Pacitanku.com, KEBONAGUNG – Inovasi menarik tengah berkembang pesat di Dusun Purwosari, Desa Purwoasri, Kecamatan Kebonagung, Pacitan.
Rining Astuti, atau akrab disapa Mbak Ning, pemilik Arum Gerabah Mbak Ning, sukses menyulap industri gerabah turun-temurun menjadi sebuah destinasi wisata edukasi yang memikat.
Melalui inisiatif ini, ia tak hanya melestarikan warisan budaya lokal, tetapi juga membangkitkan semangat inovasi di kalangan generasi muda serta menawarkan pengalaman berharga bagi para pengunjung.
Berawal dari keinginan untuk memecah kebosanan industri gerabah yang monoton, Arum Gerabah Mbak Ning merintis program wisata edukasi pada tahun 2019.
“Kami ingin menawarkan experience atau pengalaman baru bagi para wisatawan. Mereka tidak hanya sekadar berbelanja, tetapi juga bisa melihat langsung bagaimana proses pembuatan gerabah,”ungkap Mbak Ning, Senin (23/6/2025) di Kebonagung.
Konsep yang diusung adalah pengalaman langsung yang mengajak pengunjung merasakan seluruh perjalanan pembuatan gerabah, mulai dari pengolahan tanah liat, pembentukan, hingga proses pengeringan dan pembakaran.
Ini bukan sekadar kunjungan, melainkan sebuah perjalanan interaktif yang mengungkap keindahan seni gerabah dari hulu ke hilir.

Arum Gerabah Mbak Ning menawarkan dua kelas edukasi utama: proses pembuatan gerabah dan edukasi finishing.
Dalam kelas pembuatan, peserta diajak memahami transformasi tanah menjadi aneka bentuk gerabah. Sementara itu, kelas finishing berfokus pada wujud akhir karya seni, mulai dari pewarnaan hingga penggunaan bahan limbah seperti cangkang telur, pasir, kulit pohon, atau daun untuk sentuhan artistik yang unik.
Target pasar yang dibidik sangat beragam, mulai dari anak-anak sekolah dari TK hingga mahasiswa, serta wisatawan domestik dan mancanegara.
“Untuk anak TK, mereka biasanya lebih fokus pada kelas finishing. Kalau SD, ada yang minta proses pembuatan, ada juga yang finishing. Mahasiswa, Dharma Wanita, bahkan masyarakat umum dari berbagai kalangan juga bisa menyesuaikan,”jelas Mbak Ning.
Menariknya, setiap peserta terlibat langsung dalam proses dan dapat membawa pulang hasil karyanya sendiri, memberikan pengalaman kepemilikan yang tak ternilai.
Arum Gerabah Mbak Ning menyediakan fasilitas lengkap, meliputi peralatan, mentor berpengalaman, serta produk atau suvenir.
Manfaat yang diperoleh peserta pun beragam, mulai dari pengenalan industri gerabah sebagai warisan budaya lokal yang perlu dicintai, hingga penanaman jiwa kewirausahaan.
“Kami berharap, ini bisa menjadi motivasi bagi mereka bahwa industri seperti ini memiliki nilai ekonomi dan potensi di masa depan,”tambahnya.
Untuk reservasi, pengunjung dapat datang langsung ke lokasi atau menghubungi melalui nomor telepon yang tersedia.

Biaya kelas edukasi bervariasi, mulai dari Rp30.000 hingga Rp200.000, menyesuaikan dengan jenis tamu. Arum Gerabah Mbak Ning melayani peserta secara individu maupun rombongan besar, bahkan pernah menampung lebih dari 200 peserta.
Sebagai sebuah komunitas yang melibatkan lebih dari 60 pengrajin, mereka mampu mengakomodasi tamu dalam jumlah besar dengan pendamping yang memadai.
Durasi wisata edukasi minimal satu jam dan dapat berlangsung hingga tiga sampai empat jam, tergantung keinginan peserta. Normalnya, kunjungan berlangsung satu hingga dua jam, lebih dari itu biasanya ada sesi khusus.
Arum Gerabah Mbak Ning berdiri pada tahun 2018 dan mulai merintis wisata edukasi pada tahun 2019. Bahkan, inisiatif ini sempat mengalami peningkatan signifikan selama pandemi COVID-19.
“Waktu Corona booming juga karena banyak yang bosan di rumah. Dulu kami buka kelas individu atau kelompok maksimal lima orang, waktu Corona kemarin kita bukanya 1-2 jam, tidak lama, setelah Corona Alhamdulillah kita berani menerima dengan kapasitas banyak,” kenang Mbak Ning.
Wisata edukasi gerabah di Arum Gerabah Mbak Ning menunjukkan tren positif dengan peningkatan jumlah pengunjung yang signifikan belakangan ini.
“Alhamdulillah akhir-akhir ini lumayan padat, mulai dari yang 85 anak, terus dari Solo kemarin sekitar 50 anak, kemarin ada yang dari Jakarta anak sekolah sekitar 200-an,” ujar Mbak Ning.
Ke depan, Mbak Ning memiliki rencana ambisius untuk mengembangkan konsep wisata edukasi daily camp.
Konsep ini akan menawarkan pengalaman seharian penuh, di mana peserta akan diajak langsung ke sawah untuk mengambil tanah liat dan merasakan proses mencangkul.
Setelah itu, mereka akan belajar mengolah tanah hingga lembut, dilanjutkan dengan kegiatan pembuatan gerabah, bahkan hingga proses pembakaran.
Tak berhenti di situ, Mbak Ning juga berencana menyematkan sesi cooking class menggunakan alat-alat gerabah, memberikan pengalaman kuliner yang autentik dan berbaur langsung dengan kehidupan kampung gerabah.
Program daily camp ini diharapkan tidak hanya menjadi sarana edukasi, tetapi juga jembatan bagi peserta untuk lebih mencintai warisan budaya lokal dan memahami nilai-nilai kehidupan di pedesaan.
“Kemarin sudah saya sending-kan ke beberapa sekolah dan alhamdulillah responnya bagus, tinggal menunggu saja realisasinya,”pungkasnya.
Dengan konsep wisata ini tentu Makin Tahu Indonesia.