Pacitanku.com, PACITAN — Pemkab Pacitan terus berupaya sedini mungkin menangani serangan coronavirus disease (covid-19). Salah satunya, hari ini Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol-PP) setempat sudah menerapkan uji coba pemeriksaan suhu tubuh bagi tamu yang hendak masuk ke lingkungan sekretariat kabupaten.
Kepala Satpol PP Pacitan, Widi Sumardji mengatakan, mulai besok akan dilakukan screening terhadap tamu yang akan berkunjung ke lingkungan sekretariat kabupaten.
“Setiap tamu yang datang, akan kita periksa suhu badannya. Kalau masih dalam kisaran normal (37,5 derajat celcius) akan kita perbolehkan masuk. Namun apabila suhu tubuhnya diatas itu, akan kita karantina di ruang tunggu. Mereka langusung kita lakukan pemeriksaan ketika masih pagi. Namun apabila sore atau malam, kita anjurkan sesegera mungkin datang ke pusat pelayanan kesehatan terdekat,” kata Praja Satu (sebutan Kepala Satpol PP, Red) itu Rabu (18/3).
Menurut Widi, Satpol-PP bekerja sama dengan Publik Safety Center (PSC) dari Dinas Kesehatan, dalam melakukan antisipasi penyebaran coronavirus.
“Semua peralatan dan tim medis ada di PSC tersebut. Namun mohon maaf, mereka dalam waktu terbatas. Hari ini tadi masih kita uji cobakan ke karyawan dan karyawati lingkungan Setkab Pacitan. Besok sudah kita berlakukan secara umum,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dispendukcapil) Pacitan, Supardianto, menegaskan, mulai hari ini sudah diberlakukan pembatasan jam pelayanan, yakni mulai pukul 08.00 Wib hingga pukul 12.00 Wib. Lain itu juga diberlakukan pembatasan nomor antrian dari 1-100.
“Mulai hari ini sudah kita berlakukan. Termasuk pelayanan lapangan juga kita stop sementara,” terang Supardianto secara terpisah.
Tak hanya itu, OPD yang punya tugas pokok dan fungsi pelayanan administrasi kependudukan tersebut, juga melakukan uji coba pemeriksaan suhu tubuh kepada semua karyawan dan juga pemohon adminduk.
“Hari ini sudah kita uji coba pemeriksaan suhu tubuh. Kedepan akan terus kita lanjutkan,” tutur Supardianto.
Hanya saja untuk membeli peralatan itu masih kesulitan. Sebab dibeberapa toko penjual alat kesehatan sudah habis.
“Harganya juga melambung. Yang semula Rp 250 ribu, sekarang sudah naik Rp 1,8 juta. Saat ini tengah kita upayakan untuk membeli alat tersebut,” tukasnya.
Pewarta: Yuniardi Sutondo
Editor: Dwi Purnawan