Pacitanku.com, PACITAN – Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) Pacitan menggelar workshop untuk para calon peserta festival ronthek 2024 jelang pelaksanaan festival yang masuk karisma event nusanatara (KEN) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kratif (Kemenparekraf) RI tersebut.
Workshop dengan tema “Ronthek sebagai kesenian tradisi warga Pacitan” tersebut digelar pada Kamis (30/5/2024) di Bili Food Jalan Dr Sutomo 55 Pacitan.
Kegiatan workshop tersebut menghadirkan sejumlah narasumber yang merupakan pakar di bidangnya, yakni Dosen Universitas Negeri Semarang (UNNES) yang juga doktor di bidang seni penciptaan tari Deasylina da Ary.
Kemudian menghadirkan praktisi seni budaya dari Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) Surabaya Hary Wirawan, pengajar seni budaya dari Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta Wahid Nurcahyono dan Achmad Hidayah.
Juga menghadirkan praktisi musikal dari Desa Pelem, Kecamatan Pringkuku, Pacitan Johan Adiyatma Bakhar dan Ketua Dewan Kesenian Pacitan Khoirul Amin.
Kepala Disparbudpora Pacitan Turmudi mengatakan workshop itu diikuti peserta Festival Ronthek 2024 yang terdiri dari penggarap atau musisi Ronthek dari 12 kecamatan dan utusan sekolah-sekolah di Pacitan.
“Keinginan kami, cita-cita kami agar festival Ronthek ini tetap eksis dan jangan sampai tereliminasi dari KEN Kemenparekraf RI agar festival Ronthek menjadi event nasional Kemenparekraf,”jelasnya.
Lebih lanjut, Turmudi mengungkapkan dalam workshop tersebut para peserta dibekali dari pakar dan pemateri terkait tema Ronthek yang berfokus bagaimana pada musiknya sendiri. “Tentunya sesuai tema Ronthek yakni musikal, disampaikan pemateri bagaimana musiknya, tata kreasinya bagaimana,”tandasnya.
Pada gelaran Ronthek yang rencananya akan digelar pada Jumat (5/7/2024) sampai Minggu (7/7/2024) mendatang, Turmudi mengungkapkan ada tambahan tampilan pembuka pada tahun ini.
“Untuk peserta kita upayakan lebih banyak pada tahun ini, juga ada tambahan tampilan pembuka nanti rencananya dari mahasiswa luar negeri yang magang di ISI Surakarta,”jelas Turmudi.
Sementara, salah satu narasumber dalam workshop tersebut, Deasylina da Ary mengungkapkan seharusnya Ronthek fokus utamanya adalah pada sisi musikalitasnya, bukan fokus ke yang lainnya.
“Salah satu yang saya sampaikan ke calon peserta supaya kembali menonjolnya unsur Rontheknya, jadi ketika ada aksesoris atau elemen tambahan, sebisa mungkin mengangkat poin utama festival yaitu ronthek atau kentongan bambunya. Dan karena di kompetisikan, kreativitas masing-masing peserta yang nanti diuji,”kata perempuan peraih penghargaan Pacitanku Inspiring Women (PIW) 2020 ini.
Terpisah, Andi Setiawan salah satu peserta workshop dari Kecamatan Punung manyampaikan pihaknya optimistis mampu mempersembahkan karya terbaik dalam festival Ronthek Pacitan tahun ini.
“Insya Allah kami siap mas, kemarin juga sudah pemanasan bareng teman-teman dari kecamatan Pringkuku untuk tampil di Museum Song Terus,”katanya.
Video Selamat, Festival Ronthek Pacitan 2023 Masuk KEN Kemenparekraf RI, ini Harapan Bupati