Koreografi Apik Tari Kolosal Sumandhang Nugraha Tutup Perayaan Hari Jadi ke-280 Pacitan dengan Gemilang

oleh -278 Dilihat
Sorotan utama acara ini adalah tari kolosal "Pacitan Sumandang Nugraha", sebuah mahakarya yang menggambarkan kekayaan sejarah dan budaya masyarakat Pacitan. (Foto: Nabila/Tim JIP Pacitanku.com)

Pacitanku.com, PACITAN –  Kabupaten Pacitan menggelar perayaan Hari Jadi ke-280 dengan meriah di Pendopo Kabupaten Pacitan Tumenggung Mas Djogokarjo, Senin (17/2/2025).

Nuansa budaya Jawa kental terasa di acara ini, dengan iringan gamelan dan tarian-tarian tradisional yang memukau. Para tamu undangan pun kompak mengenakan baju blarang, pakaian daerah Pacitan sesuai dengan Keputusan Bupati.

Prosesi puncak perayaan diisi dengan berbagai kegiatan budaya Jawa, termasuk kirab Bupati dan istri yang berjalan di atas karpet merah.

Tarian Sekar Pace yang anggun dan tarian kolosal Pacitan Sumandhang Nugraha menjadi hiburan yang sangat dinantikan.

Meskipun jadwal acara dimajukan untuk menyesuaikan dengan pelantikan kepala daerah hasil Pilkada Serentak 2024, perayaan Hari Jadi Pacitan tetap berlangsung meriah.

Kegiatan budaya lain seperti kirab Bupati dan tarian Sekar Pace turut menambah semarak acara ini. Dengan tema “Pacitan Sumandhang Nugraha”, perayaan ini diharapkan dapat mempererat persatuan masyarakat serta menumbuhkan rasa cinta budaya di hati masyarakat luas.

Sorotan utama acara ini adalah tari kolosal “Pacitan Sumandang Nugraha”, sebuah mahakarya yang menggambarkan kekayaan sejarah dan budaya masyarakat Pacitan.

Dipersembahkan dengan penuh semangat oleh Sanggar Kridho Rahayu Ngadirojo, tarian ini bukan sekadar pertunjukan seni biasa. “Pacitan Sumandang Nugraha” adalah simbol perjalanan panjang pemerintahan di Pacitan.

Baca juga: Meriahnya Perayaan Hari Jadi ke-280 Pacitan: Nuansa Jawa Kental, Libatkan Masyarakat dan Pengrajin Lokal

Adegan serah terima keris antara Bupati pertama, Setro Ketipo, dan Bupati saat ini, Indrata Nur Bayuaji, menjadi inti dari tarian ini, melambangkan amanah dan harapan akan kepemimpinan yang bijaksana dan penuh kasih demi kesejahteraan masyarakat Pacitan.

Tarian ini memikat dengan properti yang kaya akan filosofi. Payung yang dibawa penari melambangkan perlindungan pemerintah kepada rakyatnya.

Para penari tari kolosal Pacitan Sumandhan Nugraha. (Foto: Nabila/Tim JIP Pacitanku)

Selendang biru yang menggambarkan ombak mencerminkan keindahan panorama pantai Pacitan, selaras dengan tema “70 Miles of Sea Paradise”.

Kehadiran prajurit dalam tarian ini membangkitkan semangat masyarakat pada masa pemerintahan Setro Ketipo, yang penuh harapan akan masa depan yang lebih baik.

Tak hanya itu, penari yang membawa bakul, capil, dan kail jala menggambarkan beragam mata pencaharian masyarakat Pacitan, dari petani, pedagang, hingga nelayan.

Prosesi penebaran bulir padi oleh masyarakat menambah sentuhan spiritual, menjadi simbol doa dan harapan agar Kota Pacitan terus makmur dan sejahtera.

Para penari pun merasakan kebanggaan yang mendalam.

 “Saya merasa senang dan terkesan karena terpilih menjadi bagian dari persembahan di hari yang penting ini. Kami bangga menjadi generasi muda yang masih melestarikan seni budaya lokal di zaman modern ini,”kata Selfina, salah satu penari, saat ditemui tim journalism internship program (JIP) Pacitanku.com, Senin siang.

“Proses latihan kami memakan waktu sekitar satu bulan, dimulai dari awal Februari. Jumlah penari yang terlibat sekitar 30 orang,”tutupnya.

Lihat juga berita-berita Pacitanku di Google News, klik disini.

No More Posts Available.

No more pages to load.