Menggali Potensi Ekonomi Tersembunyi Pacitan di Era Digital

oleh -159 Dilihat
RAMAI PENGUNJUNG. Pantai Srau di Pringkuku ramai dikunjungi wisatawan jelang berakhirnya libur Lebaran 1446 Hijriyah. (Foto: Febriani Cahyaningtias/Pacitanku)

Oleh: Zaskia Alice Intan Maharani
Mahasiswi Ekonomi Pembangunan,
Universitas Muhammadiyah Malang


Pacitan, sebuah kabupaten di ujung barat daya Provinsi Jawa Timur, selama ini lebih dikenal karena pesona alamnya yang memukau daripada geliat ekonominya.

Terletak di antara perbukitan karst dan diapit oleh Samudra Hindia, Pacitan menyandang julukan “Kota Seribu Gua” berkat keunikan formasi geologisnya. Pantai-pantai eksotis seperti Klayar, Watu Karung, dan Teleng Ria telah lama menjadi magnet bagi wisatawan.

Namun, di balik keindahan bentang alam tersebut, tersembunyi potensi ekonomi yang luar biasa. Mulai dari energi terbarukan, pertanian, kerajinan lokal, hingga ekonomi kreatif berbasis budaya, semuanya menunggu untuk dikembangkan secara optimal.

Selama bertahun-tahun, letak geografis yang cenderung terpencil dan keterbatasan infrastruktur menjadi tantangan utama.

Kini, di tengah gelombang revolusi digital yang merambah hingga ke pelosok, Pacitan memiliki peluang emas untuk melakukan lompatan besar. Era digital membuka jalan bagi efisiensi, konektivitas, dan inovasi yang sebelumnya tak terbayangkan.

Mendigitalkan Tulang Punggung Ekonomi: UMKM dan BUMDes

Sebagai tulang punggung ekonomi lokal, Pacitan memiliki ribuan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) serta ratusan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Sayangnya, sebagian besar dari mereka masih beroperasi dengan metode konvensional, sehingga potensi pertumbuhannya terbatas.

Transformasi digital menawarkan solusi konkret. Melalui pelatihan dan pendampingan, UMKM dan BUMDes dapat didorong untuk memasuki dunia e-commerce untuk memperluas jangkauan pasar, mengadopsi sistem kasir digital untuk manajemen keuangan yang lebih baik dan memanfaatkan pembayaran non-tunai (seperti QRIS) untuk kemudahan transaksi.

Untuk mengakselerasi proses ini, pengembangan platform terintegrasi seperti “Pacitan UMKM Hub” bisa menjadi game-changer.

Platform ini dapat mengintegrasikan katalog produk, jadwal pelatihan daring, hingga sistem pemasaran yang didukung kecerdasan buatan (AI) untuk menargetkan konsumen di kota besar maupun pasar luar negeri.

BUMDes pun dapat bertransformasi menjadi “Digital Enterprise” yang mengelola logistik lokal, distribusi produk, dan pengembangan aset desa berbasis data, menciptakan ekosistem ekonomi desa yang lebih tangguh.

Modernisasi Jantung Komunitas: Digitalisasi Pasar Tradisional

Pasar tradisional masih menjadi pusat denyut ekonomi rakyat di Pacitan. Namun, tantangan modernisasi seperti perubahan pola belanja konsumen dan dominasi ritel modern semakin nyata. Digitalisasi bukan lagi pilihan, melainkan sebuah langkah adaptif untuk menyelamatkan eksistensi pasar sekaligus meningkatkan pendapatan pedagang.

Pemerintah daerah dapat memfasilitasi pengembangan aplikasi pasar digital, yang memungkinkan pedagang mengunggah dagangannya, menerima pesanan daring, dan mengelola transaksi secara efisien. Dengan pelibatan komunitas muda sebagai agen digital, transformasi ini dapat berjalan bertahap, dimulai dari satu pasar percontohan sebelum diperluas ke yang lainnya.

Membawa Kriya Lokal ke Panggung Global

Pacitan dianugerahi kekayaan budaya dan kriya yang luar biasa, mulai dari gerabah, ukiran kayu, hingga batu mulia khas. Selama ini, kendala utama produk-produk ini adalah pemasaran dan akses ke pasar ekspor. Di era digital, hambatan geografis bukan lagi penghalang.

Pelaku ekonomi kreatif dapat memanfaatkan marketplace khusus produk kerajinan lokal, media sosial visual seperti Instagram dan TikTok untuk storytelling produk, juga platform video untuk menampilkan proses pembuatan yang otentik dan menarik.

Membangun Generasi Digital sebagai Motor Penggerak

Tantangan utama dalam transformasi digital adalah kesiapan sumber daya manusia (SDM). Namun, di sinilah letak peluang terbesarnya.

Mahasiswa dan pemuda Pacitan telah menunjukkan inisiatif dengan membentuk agensi digital seperti PaceTAN Digital, yang secara aktif mendampingi UMKM dalam pemasaran daring. Generasi muda adalah pengguna teknologi paling aktif dan dapat menjadi katalisator perubahan di komunitasnya.

Penutup: Visi Pacitan Digital yang Humanis dan Berdaya

Transformasi digital pada hakikatnya adalah pergeseran cara berpikir, bekerja, dan membangun masa depan bersama. Bagi Pacitan, era digital adalah jembatan menuju kemandirian, keberdayaan, dan kemajuan yang inklusif.

Tantangannya bukan pada kekurangan potensi, tetapi pada bagaimana memadukan semua elemen—UMKM yang tangguh, kekayaan kriya, dan generasi muda inovatif—ke dalam satu ekosistem yang saling menguatkan. Teknologi digital adalah alat yang paling menjanjikan untuk itu.

Namun, pendekatan ini harus tetap berpijak pada kearifan lokal. Teknologi tidak boleh menjauhkan manusia dari nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong yang menjadi identitas masyarakat Pacitan. Pada akhirnya, yang dibutuhkan bukan hanya infrastruktur internet, tetapi juga koneksi antara visi, aksi, dan kemauan untuk berubah bersama. Keberhasilan transformasi digital tidak diukur dari secanggih apa aplikasinya, tetapi dari sejauh mana teknologi tersebut benar-benar meningkatkan kualitas hidup masyarakat Pacitan.


Kontak Penulis:

Lihat juga berita-berita Pacitanku di Google News, klik disini.