Pakar Seni Budaya Harapkan Festival Ronthek Pacitan Difokuskan Kepada Musikal

oleh -851 Dilihat
JELANG FESTIVAL RONTHEK. Disparbudpora menggelar Workshop dengan tema “Ronthek sebagai kesenian tradisi warga Pacitan” pada Kamis (30/5/2024) di Billi Food Jalan Dr Sutomo 55 Pacitan. (Foto: Sulthan Shalahuddin/Pacitanku)

Pacitanku.com, PACITAN – Pakar seni budaya Deasylina da Ary mengharapkan agar festival ronthek Pacitan 2024 fokus kepada ronthek sebagai festival musik.

Hal itu disampaikan oleh perempuan yang akrab disapa Deasylina ini saat ditemui Pacitanku.com di sela-sela menjadi narasumber dalam workshop dengan tema “Ronthek sebagai kesenian tradisi warga Pacitan” yang digelar pada Kamis (30/5/2024) di Bili Food jalan Dr Sutomo 55 Pacitan.

“Kami sampaikan kepada para peserta yang hadir di workshop ini bagaimana agar ronthek dikembalikan ke tema festival, bahwa festival ronthek itu festival musik, dimana ronthek itu kependekan dari ‘ronda thethek‘, ‘thethek‘ adalah istilah untuk kentongan dari bambu yang disematkan oleh masyarakat Pacitan,”kata perempuan merupakan dosen Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi Universitas Negeri Semarang (UNNES ini.

Baca juga: Disparbudpora Pacitan Gelar Workshop untuk Peserta Festival Ronthek 2024

Lebih lanjut, Deasylina mengharapkan fokus kepada festival musik, artinya ronthek yang memiliki instrument bambu dan musik.

“Memang di dalam musik itu ada sejumlah unsur, baik musiknya sendiri, ada unsur rias busana, unsur properti, tetapi yang harus disadari adalah festival musik, musik ronthek intinya semua unsur ini ke bagaiamana untuk mengembangkan musik ronthek ini sendiri,”jelas Deasylina yang merupakan peraih gelar doktor bidang penciptaan seni dari Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta.

Baca juga: Cerita Deasylina, Perempuan dari Pringkuku dengan Segudang Karya di Dunia Seni Budaya

Perempuan peraih penghargaan Pacitanku Inspiring Women (PIW) tahun 2020 ini lantas menyentil festival ronthek yang beberapa waktu belakangan kurang tepat sasaran karena terlalu banyak sumber daya yang dikerahkan untuk unsur pendukung ronthek.

“Yang (festival ronthek, red) lalu-lalu, sumber daya, baik pemikiran, tenaga bahkan uang diarahkan malah ke unsur pendukung ini, (nilai, red) ronthek malah kelupaan, misalkan anggaran Rp 150 juta, yang Rp 50 juta untuk sound, kemudian anggaran Rp 50 juta untuk properti, Rp 25 juta untuk sewa kostum fashion seperti Jember Carnival dan sebagainya, jadi resource-nya terbuang sia-sia, hal ini tidak tepat, atau salah sasaran,”bebernya.

PENYAJI TERBAIK. Grup Ronthek Kecamatan Bandar meraih predikat penyaji terbaik bersama Pringkuku dan Ngadirojo dalam Festival Ronthek Pacitan 2022. (Foto: Dok. Prokopim Pacitan)

Seharusnya, kata Deasylina, sumber daya untuk festival ronthek itu bisa dimaksimalkan untuk ke rontheknya sendiri, bukan ke unsur pendukungnya saja.

“Nah, kalau sudah ada kesdaran seperti itu, tentunya juga ini adalah sebuah festival yang dilombakan atau dikompetisikan, tentunya kalau festival yang dikompetisikan ada hal-hal yang perlu kita perhatikan kalau kompetisi dan ini adalah garapan baru kreativitas menjadi nilai utama,”ujar seniman yang pernah tampil di Tong-Tong Festival Belanda ini.

Menurut Deasylina, kreatif itu adalah bagaimana seniman ronthek mampu menghasilkan ide baru atau berfikir dari sudut pandang yang berbeda dan bahkan belum terpikirkan oleh orang lain.

“Jadi harapkan kami kedepan segala pelaksanaan ronthek ya untuk menonjolkan, bukan hanya menonjolkan musik rontheknya, tetapi unsur pendukung dari ronthek ini mendukung musik rontheknya,”pungkasnya.

Kegiatan workshop itu diikuti peserta festival ronthek 2024 yan terdiri dari penggarap atau musisi Ronthek dari 12 kecamatan dan utusan sekolah-sekolah di Pacitan.

Rencananya, festival ronthek Pacitan sendiri tahun 2024 ini kembali akan digelar pada Jumat (5/7/2024) sampai Minggu (7/7/2024) mendatang.

Video Kemenparekraf RI Apresiasi Penyelenggaraan Festival Ronthek Pacitan 2023

No More Posts Available.

No more pages to load.