UNAIR Dorong Penguatan Peran Guru PJOK se-Pacitan Tingkatkan Kebugaran dan Imunitas Siswa

oleh -7 Dilihat
BERI PELATIHAN GURU PJOK. Tim dari PKM Prodi Magister Ikesor FK UNAIR memberikan pelatihan kepada Guru PJOK SMP se-Kabupaten Pacitan pada Minggu (27/8/2023). (Foto: Sulthan Shalahuddin/Pacitanku)

Pacitanku.com, PACITANProgram studi (Prodi) Magister Ilmu Kesehatan Olahraga (Ikesor) Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (UNAIR) bekerja sama dengan Dinas Pendidikan (Dindik) Pacitan menggelar pelatihan penguatan peran Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) se-Kabupaten Pacitan dalam peningkatan kebugaran dan imunitas siswa.

Kegiatan yang digelar pada Minggu (27/8/2023) di Kantor Dinas Pendidikan Pacitan itu merupakan bagian dari Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Prodi Magister Ikesor FK UNAIR.

Dalam kegiatan itu, para peserta yang merupakan guru PJOK dari Sekolah menengah Pertama (SMP) se-Kabupaten Pacitan dilatih untuk menjadi kader penggerak peningkatan kebugaran dan imunitas siswa.

Sejumlah instrumen diberikan dalam kegiatan itu, diantaranya adalah survei imunitas mandiri (SIM) dan juga senam imunitas mandiri.

Ketua pelaksana PKM Prodi Magister Ikesor FK UNAIR, Prof Dr Bambang Purwanto, dr, M.Kes saat dikonfirmasi Pacitanku.com di sela-sela acara mengungkapkan ada sejumlah alasan mengapa kegiatan ini diselenggarakan dengan sasaran guru PJOK.

“Ini terinspirasi dari kondisi pandemi, dimana pada saat itu, banyak sekali korbannya, terutama dari lansia, anak dan remaja, dan di Kabupaten Pacitan ini juga salah satu yang dampaknya paling berat di Provinsi Jawa Timur,”jelasnya.

Lebih lanjut, Prof Bambang mengungkapkan pihaknya menemukan bahwa pandemi bukan hal baru, karena setiap hari masyarakat memiliki risiko seperti pandemi karena hidup bersama virus, bakteri dan kuman yang berpotensi menyebabkan tubuh sakit.

“Kenapa kemudian ada yang sakit dan ada yang enggak? Itu sebetulnya kembali kepada tubuh kita, status kekebalan tubuh kita pada saat kita bertemu virus bertemu dengan bertemu bakteri itu seperti apa? Kalau status kekebalan tubuh kita rendah, maka pasti kita sakit, tapi kalau kekebalan tubuh kita pada saat kita terpapar virus itu tinggi, maka kita tidak akan sakit,”papar Prof Bambang

Kondisi itulah yang menyebabkan kemudian kenapa ada yang sakit dan ada yang tidak meskipun sama-sama terpapar virus.

Berangkat dari latar belakang itu, Prof Bambang mengatakan harus ada gitu cara bagaimana kemudian bisa mengetahui status kekebalan dan imunitas.

“Kondisi ini juga tidak mudah, karena untuk bisa jadi yang bersangkutan itu datang ke dokter, datang ke laboratorium, ambil darah, diperiksa dan sebagainya baru ketahuan ya. Ini yang kemudian membuat masyarakat itu tidak bisa secara mandiri mengetahui status kekebalan tubuh,”ujar Prof Bambang.

Instrumen dari Ikesor FK UNAIR

Atas latar belakang itu, Prodi Magister Ikesor FK UNAIR, kata Prof Bambang membuat suatu instrumen yang kemudian instrumen ini bisa membantu memprediksi status kekebalan tubuh seseorang secara mandiri sebelum mereka itu harus datang ke lain.

“Jadi (instrumen ini) bukan menggantikan (peran dokter dan rumah sakit), tapi paling tidak bisa membantu memprediksi seseorang itu kekebalan tubuhnya statusnya sedang tinggi atau rendah sehingga dia bisa memperbaiki perilakunya sendiri.

Prof Bambang mengatakan instrumen yang dibangun adalah suatu hal yang sederhana, yang bahkan bisa dibuktikan anak-anak dan remaja bisa melakukan tes kebugaran tanpa harus pergi ke laboratorium atau minta tolong orang yang sudah dewasa.

“Memang kita sengaja menyasar anak-anak SMP, kita buktikan bahwa instrumen ini sangat mudah dilakukan, cukup menjawab, kurang lebih 10 pertanyaan yang kemudian itu kita sudah develop dalam google form yang mereka bisa akses kapan saja,”ujar Prof Bambang.

Adapun cara kerjanya, kata dia, adalah mengisi form tersebut. Dimana jika skornya lebih dari 6 gitu, maka statusnya kekebalan tubuhnya bagus. Sementara jika kurang dari 6, status imunitas tubuhnya sedang rendah.

“Kalau sedang rendah, apa yang harus dilakukan? Ya memperbaiki pola makan dan sebagainya, gitu ya, termasuk yang kemudian melakukan latihan,”tandasnya.

Guru PJOK menjadi kader penggerak peningkatan kebugaran siswa

ANTUSIAS. Puluhan guru PJOK di Pacitan antusias mengikuti materi PKM dari Prodi Magister Ikesor FK UNAIR pada Minggu (27/8/2023) di Kantor Dinas Pendidikan Pacitan. (Foto: Sulthan Shalahuddin/Pacitanku)

Lebih lanjut, Prof Bambang mengungkapkan selain mengisi form tersebut, pihaknya juga menitipkan instrumen kepada guru PJOK untuk dilatihkan pada siswanya, yakni senam imunitas mandiri.

“Mereka (siswa, red) dilatih untuk melakukan senam imunitas mandiri yang sudah dilakukan riset, dilakukan cukup 10 menit sekali, jadi tidak lama, kita buat sederhana, singkat, mudah tapi manfaatnya luar biasa, kalau senam ini dilakukan secara rutin 3-5 kali seminggu, 10 menit sekali selama kurang lebih 3 bulan, itu akan mengubah status imunitas,”jelasnya.

Prof Bambang juga memiliki alasan lain mengapa instrumen tersebut diberikan kepada guru PJOK SMP, adalah karena anak SMP cenderung lebih dekat kepada gurunya sehingga pendekatan instrumen ini diberikan kepada guru.

“Kenapa juga kita risetnya di Pacitan? Ini kita sasar yang kita adalah yang ujung-ujung dulu, tapi pada akhirnya nanti kita memiliki target instrumen ini bisa diperluas ke seluruh daerah di Jatim,”ujar dia.

Pada sisi yang lain, Prof Bambang menilai bahwa persoalan imunitas dan kekebalan tubuh ini tidak bisa hanya ditumpukan kepada Puskesmas dan Rumah Sakit (RS). Sehingga pihaknya melakukan penetrasi ke Dindik.

“Masuk ke Dinas Pendidikan, masuk ke sekolah-sekolah dalam rangka, karena anak-anak itu tren sekarang lebih dekat ke gurunya daripada ke orang tuanya, dan guru ini kalau dia juga harus dibekali dengan pengetahuan yang cukup tentang imunitas,”pungkasnya.

No More Posts Available.

No more pages to load.