Tanah Gerak Melanda, Sistem Informasi EWS Malah Rusak

oleh -0 Dilihat
Salah satu rumah terdampak tanah gerak di Purworejo Pacitan. (Foto: Pujono/BPBD Pacitan)
Salah satu rumah terdampak tanah gerak di Purworejo Pacitan. (Foto: Pujono/BPBD Pacitan)

Pacitanku.com, PACITAN – Saat terjadi bencana alam tanah gerak, alat early warning sytem (EWS) tidak bisa diandalkan. Dua EWS yang terpasang di Purworejo, Pacitan, hanya membisu meski kini ada sembilan rumah retak-retak akibat pergerakan tanah.

Bahkan, menurut penuturan warga setempat, EWS yang dipasang di Dusun Demeling, Purworejo, sudah rusak. ‘’Tidak pernah berbunyi. Dulu pernah tidak ada apa-apa tetapi malah berbunyi,’’ ungkap warga Dusun Demeling, Purworejo, Kadiatin sebagaimana dikutip dari Radar Madiun, pada Jumat (27/1/2017).

Menurut Kadiatin, sejak EWS dipasang di depan rumahnya sekitar tiga tahun lalu, alat itu memang jarang berbunyi. Namun, suatu ketika alat tersebut sempat rusak. Seharian sirine EWS itu berbunyi. Pun, bunyinya memekakkan telinga dan terdengar jelas, bahkan hingga kaki Dusun Demeling. ‘’Keesokan harinya langsung ada teknisi datang memperbaiki alat tersebut. Tidak tahu diapakan, namun sejak saat itu tidak lagi berbunyi,’’ katanya.

Sekretaris BPBD Pacitan, Ratna Budiono mengatakan, total ada lima EWS yang dipasang di Pacitan. Di dusun Demeling, Purworejo, ada dua EWS longsor yang dipasang. Selain itu, juga di desa/kecamatan Tegalombo, serta Sedeng, Pacitan.

Keempat EWS tersebut merupakan milik Dinas ESDM Jatim. Selain itu, ada satu EWS lagi di Kedungbendo, Arjosari, yang dipasang oleh BNPB, bekerjasama dengan UGM. ‘’Informasinya, empat EWS dari Dinas ESDM Jatim itu hibah. Namun hingga kini tidak ada serah terima apapun kepada daerah. Jadi masih wewenang mereka,’’ ujarnya.




Ratna menyebut, semenjak dipasang tiga tahun lalu, pihaknya tidak banyak tahu soal kondisi EWS di semua titik tersebut. Pasalnya, seluruh wewenang dimiliki oleh Dinas ESDM Jatim dan BNPB.

Pihaknya sama sekali tidak berhak mengutak-atik maupun mendapat informasi dari alat tersebut. Toh jika rusak, Ratna mengaku pihaknya juga tidak bisa memperbaiki. Maklum, alat tersebut harganya ratusan juta rupiah dan penanganannya juga khusus. ‘’Kami tidak punya kapasitas untuk itu (memperbaiki kerusakan di EWS),’’ ujarnya.

Menurut Ratna, daripada bergantung pada alat seperti EWS, pihaknya lebih memilih fokus pada pemberian pengetahuan seputar kewaspadaan dan kedaruratan bencana pada masyarakat. Begitu juga dengan warga sekitar.

Warga tidak boleh hanya bergantung pada EWS. Sebab, alat hanya bagian dari sistem. Lebih dari itu, kesadaran dan pengetahuan masyarakat soal kondisi di sekitarnya lebih penting dibanding hanya mengandalkan bunyi sirine. ‘’Alat bisa rusak, sementara kepekaan terhadap alam di sekitar tentu tidak. Pengetahuan itulah yang coba kami tekankan pada masyarakat,’’ kata Ratna.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya di Pacitanku.com, bencana tanah gerak menerjang Desa Purworejo, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan setelah hujan deras mengguyur di wilayah itu dalam dua pekan terakhir. Akibat bencana itu, empat rumah warga setempat dilaporkan rusak.”Meski rusak rumahnya masih bisa dihuni pemiliknya,” kata Kabid Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Pacitan Pujono Rabu (25/1/2017) sore.

Menurut Pujono, total rumah yang terdampak akibat bencana tanah gerak sebanyak 15 rumah. Awalnya, rumah yang terdampak bencana itu hanya enam.”Intensitas hujan yang tinggi menjadikan jumlah rumah yang terdampak menjadi 15 rumah,” kata Pujono. (RAPP002)