegetasi hutan tropis.

Berdasarkan data, dalam 30 tahun terakhir meskipun masuk musim kemarau tapi terkadang masih muncul hujan, begitu pula di saat musim hujan masih terjadi fenomena alam yang begitu terik, demikian Eko Prasetyo.