Prioritaskan Enkripsi dalam E-Government

oleh -0 Dilihat
Pratama Persadha sedang memaparkan teknologi enkripsi terkini dalam International Bussiness Forum di arena pameran IT terbesar dunia CeBIT 2015, Hannover Jerman.
Pratama Persadha sedang memaparkan teknologi enkripsi terkini dalam International Bussiness Forum di arena pameran IT terbesar dunia CeBIT 2015, Hannover Jerman.
Pratama Persadha sedang memaparkan teknologi enkripsi terkini dalam International Bussiness Forum di arena pameran IT terbesar dunia CeBIT 2015, Hannover Jerman.
Pratama Persadha sedang memaparkan teknologi enkripsi terkini dalam International Bussiness Forum di arena pameran IT terbesar dunia CeBIT 2015, Hannover Jerman.

Pacitanku.com, HANNOVER – Snowden kembali mengingatkan masyarakat dunia akan serangan hacking dan intersepsi besar-besaran oleh pihak-pihak yang tak bertanggung jawab.

Dalam konferensi video dengan peserta seminar di pameran IT terbesar dunia, CeBIT Hannover Jerman (18/3), mantan kontraktor dinas intelijen NSA Amerika Serikat ini,menjelaskan serangan tersebut di arahkan ke sistem informasi dan transmisi komunikasi dan orang-orang yang terlibat di dalamnya.

Menanggapi hal ini, Pratama Persadha, salah satu pakar keamanan cyber yang hadir langsung di CeBIT 2015 Hannover, Jumat (20/3), menghimbau masyarakat dan pemerintah Indonesia tidak menganggap enteng peringatan Snowden ini.

“Cybercrime dan aksi intersepsi terus meningkat tiap tahun. Di Eropa yang notabene kesadaran IT security-nya sudah terbangun saja masih bisa kecolongan. Tahun 2014 kemarin misalnya, 40 % jasa keuangan di Jerman,menurut studi KPMG diserang kejahatan dunia maya. Indonesia harus bersiap diri mulai sekarang,” tegas chairman lembaga riset CISSReC (Communication and Information System Security Research Center)

Serangan cyber ini tidak hanya menyasar korporasi besar saja, bahkan usaha kecil menengah pun sudah menjadi target. Karena itu pengamanan data dan transmisi komunikasi menjadi sebuah kemestian.

“Kata kuncinya adalah teknologi enkripsi untuk mengamankan sistem, data dan transmisi komunikasi. Ini yg harus diperkuat oleh sektor swasta maupun pemerintah sebagai upaya pencegahan,” jelasnya.

Pengamanan E Government

Pemerintah yang saat ini sedang menggalakkan program e -goverment dihimbau Pratama untuk memberi perhatian lebih pada enkripsi sistem yang dijalankannya. Jangan sampai data-data vital atau informasi penting dicuri pihak-pihak tak bertanggung jawab.

“Atau lebih bahaya lagi jika tidak hanya pencurian data yang terjadi, tapi sampai pihak luar menguasai sistemnya. Inilah mungkin yang disebut bencana cyber,” katanya.

Untuk itu pengamanan enkripsi pada seluruh unit yang terhubung dengan sistem e government harus benar-benar kuat. “Ada satu saja titik lemah di unit, departemen atau dinas tertentu yang bisa ditembus, maka keseluruhan sistem sudah dalam bahaya,” tandas mantan ketua tim IT kepresidenan Lembaga Sandi Negara ini.

Jadi tidak semata kecanggihan sistem saja yang dikedepankan dalam program e goverment, pengamanan data dan transmisi komunikasinya perlu menjadi prioritas. “Negara maju seperti Amerika dan Eropa bahkan mengalokasikan dana besar demi mengamankan diri dari serangan Cyber. Obama misalnya mengalokasikan dana hingga 14 milyar dolar di tahun 2015 ini untuk pertahanan cyber,” kata Pratama

Pratama juga menyambut baik upaya pemerintah Indonesia yang juga sudah merintis pembentukan Badan Cyber Nasional untuk melindungi kepentingan nasional. Hal ini merupakan langkah awal yang baik untuk mengamankan Indonesia dari serangan cyber. “Selanjutnya lembaga ini perlu melibatkan berbagai elemen agar Indonesia benar-benar aman. Aparat lintas sektoral, akademisi, praktisi dan pakar perlu dirangkul. Ini pekerjaan besar. Wajib kita dukung,” pungkasnya. (RAPP002)