Festival Ronthek 2025: Perkuat Identitas dan Dongkrak Ekonomi Pacitan

oleh -106 Dilihat
Grup ronthek asal Kecamatan Sudimoro berjuluk Mustika Awan Putih menampilkan nuansa kesetaraan dalam festival tahun ini, yakni emansipasi wanita. (Foto: Resi Wulandari/Pacitanku)

Pacitanku.com, PACITANFestival Ronthek Pacitan 2025 diharapkan menjadi ajang strategis untuk melestarikan seni dan budaya lokal sekaligus memperkuat identitas Kabupaten Pacitan. Selain itu, festival ini diproyeksikan mampu mendongkrak perekonomian daerah serta Makin Tahu Indonesia.

Ketua Dewan Kesenian Pacitan, Khoirul Amin, menyambut baik gelaran festival ini. Menurutnya, perkembangan Ronthek dari waktu ke waktu, khususnya melalui festival ini, akan menjadikan kesenian tersebut identik dengan Pacitan.

“Festival Ronthek ini akan menjadi pagelaran budaya yang tentunya menjadi identitas Kabupaten Pacitan. Ronthek akan menjadi identitas seni budaya bagi Kabupaten Pacitan, hal itu tentunya akan memperkuat kualitas budaya yang ada di Kabupaten Pacitan,”jelas Amin dikutip dari Podcast Radio Suara Pacitan.

Amin mengatakan bahwa Ronthek memiliki potensi untuk menggerakkan seluruh elemen seni budaya, mulai dari musik, tari, kriya, hingga rupa.

Amin menekankan pentingnya memanfaatkan kebudayaan sebagai aset hidup masyarakat Pacitan.

“Kebudayaan ini harus kita manfaatkan untuk meningkatkan kualitas jantung aset hidup bagi masyarakat Pacitan, bisa menjadi daya ungkit untuk membuat perkembangan ekonomi yang tentunya akan memperbaiki kualitas hidup masyarakat,”paparnya.

Festival Ronthek berawal dari Ronthek Gugah Sahur yang tumbuh secara organik di tengah masyarakat. Dalam tiga tahun terakhir, Ronthek Gugah Sahur yang mulanya hanya berlangsung di kampung dan gang, kini telah bergeser ke Pendopo Kabupaten Pacitan, menunjukkan peningkatan minat yang signifikan.

Amin mengenang bahwa dahulu sempat terjadi pergesekan hingga tawuran antar-desa akibat Ronthek Gugah Sahur.

Namun, berkat koordinasi dan penataan alur oleh pemerintah daerah bersama Bupati, Ronthek Gugah Sahur kini menjadi budaya yang unik, menarik, dan terorganisir dengan baik.

“Festival Ronthek ini memang dikemas untuk menjadi sebuah tontonan dan memiliki nilai jual karena tidak hanya dinikmati masyarakat Pacitan,” ujarnya.

Harapannya, festival ini dapat menarik wisatawan datang ke Pacitan, menunjukkan bahwa kabupaten ini memiliki pagelaran budaya yang telah diakui secara nasional melalui Kementerian Pariwisata.

“Ini memang sebuah acara yang dikemas dengan orientasi pergelaran untuk mempromosikan Kabupaten Pacitan, baik melalui wisata, budaya, maupun kuliner,”tambahnya.

Meskipun demikian, Amin menyoroti tantangan yang perlu dihadapi bersama, yaitu penguatan nilai dan konsep pertunjukan Ronthek yang harus mengandung nilai lokal Pacitan.

“Identitas Pacitan, baik dari aransemen musik maupun kostum, masih biasa. Jadi, pekerjaan rumah kita bersama tentu didorong oleh pemerintah daerah bersama Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, diiringi edukasi kepada pelaku seni budaya, mungkin sebelum ada kegiatan ada lokakarya sehingga memperkuat para pelaku seni budaya,” urainya.

Dia khawatir, jika hanya berfokus pada kemegahan dan penampilan semata, nilai esensial Ronthek akan berkurang.

Khoirul juga mengusulkan agar ke depan pemerintah daerah mengadakan riset mengenai karakteristik Ronthek Pacitan, seperti ketukan kendang dan desain kostum, demi memperjelas identitas.

“Pacitan harus memperkuat identitas budayanya sebelum nanti diakui di tempat lain,” tegasnya.

Dalam upaya mendongkrak ekonomi lokal, Festival Ronthek juga akan melibatkan pelaku UMKM melalui “Pasar Krempyeng”.

Amin menjelaskan bahwa UMKM, baik yang menjual makanan tradisional maupun kuliner kekinian, ingin dilibatkan sehingga terjadi akulturasi kuliner.

“Kami memunculkan itu untuk memanfaatkan kebudayaan itu sendiri sebagai daya ungkit ekonomi, kita juga memperkenalkan makanan yang sudah sedikit dilupakan masyarakat Pacitan saat ini,” ujarnya.

Pasar Krempyeng akan didesain dengan nuansa alami, menggunakan bambu, untuk menciptakan atmosfer yang menarik di lokasi festival.

“Dengan adanya Festival Ronthek ini, kami berharap bahwa ini menjadi sebuah acara budaya yang menjadi identitas Kabupaten Pacitan. Kita membutuhkan itu sebagai bentuk legitimasi budaya yang ada di Kabupaten Pacitan,”tutupnya.

Lihat juga berita-berita Pacitanku di Google News, klik disini.

No More Posts Available.

No more pages to load.