BPBD Gandeng Distamben dan PVMBG untuk Kaji Tanah Amblas Tulakan

oleh -0 Dilihat

tanah-retakPacitanku.com, PACITAN – Bencana tanah amblas yang mengancam empat rumah warga di Dusun Bulih, Desa Wonoanti, Kecamatan Tulakan ditanggapi serius Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pacitan. Hanya saja, BPBD tak ingin terburu-buru menyimpulkan apakah warga yang terdampak peristiwa tanah retak di desa tersebut harus direlokasi.

Pasalnya, banyak pertimbangan yang harus diambil dalam menuntaskan masalah tersebut.

Selain berkoordinasi dengan pihak Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) setempat, BPBD berencana menggandeng Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).

‘’Nanti kami akan berkonsultasi dengan teman-teman Badan Geologi pusat melalui Distamben,’’ ujar Ratna Budiono, kasi kesiapsiagaan dan pencegahan BPBD Pacitan, kemarin (21/11).

Menurut Ratna, selain tanah retak mirip tapal kuda, di bawah lapisan tanah tersebut juga terdapat sebuah telaga yang cukup dalam. ‘’Inilah yang kemudian menyebabkan semua barang-barang masuk kesana,’’ kata Ratna.

Dari hasil keterangan warga, retakan tanah muncul karena beberapa faktor. Seperti hujan deras yang terus menurus mengguyur wilayah tersebut serta dipicu guncangan gempa.

‘’Ini menjadi gambaran awal. Tapi, paling tidak dari sisi mitigasi masyarakat harus tahu betul kapan ini terjadi dan kapan mereka harus menyelamatkan diri. Itu yang harus betul-betul dipahami oleh masyarakat dari sisi mitigasi,’’ terangnya.


Ratna menambahkan, retakan tanah bisa makin melebar apabila terus-menerus kemasukan air hujan. Oleh sebab itu, dia meminta kepada warga setempat untuk segera melakukan tindakan lebih dini. Antara lain menutup aliran air dengan tanah padat.

‘’Kami juga sudah berkoordinasi dengan dinas bina marga dan pengairan terkait dengan jalan yang ambles,’’ imbuhnya.

Dikatakan, akibat tanah gerak jalan desa pengubung antara Desa Wonoanti dengan Desa Jetak juga ambles sekitar 30 sentimeter. Selain itu, kondisi bangunan rumah penduduk juga miring sekitar beberapa derajat. Meski begitu, pihaknya sampai saat ini masih belum bisa memastikan berapa sentimeter pergerakan bidang gelincir tanah setiap harinya atau ketika hujan turun. Sebab, hal tersebut perlu kajian geologi lebih lanjut oleh ahlinya.

‘’Kami belum menghitung detail pergerakan. Yang kami utamakan langkah mitigasi masyarakat dan infrastruktur di lokasi tersebut,’’ ungkapnya.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, empat rumah penduduk yang terkena retakan itu adalah rumah milk Sanyoto, Priyo Dwiarno, Widodo dan Nur Rahim. Kini 4 warga lebih waspada dan sementara memilih tinggal dirumah saudara yang jauh dari area amblasnya tanah.

Kerusakan rumah akibat tanah retak paling parah diderita oleh Widodo. Halaman rumahnya retak sepanjang 2 meter dengan lebar sekitar 4-5 sentimeter. Selain itu, tanah retak juga mengakibatkan fondasi rumahnya miring dan rawan ambruk. Lantai dasar rumahnya saat ini sudah dikosongkan juga mengalami retak-retak. Begitu pula dengan bagian dinding rumahnya.

Hal serupa juga dialami oleh Priyo Dwiarno. Bedanya, kerusakan akibat tanah retak hanya terjadi di bagian dapur. Namun, dinding rumahnya juga telah mengalami retak di beberapa titik. Sedangkan, tempat tinggal milik Muhammad Nurrokhim hanya mengalami retak-retak di bagian dinding dan halaman rumah.

Selain merusakkan rumah warga, jalan desa penghubung antara Desa Wonoanti dengan Desa Jetak juga ambles sekitar 10 sentimeter dengan panjang mencapai 10 meter. Bencana itu juga mengakibatkan talut selokan di pinggir jalan retak menganga dan sebuah warung nyaris ambruk karena tiang penyangganya terpisah dari bangunan.

Widodo mengatakan, tanda-tanda tanah retak sebenarnya sudah muncul sekitar dua pekan lalu. Saat itu hujan deras sedang turun. Tiba-tiba jalan desa yang berada tepat di depan rumahnya ambles. Kemudian merembet ke rumahnya. ‘’Namun saat itu amblesnya masih belum seberapa,’’ katanya.

Namun demikian, dalam beberapa hari terakhir kerusakan makin bertambah parah. Lantai dasar rumah Widodo mulai retak-retak. Kondisi itu diakibatkan karena hujan yang terus menerus turun serta aliran air dari talut masuk ke dalam rekahan tanah yang menganga. ‘’Kejadian itu sudah kami laporkan ke pemerintah desa,’’ ujarnya.

Merasa terancam, Widodo kemudian berniat pindah dari rumah yang saat ini ditempatinya. Meski begitu, dirinya masih menunggu waktu yang tepat. ‘’Kalau hujan sering was-was. Soalnya, memang sudah rawan sekali. Rencananya mau pindah rumah,’’ pungkasnya. (Her/yup/RAPP002)

Sumber: Radar Madiun