Begini Cara Paslon ‘Mbois’ Atasi Kekeringan di Pacitan

oleh -0 Dilihat
MBOIS. Paslon Yudi Sumbogo-Isyah Ansori usai pengundian nomor urut pada Kamis (24/9/2020). (Foto: Sulthan Salahuddin/Pacitanku.com)

Pacitanku.com, PACITAN – Bencana kekeringan sepertinya sudah menjadi bencnaa tahunan di kabupaten yang memiliki topografi pegunungan ini.

Terkait hal itu, Ketua Tim Pemenangan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pacitan, Yudi Sumbogo dan Isyah Ansori atau ‘Mbois’, Heru Setyanto pun memberikan langkah yang akan dilakukan jika jagonya itu memenangkan Pilbup Pacitan 2020.

“Langkah yang pertama, data daerah kekeringan kita harus tahu. Seberapa parah kekeringan yang ada, lalu kita buat prioritas penyelesaiannya. Utamanya adalah pembukaan sumber mata air baru, dengan membuat sumur pantek atau sumur bor lalu kita alirkan ke daerah yang kekeringan itu,”kata Heru, Ahad (27/9/2020).

Langkah kedua, Heru mengatakan paslon yang diusungnya tersebut bisa memaksimalkan waduk Thukul yang terletak di Desa Karanggede, Kecamatan Arjosari.

“Kita tahu, sebentar lagi waduk tersebut akan segera beroperasi, distribusi pipanisasi harus tepat, kita utamakan daerah yang mengalami kekeringan terlebih dahulu. Saya yakin, waduk Thukul airnya sangat melimpah dan cukup untuk penyediaan air bersih dan untuk pertanian di Kabupaten Pacitan,”jelasnya.

Cara berikutnya, Heru mengatakan jika sumber air tawar sudah dimaksimalkan namun kekeringan masih terjadi adalah mengubah air laut menjadi air tawar.

“Seperti di PLTU Sudimoro, kita akan buat air laut menjadi air tawar. Tentunya ini adalah alternatif terakhir setelah sumber air tawar dan waduk Thukul tidak menjangkau daerah yang kekeringan,”jelasnya.

Yang jelas, prinsipnya adalah ada upaya maksimal yang dilakukan oleh Pemkab Pacitan untuk mengatasi kekeringan yang setiap tahun terjadi.

“Bukan hanya memberikan bantuan air bersih saja, tetapi ada prioritas penanggulangan kekeringan. Yang terpenting, hutan sebagai hal penting dalam pelestarian sumber air harus tetap terjaga,”pungkasnya.

Pewarta: Yahya Ali Rahmawan
Editor: Dwi Purnawan

No More Posts Available.

No more pages to load.