Dewan Kesenian-Disperpusip Gelar Bedah Buku Cerpen “Suluk Wayang Beber” Karya Siswa SMAN 1 Pacitan

oleh -9 Dilihat
Dewan Kesenian Pacitan bekerja sama dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Disperpusip) Pacitan menggelar kegiatan bedah buku cerpen dengan judul Suluk Wayang Beber yang merupakan karya Pandan Raditya Arundhati Satya, Kamis (17/2/2022). (Foto: Sulthan Shalahuddin)

Pacitanku.com, PACITAN – Dewan Kesenian Pacitan bekerja sama dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Disperpusip) Pacitan menggelar kegiatan bedah buku cerpen dengan judul Suluk Wayang Beber yang merupakan karya Pandan Raditya Arundhati Satya, seorang cerpenis muda yang masih duduk di bangku SMA.

Kegiatan yang dibuka langsung oleh Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Pacitan Efi Suraningsih tersebut merupakan kolaborasi dengan Forum Seni Budaya Pacitan, yang digelar pada Kamis (17/2/2022) di Gedung Karya Dharma Pacitan.

Dalam kegiatan tersebut, hadir sebagai narasumber adalah penulis cerpen Pandan Raditya Arundhati Satya dan sastrawan nasional Prof Tangsoe Tjahyono. Sedangkan sebagai moderator adalah Ketua Dewan Kesenian Pacitan Endro Wahyudi.

Turut hadir juga membuka acara Ketua TP PKK Pacitan Efi Suraningsih dan didampingi oleh Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Disperpusip Pacitan Sugeng Widodo.

Ketua TP PKK Pacitan Efi Suraningsih dalam sambutannya mengatakan kegiatan bedah buku tersebut selaras dengan tema Hari Jadi Pacitan (Hajatan) ke-277 Kabupaten Pacitan yakni Pacitan Tumandang.

“Pacitan tumandang artinya cepat menyesuaikan diri untuk bertindak mandiri, dan tentunya dengan adanya bedah buku cerpen yang ditulis oleh mbak Pandan yang masih duduk di SMA ini tentunya sangat menginspirasi rekan-rekan yang lain, semoga nanti tetap semangat berkarya,”kata perempuan yang juga istri dari Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji ini.

Lebih lanjut, Efi mengatakan buku cerpen Suluk Wayang Beber itu adalah karya kedua dari Pandan yang masih konsisten menjadikan Pacitan sebagai inspirasi untuk berkarya.

“Mbak Pandan masih masih konsisten mengangkat tema fiksi dengan latar budaya Pacitan, itu artinya Pacitan masih menjadi potensi yang luar biasa, sebagai sumber inovasi dan kreativitas untuk berkarya,”jelas perempuan yang juga Wakil Ketua Dewan Kesenian Pacitan ini.

Secara khusus, Efi juga mengapresiasi atas kolaborasi antara Pemkab Pacitan melalui Disperpusip, Dewan Kesenian Pacitan dan Forum Seni Budaya Pacitan.

“Saya menyampaikan terimakasih atas kolaborasi Disperpusip, Dewan Kesenian, Forum Seni Budaya Pacitan telah menyelenggarakan kegiatan ini dengan sangat menarik, semoga kita semua dapat terus berkolaborasi dalam membangun Pacitan ini,”pungkasnya.

Penulis cerpen Suluk Wayang Beber, Pandan saat dikonfirmasi Pacitanku.com usai acara mengungkapkan kumpulan cerpen yang dia buat terinspirasi dari kearifan lokal Pacitan.

“Jadi kumpulan cerpen ini rata-rata dominan merperentasikan kearifan lokal, dibuat dalam bentuk cerpen, missal judulnya kali grindulu dan kelestariannya,”kata Pandan.

Sedangkan untuk waktu membuatnya, Pandan mengatakan prosesnya dilakukan selama 1 tahun.

“Prosesnya sebenarnya kelas 10, atau  sekitar 1 tahunan dalam jangka waktu kelas 10-11 saya satukan lagi, ada beberapa cerpen, dan kalau untuk yang (Suluk Wayang Beber) ini setebal 150 eksemplar,”pungkasnya.

Sementara, pembedah cerpen Suluk Wayang Beber, Prof Tangsoe Tjahyono mengapresiasi karya Suluk Wayang Beber yang ditulis oleh anak muda yang masih bersekolah di SMA.

Menurut Prof Tangsoe, karya Pandan itu bukti betapa di usia yang masih muda, tapi karyanya menunjukkan kedewasaan.

Selain itu, dia mengatakan Pandan berhasil mengangkat tema lokal menjadi sebuah karya sastra yang apik.

“Ya kalau Pandan ini berhasil mengangkat tema lokal menjadi sebuah teks sastra yang merupakan ekspresi kritis lokal,”katanya.

Prof Tangsoe berharap dengan hadirnya karya seperti cerpen Suluk Wayang Beber, kedepan kearifan lokal bisa terus dinikmati oleh generasi muda.

“Tentunya karya ini menjadi solusi yang baik, agar wayang beber kedepan supaya dinikmati generasi muda, dari anak-anak muda, dan dengan tema-tema lokal, Pacitan dapat diangkat berbagai macam cara, bisa lewat kesenian, seni lukis, tari dan sastra itu sendiri,”pungkasnya.